JENDEUKI

693 93 12
                                    

"Papa?"

Suho menoleh, melihat anak gadisnya tersenyum bahagia sembari menghampiri nya.

"Wae? Kau bahagia, Dahyun?"

Dahyun mengangguk. Memeluk Suho yang sedang duduk di sofa yang ada didalam ruang kerjanya.

"Mereka sudah pulang?"

"Ne"

"Temanmu?"

Dahyun mendongak untuk melihat wajah keras milik Suho. "Teman yang mana?"

"CEO Minatozaki's Group" jawab Suho singkat

"Sana maksud nya? Dia masih ada dibawah. Sedang bermain dengan kekasihnya"

"Kekasih?"

Dahyun melepas pelukan. "Ne. Siapa lagi kalau bukan Rayeon. Dia sangat mencintai Sana."

Suho terkekeh. "Kalau begitu, kita harus segera menikahkan mereka bukan? Atau setelah pernikahanmu saja? Kurasa Rayeon sudah siap"

"Ige mwoya? Rayeon tidak boleh menikah dengan ular itu, Papa. Aku sangat tidak setuju" protes Dahyun

"Wae? Bukankah dia sahabat terbaikmu?"

"Memang. Tapi tetap saja, aku tidak mau" jawab Dahyun lalu bersedekap dada, membuat Suho gemas melihat nya.

Ayolah. Bagaimana bisa anaknya itu terlalu serius dengan pembicaraan ini? Padahal Suho hanya bercanda.

"Apa kau yakin dengan perasaanmu itu, Dahyun? Apa kalian pernah melakukan sesuatu sehingga memutuskan untuk menikah?"

Pertanyaan Suho sontak mengambil atensi Dahyun yang tadinya masih berpura-pura merajuk.

"Mwo? Melakukan apa yang Papa maksud?"

"Ya sesuatu yang berbau cinta" jawab Suho

"Astaga! Aku tidak seperti itu, Papa!" Teriak Dahyun dengan wajah yang bersemu merah.

"Papa kan hanya bertanya. Tidak perlu berteriak seperti itu" keluh Suho yang terkejut mendengar suara keras anaknya.

"Mianhae. Aku hanya terlalu shock. Tentu saja kami tidak pernah melakukan hal-hal diluar batas. Aku ini gadis yang baik. Sama seperti Mama, iya kan Pa?" Ujar Dahyun.

Suho tersenyum miris. Anaknya memang baik seperti mantan istrinya. Tapi-- ada yang berbeda dari mereka berdua. Dan ada beberapa hal yang sama diantara ibu dan anak itu. Entahlah, bagaimana Suho menceritakan nya.

Hanya saja-- semua itu terlalu menyakiti perasaan nya.

Luka yang sudah terkubur lama, akan kembali dia gali hanya untuk kebahagiaan anaknya.

"Kau memang baik. Ada banyak kesamaan dan perbedaan antara kau dan Mama mu. Ah-- apa kau masih ingat? Saat dirumah sakit Papa menjanjikan untuk menceritakan sebuah rahasia besar padamu bukan? Mau mendengar nya sekarang?"

Mendengar hal itu, membuat Dahyun tersenyum sumringah lalu merapatkan tubuhnya pada Suho. Seakan dia bersiap untuk mendengar sebuah dongeng sebelum tidur. Seperti yang sering Papa nya lakukan dulu saat Dahyun masih kecil, dan tentu saja Mamanya masih ada untuk meramaikan kehidupan mereka.

"Tidak disini. Ajak Sana dan tunggu Papa di balkon kamarmu."

"Eoh? Kenapa Sana harus ikut?"

"Jika Sekretaris mu masih ada disini, ajak dia juga" ujar Suho kemudian bangkit berdiri.

"Tapi--"

"Jangan banyak bertanya, sayang. Turuti saja. Papa ingin makan malam dengan Mama Irene sebentar. Kalian tunggulah di kamar" tutur Suho lalu keluar dari ruang kerja.

SWEET TALKER 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang