Silau, sangat silau.
Sepertinya sudah pagi?
Entahlah, namun kesadarannya telah kembali setelah merasakan hangatnya mentari di samar dinginnya udara gunung. Lan Sizhui perlahan mengucek matanya, dan mencoba bergerak. Namun rasanya sangat sakit saat ingin duduk.
Dirinya merintih dan langsung melihat ke arah luka yang telah diperban. Seluruh bajunya telah lenyap, hanya bercelana dari jubahnya sendiri—itu pun masih ada bercak darah di sekitar dengan selimut menaunginya. Hampir seluruh lengan kirinya dan dada dekat jantung diikat rapat oleh kain khusus medis. Tangannya meraba ke perban yang mengelilingi kepalanya, merasakan denyutan luka serta obat yang mingering. Bingung merambat di pikiran, mencoba mencerna apa yang terjadi.
Ia bergumam pelan, “Tunggu dulu. Bukankah kami pergi berburu…”
Tepatnya, mereka melakukan perburuan malam rutin. Tak ada yang mencurigakan, sebelum sesuatu tiba-tiba menyerang beberapa murid yang tengah berada tak jauh dari wilayah perbatasan. Sesuatu yang gelap dan membabi buta, kontras dengan sinar rembulan kala menaunginya.
Bagai raksasa dan tak terkalahkan.
Lan Sizhui ingat sekali, ketika bersama kawan-kawan sepantarannya untuk mengusir makhluk tersebut tapi justru mereka yang diserang. Rasanya ia memegang jubah Jingyi yang berteriak memanggil namanya dengan panik. Teriakan dan raungan dimana-mana, ada yang panik untuk mencari bala bantuan dan bahkan ada yang terpental hingga menabrak pohon. Mereka semua jatuh dan hampir ingin dibunuh, sebelum ia melihat seseorang dengan jubah kuning menghadang di depannya.
Kalau dipikir lagi, jubah warna kuning identik dengan Jin.
Lan Sizhui menjadi linglung sebelum membulatkan matanya, tersadar seketika.
Dimana Tuan Muda Jin?!
Panik menyerang sesaat sebelum menoleh dan menemukannya di dalam ruangan yang sama. Tak jauh dari kasurnya, ada Jin Ling yang terbaring tak berdaya. Dengan hampir sebagian daerah vitalnya terperban, bahkan sampai pipi kanan pun ada bekas memar yang kontras di kulit putihnya. Lutut kanan hingga bawah diberi kain medis dan tongkat kayu sebagai penopang bagai gips—terlihat dari selimut yang sedikit transparan.
Rasa khawatir mulai muncul di dada dan tak menyangka kalau akan begini kejadiannya. Jika Lan Sizhui tahu kalau ada makhluk kuat seperti itu, maka ia takkan mengizinkan para murid lain untuk pergi berburu.
Perlahan ia mencoba turun dari kasurnya, meringis sesaat sebelum suara orang berjalan dan pintu terbuka terdengar di telinga.
"Sizhui!"
Suara familiar memanggilnya, membuatnya menoleh dan mendapati Lan Jingyi yang membawakan nampan berisikan semangkuk obat medis.
"Jingyi…"
Ah, senangnya melihat Lan Jingyi baik-baik saja. Ada sedikit kelegaan ketika bertatapan dengan sang sahabat.
"Apa yang kau lakukan? Kau masih terluka, jadi jangan bergerak dulu!"
Lan Jingyi menuju sang kawan setelah meletakkan nampan di meja, lalu kemudian membantu Sizhui untuk berbaring lagi.
"Tapi, Tuan Muda Jin.."
"Khawatirkan dirimu sendiri, dia tak kenapa-kenapa." bisiknya dengan suara yang tak terlalu pelan.
Meski begitu, rasa khawatirnya masih terlihat dan tetap melirik pada Jin Ling yang masih tak bergerak sedetik pun.
"Apa yang terjadi sebenarnya…?"
Gumaman itu terdengar oleh Lan Jingyi, namun memilih untuk mengalihkan perhatiannya sebelum memberikan obat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Lotus Diary
FanfictionCanva Cover Fanarts included in the books goes back to its respective creators! [Keseharian Jiang Cheng sebagai Pemimpin Sekte Jiang di Yunmeng berjalan seperti biasa dan normal. Sudah semestinya begitu, dan hanya itulah yang ia inginkan selain meng...