EPILOG

1K 110 29
                                    

Suasana ramai diruang tamu disebuah rumah mewah, menjadi hal yang biasa setiap tahunnya. Tapi kali ini, entah mengapa terasa sedikit berbeda. Atau seperti sunyi dari tahun-tahun sebelumnya?

Bagaimanalah. Ketiga bocah yang dulunya, selalu berkejar-kejaran dan merebutkan sesuatu, atau menumpahkan gelas dan makanan, kini sudah beranjak besar dan hanya duduk saling berhadapan. Mata mereka kompak bergerak kesana-kemari untuk menghindari tatapan.

Junjae, Haechan dan Hyena tengah duduk didepan ruang TV. Sedangkan Ibu mereka? Entah sedang melakukan apa didalam dapur bersama Ibu-ibu lainnya.

Jeritan dan gelak tawa dari anak-anak kecil lainnya disekitar mereka tidak lantas memecah keheningan diantara ketiganya.

Mau bagaimana lagi? Ketiga anak itu sama sekali tidak bisa menonton TV karena selain sekitar nya berisik, suasana canggung luarbiasa juga menyelimuti mereka.

"Oppa tolong bukain tutup ini" seorang anak kecil dengan poni menjuntai indah dan mata besar, menghampiri Junjae dengan toples berisi coklat didalamnya.

"Lain kali kalau ngomong sama Oppa, pakai bahasa Inggris. Kau mengejekku ya? Oppa sekarang sudah pandai berbahasa Inggris" ujar Junjae

"Tapi Mama bilang, Lily harus pakai bahasa Korea kalau di Korea" jawabnya polos.

"Nah bingung kan? Makanya jadi orang luar Korea saja. Punya orang tua beda negara. Tapi kenapa malah tinggal di Korea? Kenapa tidak di Thailand saja? Disana banyak gajahnya. Atau kenapa tidak di Amerika? Kau bisa berteman dengan Donald Trump!"

Junjae, bukannya membantu, malah mengatakan hal-hal yang tidak bisa dimengerti oleh gadis kecil berusia lima tahun itu.

"Kenapa Oppa memarahi Lily?" Protes gadis kecil lainnya yang tidak tega melihat temannya menjadi sasaran kemarahan Junjae.

"Wae? Kau juga. Kenapa tidak tinggal diTaiwan saja? Disana banyak panda. Kenapa harus disini? Korea itu membosankan. Sudah sana pada pindah. Bikin sesak negara saja"

Haechan menepuk jidatnya melihat kelakuan sang kakak yang tidak pernah berubah. Dia selalu merasa terganggu dan sama sekali tidak tertarik pada anak-anak yang padahal, keponakan nya sendiri.

Sebelum Haechan bergerak untuk menghampiri dan menenangkan kedua gadis kecil yang tengah menangis itu, sebuah tangan putih terulur dan menarik telinga Junjae.

"Yah! Beraninya kau memarahi mereka?!" Pekik orang itu.

Tangannya masih setia menarik telinga Junjae.

"Ampun Noona, aku hanya bercanda"

"Bercanda apanya! Lihat mereka sampai menangis seperti itu. Lain kali, gunakan lidah licinmu itu untuk mendebat menteri! Jangan Seyoung dan Lily kau debat juga! Dasar norak"

"Eunji Unnie!" seru Hyena dengan senang. Akhirnya, ada orang lain yang bisa diajak nya bicara. Dan mengeluarkan nya dari suasana canggung tentu saja.

"Unnie darimana saja?" Pertanyaan Hyena tidak dijawab sang pemilik nama. Karena dia sekarang tengah duduk berjongkok untuk memeluk Seyoung dan Lily yang menjadi korban kekejaman lidah tajam Junjae.

"Sayang. Jangan menangis ya? Oppa Junjae memang kejam. Makanya jangan dekat-dekat dengan dia" ujar Eunji.

"Tapi kenapa Oppa selalu begitu? Dia tidak sayang sama Lily dan Seyoung? Apa karena kami tidak cantik?" Tanya Seyoung.

Eunji menggeleng kuat. "Aniya. Bagaimana bisa Oh Seyoung yang manis dan cantik ini berkata begitu? Dan lihat, mata besar dan pipi Chubby Lily sungguh menggemaskan. Oppa Junjae hanya merasa insecure. Dia tidak suka melihat orang lain lebih baik darinya." Jawab Eunji.

SWEET TALKER 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang