Break Up 💔

791 106 12
                                    

Sana POV

Koridor rumah sakit masih sepi, mungkin karena para penjenguk yang belum berdatangan sepagi ini. Aku sedikit mendongak, melihat wajah Lisa yang juga menunduk untuk menatapku.

"Kenapa?" Tanya Lisa.

Aku hanya menggeleng pelan. Kemudian menatap lurus ke depan, Lisa mengantarku untuk melihat Dahyun diruangan nya dengan aku yang berada di atas kursi roda.

Saat tinggal satu meter dari ruangan, kulihat ada dua orang paruh baya berjalan mendekat dari arah berlawanan.

Aku berseru dalam hati karena selama berteman dengan Dahyun aku belum pernah bertemu dengan mereka-- Tuan dan Nyonya Kim.

Kemudian atensiku beralih ke tiga namja yang duduk di depan ruangan Dahyun. Jimin, Mark dan eh? Jaehyun? Sejak kapan dia ada disini? Ah. Apa mungkin dia datang bersama Lisa?

Lupakan hal itu. Kini aku dan Lisa sudah berada di depan ruangan, kulihat Nyonya Kim tersenyum kearahku. Aku membalas dengan senyum canggung, melihat betapa cantiknya Mama tiri Dahyun meski sudah tidak muda lagi.

"Tuan Kim?" Panggil Jimin.

"Jimin? Kau sedang apa disini?"

Bukan nya menjawab, Jimin malah bersimpuh di depan mereka. Sembari terus meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Kulihat, Tuan Kim menghela nafas berat sembari mengepalkan tangannya. Wajahnya penuh amarah. Namun, dia malah melakukan hal yang tak terduga.

"Bangunlah. Aku tidak mau melihat ada penyesalan disini" ujar Tuan Kim sembari mengangkat lengan Jimin untuk berdiri.

"Tapi. Putrimu.. dia terluka karena aku. Seharusnya aku--"

"Sudahlah. Semua sudah terjadi"

Astaga. Hanya itu? Ku kira setidaknya Jimin akan mendapat beberapa luka lebam diwajahnya. Ah. Apa karena Tuan Kim tidak peduli dengan Dahyun? Tapi kenapa dia ada disini? Aku merutuki diri sendiri, kenapa sebelumnya aku tidak bertanya pada Dahyun apa yang terjadi ketika mereka bertemu? Aish, bodohnya aku.

"Aku sungguh minta maaf. Hiks, kumohon jangan membenciku. Aku.. aku sangat mencintai nya. Tolong maafkan aku" ucap Jimin.

Aku melirik sebentar kearah Jaehyun yang bodoh seperti biasa nya. Namja itu terlihat kesal dan marah mendengar pernyataan Jimin pada mertuanya. Bagaimana pun, aku paham perasaan Jaehyun. Tentu saja dia cemburu. Kasihan sekali.

"Gwenchana, dan hilangkan airmata mu. Seorang namja tidak semestinya menangis didepan banyak orang"

Suara itu terdengar pelan, namun benar-benar mengintimidasi semua orang yang mendengar nya. Aku terkesima, sekeligus meringis. Jika Tuan Kim berbicara dengan suara pelan namun tetap terdengar menyeramkan, bagaimana perasaan Dahyun saat dibentak olehnya? Wah. Aku yakin Dahyun begitu menderita selama ini.

Kami semua terdiam. Tidak ada yang memulai pembicaraan sampai Dokter yang tadi sedang memeriksa Dahyun keluar ruangan.

"Tuan Kim?" Panggil Dokter muda nan cantik itu.

Tuan Kim mendekat, dengan lengan yang masih dipeluk oleh istri yang ada disampingnya.

"Apa dia sudah sadar?"

"Ne. Kondisi nya sudah membaik. Tapi tolong jangan terlalu memaksa nya untuk berbicara. Kalian boleh menjenguk nya bergantian" jelas nya

"Ah baiklah"

"Kalau begitu, saya pamit permisi"

"Ne Dok, terimakasih" ucap Nyonya Kim.

Aku menatap Lisa yang tengah duduk didepanku, dengan Mark yang berada disampingnya. Kulihat namja berwajah campuran itu sedari tadi bergerak tak tenang. Apalagi saat Lisa berbicara dengannya, terlihat sekali kalau dia sedang gugup. Telinga nya saja sampai memerah.

SWEET TALKER 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang