"Arah itu..."
Terlihat jelas bahwa energi pekat kehitaman tersebut menuju ke arah yang tak pernah mereka duga sebelumnya.
Daerah yang familiar, tempat dimana dua mantan kepala sekte terdahulu—Jin Guangyao dan Nie Mingjue—disemayamkan dengan ditekan di bawah gunung.
Mereka mendarat di depan kawasan Kuil Guanyin. Tempat tersebut masih sama seperti ditinggalkan. Kelam dan sunyi.
Nie Huaisang memperhatikan segala arah. Tempat tersebut telah terbengkalai dan tak ada yang berani menjamahnya lagi, dimana sangat banyak debu di tangga pijakan yang dihalangi oleh alang-alang yang tumbuh di sekitar kawasan bangunan. Kuil Guanyin tampak tak terurus setelah meninggalkan insiden Hensheng di ingatan para kultivator yang datang ke tempat suci yan ternodai. Masih dia ingat sekali peristiwa berdarah yang membuat Lan Xichen menusuk mendiang Jin Guangyao dengan pedangnya sendiri.
Tragedi ironis yang merenggut dua saudara sesumpah Lan Xichen yang berharga, kini hanya kenangan dan asa dari pembalasan dendam pria Qinghe tersebut.
Sementara itu, rasa duka Lan Xichen kembali menguar, mengingat rasa sentimentalnya yang cukup tinggi hingga menyebabkan dirinya sendiri menjalani pengasingan secara sukarela—bahkan berniat mati di sana saja seperti mendiang ayah dan ibunya.
Lan Xichen terdiam menatap tempat dimana ia menekan kedua mantan rekannya untuk tidak bangun lagi agar tak bereinkarnasi dan dimanfaatkan oleh energi hitam.
Nie Huaisang masih bungkam sambil memperhatikannya yang termenung menatap bangunan tersebut, diam tanpa bergerak bagai patung. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk tegar sebelum menghampiri Jiang Cheng—yang telah menyarungkan Sandu.
"Jiang-Xiong, anda yakin energinya sampai ke sini?"
"Tepatnya ada di depan bangunan ini."
Mata lavender tersebut menajam saat di pintu depan terlihat sekali sebuah bayangan hitam yang pekat, berenergi lebih pekat daripada mayat ganas. Bayangan besar yang ganas dan cukup kuat—bisa membuat sesak siapa pun jika tak memakai tameng dan qi yang kuat untuk mendekatinya.
"Mari kita cepat musnahkan—"
"Apa sebaiknya…"
Mereka berdua menoleh pada yang bersangkutan.
Lan Xichen hendak diam tapi tak bisa mencegah mulutnya untuk melontarkan suatu hal yang tak bisa dipikirkan.
"Apa sebaiknya kita segel saja energinya?"
Pertanyaan Lan Xichen membuatnya hampir naik pitam. "Apa anda sudah gila? Bagaimana bisa kita menyegel hal berbahaya seperti ini?!"
Siapa yang akan tahu kalau saat disegel, energi hitam yang licik ini takkan kabur dan membuat ulah lagi seperti insiden penyerangan murid yang lalu. Bisa saja keponakannya akan mengalami hal yang sama dan dilenyapkan oleh makhluk tersebut!
"Tapi bisa saja kita tak perlu terburu-buru, Jiang-Zhongzhu. Energi itu ada di sini, jika kita membuat array maka energi itu takkan kemana-mana."
"Dan siapa yang bisa menjaminnya? Andakah? Saya? Ataukah Nie Huaisang? Lalu semuanya akan baik-baik saja dan kita mengabaikannya?!"
Sentakan itu membuat Lan Xichen tertegun dan menunduk, perlahan mengerutkan dahi dengan lesu. Dia sungguh bingung karena mengetahui kalau energi tersebut adalah sisa energi yang kabur dari penekanan kuburan Nie Mingjue dan Jin Guangyao. Padahal dia dan Nie Huaisang sudah melakukan upacara penguburan dan menekan mereka di bawah gunung—dan takkan menyangka kalau ada energi sisa yang kabur selama ini tanpa mereka ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Lotus Diary
FanficCanva Cover Fanarts included in the books goes back to its respective creators! [Keseharian Jiang Cheng sebagai Pemimpin Sekte Jiang di Yunmeng berjalan seperti biasa dan normal. Sudah semestinya begitu, dan hanya itulah yang ia inginkan selain meng...