Musim semi sudah sempurna menghiasi Korea. Bunga-bunga mulai tumbuh dan mekar. Pemandangan yang sangat indah, saat Dahyun menatap kebun luas miliknya penuh dengan warna bunga dan aroma wewangian yang sanggup menenangkan pikiran.
"Jam berapa sekarang?"
Dahyun menoleh, sedikit terkejut melihat sosok wanita cantik yang masih terlihat muda dan fresh meskipun usianya tiga tahun lebih tua darinya.
"Wah. Unnie selalu tepat waktu. Ini bahkan baru jam 7 pagi. Tidak baik terus menumpang sarapan di rumah orang lain"
Dahyun terkekeh setelah mendapat pukulan ringan di lengannya, kemudian berjalan menuju meja dengan tiga kursi yang melingkarinya.
"Hari ini tidak ada rapat, CEO. Jadi kita bisa sedikit berbincang sembari menghabiskan sarapan"
Dahyun mengangguk. Menyesap teh hangat yang dibawa oleh wanita cantik itu. Tentu saja dengan dua porsi omelette yang terlihat begitu menggiurkan buatan Irene.
"Jeongyeon Unnie? Kenapa hubungan kalian bisa berakhir? Apa kau sungguh sudah tidak mencintai Jinyoung Oppa lagi?" Tanya Dahyun menatap Sekretaris nya itu dengan lekat.
Yang dipanggil Jeongyeon-- menghela nafas berat. Meski tangannya masih sibuk membelah omelette yang baru di makan setengahnya dengan menggunakan pisau sedikit bersuara, karena dia menahan emosi tentu saja.
"Aku tidak ingin membahas itu" ketus Jeongyeon tanpa melihat wajah Dahyun
"Wae? Apa--"
"Dahyun! Habiskan sarapanmu cepat. Tidak usah memikirkan hal-hal yang tidak penting. Aku sudah tidak mencintai nya. Percuma saja mencintai orang yang tidak pernah ada di sisi kita. Memang nya boneka-boneka besar itu bisa menggantikan semuanya? Gaun? Sepatu? Tas? Bahkan mobil yang dia kirimkan untukku tidak akan bisa menggantikan sebuah rasa. Kenapa dia tidak berkencan saja dengan kurir. Dia lebih sering menemui mereka daripada aku. Dia pikir semua harta dan uangnya bisa membeli perasaanku? Omong kosong"
Jeongyeon tersengal setelah mengatakan hal itu, sedangkan Dahyun tersenyum simpul. Jeongyeon memang mudah emosi jika membahas tentang kisah asmara nya yang sayangnya sudah kandas satu bulan yang lalu.
Dan Dahyun baru mengetahui nya setelah dia masuk ke kantor kemudian kembali bertemu dengan Sekretaris lama nya itu.
"Ah aku tau siapa yang Unnie butuhkan saat ini. Kenapa tidak mencoba melakukan pendekatan dengan Taeyong atau Jihoon? Mereka single" celetuk Dahyun
"Aku tidak mau menikah dengan orang yang dibawah usiaku. Kau gila? Yang ada nanti aku malah jadi pengasuh mereka" kesal Jeongyeon.
Dahyun tertawa senang. Puas rasanya membuat Jeongyeon kesal. Kemudian dia kembali teringat pertemuan terakhir nya dengan kekasihnya. Sudah sembilan hari berlalu, namun dia tidak kunjung datang kerumahnya.
Hah-- apa sesulit itu melamarnya? Padahal tinggal datang saja dan bicara baik-baik pada Papa nya. Dan kalaupun Daniel ikut, pasti Hyung nya itu yang akan angkat bicara.
Jaehyun (nya) benar-benar payah.
Saat sedang menikmati lamunannya, ponsel Dahyun berdering. Tertera nama Sana. Namun Dahyun enggan mengangkat nya, sepagi ini dia tidak mau membuat otak nya berpikir terlalu keras. Semenit, dua menit. Akhirnya ponselnya kembali hening.
"Ular Jepang menelpon mu, kenapa tidak di angkat?" Sela Jeongyeon
"Nanti jam makan siang juga dia datang ke kantorku" jawab Dahyun.
Jeongyeon terkekeh. " Gadis itu memang aneh. Padahal jarak antar kantor nya dan kantor kita memakan waktu 20menit lebih. Belum kalo lagi macet. Dan yah-- dia melakukan itu setiap hari. Kurasa dia benar-benar menyayangi mu dan banyak berkorban untukmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET TALKER 2
FanfictionKehidupan terus berlanjut, tidak peduli berakhir dengan siapa dan seperti apa. -Kim Dahyun. #1 Dahyun (04/April/2020) ❤️