22 - Orchid Room

576 84 7
                                    

Kedua pemimpin sekte tengah berjalan menyusuri lorong di salah satu wilayah bangunan.

Sementara itu, Jiang Cheng hanya bisa diam canggung karena merasakan aura bersinar dari Lan Xichen. Ada apa dengannya?

Hawa dingin namun tak menusuk khas Gusu menyapa kedua pemimpin sekte yang berjalan mendekati area taman. Bukan taman yang sudah terlewat, taman yang satu ini khusus untuk keluarga dan orang tertentu yang dihormati oleh sekte Lan. Sebelum sampai di area taman, mereka melewati Ruang Anggrek atau kelas yang biasanya digunakan saat teori. Banyak sekali kenangan yang ada di ruangan tersebut.

"Jiang-Zhongzhu, bukankah Ruang Anggrek membuat nostalgia?" tanyanya sembari tetap melangkah.

Jiang Cheng menoleh ke arah kelas yang sangat nostalgik. Di sanalah mereka dulu sering belajar ketika masih bersekolah di Gusu. Kenangan akan petualangan serta canda tawa teringat di memorinya. Bahkan beberapa kejadian nostalgia terputar di memori otaknya.

Ia masuk perlahan ke dalam kelas yang kosong tersebut, menunduk pelan sembari mengelus salah satu meja yang dulu ia tempati.

"Seperti kembali ke sekolah lagi..." gumamnya pelan.

Tidak hanya Jiang Cheng, Lan Xichen pun ikut merasa nostalgik, walau memang bernostalgia adalah kegiatan sehari-harinya di Cloud Recesses.

Ia ingat bagaimana Wei Wuxian dilempari gulungan yang berisi lebih dari tiga ribu peraturan sekte Lan oleh pamannya. Tak luput, Lan Xichen ingat bagaimana sikap Jiang Cheng yang tidak berubah dari tahun ke tahun. Selalu galak dan beraura tidak mengenakkan.

Tapi tidak masalah baginya. Dia menghargai setiap perbedaan manusia.

Jiang Cheng berdiri, menatap ke sekeliling. "Tempat ini tak berubah sama sekali. Dimana bagian bangunan yang sudah direnovasi?" Ia ingin melihat seberapa banyak perubahan yang ada, apalagi mempelajari arsiteknya yang cukup menarik.

Jiang Cheng menghadap padanya yang tetap tersenyum seperti biasanya.

"Bagian yang direnovasi ada di dekat belakang gunung." Lan Xichen balas menatap Jiang Cheng.

Kedua manik abu kehitaman bertemu.

Diam hening lagi.

Terkadang Lan Xichen bingung mendapati dirinya yang cerewet bisa terbungkam dengan sukarela seperti ini.

"Kalau begitu tolong bawa saya kesana. Saya penasaran ingin melihat hasilnya." Jiang Cheng memintanya dengan sopan untuk menuntunnya berkeliling, tapi dia juga masih sedikit canggung. Apalagi mereka berdua belum terlalu akrab.

Mengangguk pelan, Lan Xichen mengajak pria bergelar Sandu Shengshou tersebut, dituntun keluar dari Ruang Anggrek untuk kembali ke tujuan utama mereka.

Akhirnya mereka keluar kelas tersebut dan pergi menuju tempat yang dituju.

Langkah demi langkah, sampailah mereka di dekat belakang gunung. Terlihat di depan sana, sebuah gerbang yang cukup besar dengan ukiran berbentuk awan berwarna biru muda lengkap dengan pohon bunga-bungaan kecil.

Tertulis diatas pintu masuk, 'Taman Khusus Lan'. Artinya, memang hanya orang tertentu dan terhormat bagi Lan yang dapat memasukinya.

Jiang Cheng saja hanya bisa terdiam karena mereka punya taman sendiri. Rumahnya hanya punya taman kecil yang pribadi saja, dan sisanya kebanyakan adalah kolam teratai yang penuh dijadikan destinasi dermaga kota.

Lan Xichen merapalkan sebuah mantra singkat lalu mengarahkan tangan kanannya pada pintu, melepas mantra pelindung lalu dengan ajaibnya, pintu terbuka sendiri.

"Jiang-Zhongzhu." Tangan beserta jemari lentiknya terarah ke depan, mempersilahkan Jiang Cheng untuk masuk terlebih dahulu.

Mengangguk, dia perlahan masuk dengan hati-hati menembus pelindung yang dibuka oleh Xichen.

Purple Lotus DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang