SIGNAL

667 93 0
                                    

Dahyun POV

Dua bulan berlalu dengan cepat. Tidak terasa selama itu aku hidup sendirian disini. Tidak ada suara tangisan Rayeon, atau rengekan nya yang suka sekali membangunkan ku dimalam hari hanya untuk menelpon Nayeon Unnie.

Dan juga temanku, Sana. Dia tidak memberiku kabar. Apa memang
se marah itu padaku? Padahal aku sudah seringkali mencoba untuk meminta maaf pada nya.

Dengan mengirim surat, pesan atau bahkan hadiah. Tapi lihatlah, dia seakan hilang ditelan bumi.

Untung masih ada Sekretaris Yoo. Entah bagaimana hidup ku jika tidak ada dia, bagaimana pun aku masih membutuhkan seseorang yang benar-benar mengerti apa yang kurasakan.

"Maaf membuat mu menunggu lama"

Aku mendongak, menatap datar wajah seorang namja yang sudah duduk di depanku. Rambut nya sedikit basah, mungkin karena nekat membelikan ku minuman hangat saat diluar sedang hujan deras.

"Ini pakailah" ucapku sembari menyerahkan sapu tangan untuknya

"Eh? Tidak usah, Nona. Aku merasa tampan jika rambut ku basah begini. Benarkan?" Jawab nya sambil menyisir rambut nya kebelakang.

Aish. Terserah saja. Dasar tidak tau malu. Aku merutuki diriku sendiri, bagaimana bisa aku kembali bertemu dengan orang ini? Terlebih dia semakin bebas mengusik hidupku lagi.

"Ini Nona, minumlah. Aku membelikanmu coklat panas . Antrian nya panjang sekali. Jadi aku sengaja mengatakan pada yang lainnya, bahwa istriku sedang ngidam. Ditambah pesona ku yang menawan, itu sebab nya mudah bagiku untuk membujuk para wanita yang sedang mengantri didepanku untuk mengalah saja"

"Kau tau? Mereka berteriak histeris kalau aku ini seorang suami yang sangat romantis. Hah, aku merasa bangga sekali" sambung nya.

Lagi-lagi aku tidak habis pikir dengan sikap nya. Astaga, kenapa dia percaya diri sekali menceritakan itu padaku? Namun sudahlah, aku sudah berhutang nyawa padanya. Jadi tidak baik jika aku bersikap buruk atau mengabaikan nya.

Toh, semua yang berlalu biarlah menjadi masa lalu.

"Nona, tadi Jeongyeon Noona sudah menghubungiku. Dia bilang tidak ada rapat penting hari ini. Jadi kita punya banyak waktu untuk berdua. Eh-- mm maksud ku kau tidak perlu terburu-buru. Diluar masih hujan"

Aku mendesah lelah. Tidak ada niatan untuk menjawab obrolan dari namja yang sudah hampir sebulan selalu bersamaku. Meski awalnya sulit, namun aku berusaha untuk membiarkan nya melakukan apa saja yang dia ingin lakukan.

Termasuk, mungkin mencoba meraih hatiku lagi.

"Nona, aku tidak enak dengan suami mu. Apa dia belum pulang dari Berlin? Apa tidak apa jika aku terus disini? Apa--"

"Kalau kau merasa tidak enak, harusnya kau pergi saja. Aku tidak memaksa mu untuk terus bersamaku" ucapku memotong perkataan nya.

Astaga. Aku hampir lupa, kalau dia  mengira aku sudah menikah. Kenapa aku tidak memanfaatkan hal ini untuk membuat nya menjauh dariku?

"Dengar ya, Jung Jaehyun. Aku sudah menjadi istri orang lain. Kau tidak seharusnya terus mengikuti ku kemanapun aku pergi. Oke, terimakasih telah menyelamatkan diriku sebulan yang lalu dari namja sialan itu. Tapi--"

"Hei. Apa maksudmu? Aku tidak berniat merebut mu dari siapapun. Aku hanya ingin menjadi teman mu, apa salahnya? Aku juga sudah menganggap Eun-Woo itu teman ku. Dia jahat sekali, tidak mengakui mu sebagai istrinya. Apa kalian sedang bertengkar?" Tanya nya sambil meminum coklat yang ada di depannya.

Aku mengernyit bingung, bukankah katanya coklat itu untukku?

"Sudahlah. Aku harus pulang, lagian mobilku dekat dengan toko ini. Permisi".

SWEET TALKER 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang