F R I E N D S

598 89 2
                                    

Matahari bersinar dengan cerah. Cuaca kota Seoul sudah tidak sedingin beberapa bulan yang lalu. Terasa hangat, bahkan sudah tidak ada salju yang terlihat menumpuk di pinggir jalan.

Seorang namja terlihat berlarian sembari membawa bungkusan makanan menuju rumah mewah yang ada diujung jalan.

Langkah di paksa berjalan dengan cepat. Peluh mulai menetes sampai melewati pelipisnya. Nafas terdengar memburu, namun namja itu memilih langsung masuk kedalam rumah mewah itu tanpa bersusah payah mengetuk pintu.

"Kau lama sekali. Dia sudah marah-marah dari tadi" tegur seorang namja yang lainnya.

"Aish. Memang nya jarak kedai dari rumah Eunbi itu dekat? Aku bahkan meninggalkan mobilku karena entah mengapa mesinnya mendadak mati"

"Iya..iya. Apa kau berhasil membawa jokbal nya?"

"Ne. Aku memaksa salah satu pekerja untuk membuatnya. Untung saja bahannya masih ada sisa. Lagian, kenapa dia menginginkan makan jokbal sepagi ini?" Sungutnya.

"Baguslah kalau begitu. Cepat kau antar makanan itu ke kamarnya, Jihoonie. Aku akan mengupas buah apel untuknya"

Jihoon mengangguk. Berjalan gontai menuju kamar Eunbi.

"Mbih?" Panggil Jihoon.

Eunbi yang sedang berbaring langsung lompat dari ranjang dan tersenyum lebar kearah Jihoon.

"Hati-hati. Ingat, ada bayi didalam perutmu"tegur Jihoon.

"Kau dapat jokbalnya? Wah. Harum sekali. Kemarikan"

Eunbi merebut bungkusan itu lalu duduk disofa. Jihoon menghela napas, ikut duduk disamping ibu hamil itu.

Sudah dua hari Jihoon dan Taeyong menginap dirumah Eunbi karena Jackson yang sedang dinas keluar negeri. Jangan ditanya bagaimana kerepotan nya dua namja itu.

Mengingat Eunbi selalu minta hal-hal yang aneh dan diwaktu tak terduga. Ditambah moodnya yang mudah sekali berubah. Kadang girang sendirian kemudian tiba-tiba menjadi pemarah dan juga menangis tanpa alasan yang jelas.

"Kau jangan meminta untuk menelpon Kim lagi. Aku takut dia merasa terganggu. Atau bahkan kepikiran karena tidak bisa menemani mu" ujar Jihoon.

Bagaimana tidak. Semalam bahkan sudah empat kali Eunbi menyuruh Jihoon atau Taeyong menelpon Dahyun. Lebih parah nya lagi, Eunbi tidak mau berbicara dengannya dan hanya ingin mendengar suaranya saja. Memusingkan, kedua namja itu berulang kali meminta maaf meskipun tentu saja Dahyun tidak mempermasalahkan hal itu.

"Tapi Dubu tidak keberatan kan?"

"Memang iya. Tapi bagaimana jika dia merasa sedih? Berpikir seharusnya dia bisa menemanimu agar tidak membuat mu harus menelponnya berulang kali" ungkap Jihoon.

"Kau tidak ikhlas membantuku?" Tanya Eunbi lalu meletakkan jokbal yang tadi sedang dimakannya.

"Aniya. Bukan itu maksudku. Aku--"

"Kau bisa pergi dari sini. Aku tidak membutuhkan mu. Pergi saja" ketus Eunbi.

"Hei. Ada apa ini?"

Jihoon menoleh. Melihat Taeyong yang masuk dengan membawa sepiring buah apel yang sudah dikupas dan dipotong kecil-kecil.

"Temanmu ini sungguh sangat menyebalkan. Dia memarahiku karena terus menghubungi Dubu. Memang nya kenapa? Aku hanya rindu dan ingin mendengar suaranya" adu Eunbi.

Taeyong mengangguk. Menatap Jihoon yang memasang wajah memelas. Kasihan, keahlian Jihoon dalam memperdebatkan sesuatu membuat nya jadi sering bertengkar dengan Eunbi.

SWEET TALKER 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang