Canva Cover
Fanarts included in the books goes back to its respective creators!
[Keseharian Jiang Cheng sebagai Pemimpin Sekte Jiang di Yunmeng berjalan seperti biasa dan normal. Sudah semestinya begitu, dan hanya itulah yang ia inginkan selain meng...
Perjalanan menuju Qinghe memakan waktu yang tak cukup lama jika mengendarai pedang sendiri. Kedua pemimpin sekte tersebut meluncur dengan cepat dan tak terburu-buru di atas atmosfer udara.
Salah satu kepala sekte berpita dahi Lan melirik ke arah pria berpakaian serba ungu yang berada tak jauh darinya.
Shoyue yang ia naikki mengikuti dari samping meski berjarak beberapa puluh meter dengan yang bersangkutan. Terlihat kalau kestabilannya mengendarai pedang sedikit di percepat, benar-benar mengindikasikan bahwa orang tersebut ingin sekali cepat sampai ke tempat tujuan.
"Jiang-Zhongzhu,"
Jiang Cheng yang dipanggil pun menoleh beberapa detik kemudian.
Lan Xichen hanya melempar senyuman tenang padanya. "Tenangkan hati Anda. Kita akan segera sampai."
Mendengar itu, Jiang Cheng hanya diam membalikkan pandangan untuk tegap kembali ke arah depan. Meski membalas tanpa kata, Lan Xichen tahu bahwa yang berkaitan tengah gundah gulana akan permasalahan insiden kala itu.
Makhluk yang masih tak mereka ketahui memang menjadi misteri tersendiri, dan bagi mereka itu adalah masalah yang musti dituntaskan. Hal seperti itu harus ditindak tegas sebelum memakan korban dan kesedihan lagi seperti yang terjadi kepada para pelajar sekte Cloud Recesses.
Tak lama kemudian, sudah nampak bangunan yang menyerupai benteng. Stone Castles berdiri kokoh menjulang tegap. Gerbang batu besar yang tegak berdiri terlihat kokoh saat keduanya mendarat di permukaan tanah, turun dari pedang terbang kultivasi masing-masing.
Seorang anak buah Nie yang berjaga memberi hormat pada keduanya setelah menghampiri.
"Zewu-jun, Jiang-Zhongzhu. Silakan masuk, pemimpin kami sudah menunggu anda berdua. Mari saya antar."
Keduanya dituntun menuju ke dalam wilayah ketika sepasang gerbang batu tersebut terbuka dengan lebar dan berat. Koridor masuknya bagaikan labirin beton, sebelum Jiang Cheng dan Lan Xichen mencapai sebuah tempat dimana ada seseorang yang tengah berlatih di halaman latihan sekte dengan objek tarung.
Bunyi nyaring pergerakan senjata yang digunakan mengudara dan mengiris objek di setiap sisi yang terkena sabetan. Biasanya yang berkaitan tak memakai senjata berupa kipas andalannya, melainkan sebuah pedang yang cukup bisa dibilang bagaikan Baxia berskala setengah ukuran aslinya, menjadikannya seperti versi miniatur.
Nie Huaisang mengayunkan pedang tersebut dipenuhi keanggunan, kesan gesit serta teliti nampak sekali di pergerakannya. Bahkan ketika objek latihan terpotong menjadi beberapa bagian dalam sekejap, konsentrasinya masih terlihat di mata kuning nan bulat khas turunan darah Nie.
Jiang Cheng terdiam sejenak akan pergerakan bela diri kawannya tersebut, memperhatikan gaya bertarung asal Qinghe Nie meski masih ada beberapa titik sentuhan khas Nie kedua.
Pria itu akui: Jika Nie Huaisang melatih lagi kultivasi serta stamina bela dirinya, maka dia akan sangat pantas untuk menyandang sebagai pengganti ketua sekte mendiang Nie Mingjue.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.