"Oh ya? Kau yakin aku hanya bisa mengancam saja? Lihat ini"
Dorrr!!!
Semua mata membelalak saat mendengar suara tembakan. Seong-woo berseru dengan muka yang menahan emosi. Termasuk Jimin--dia sampai gemetar setelah melihat tubuh yang perlahan jatuh ketanah.
Dengan luka tembak di bagian punggung nya--
Tidak....!!!
Suara pekikan masuk kedalam telinga, wajah panik mulai mendekat dan mengguncang pelan bahunya. Dahyun merasa punggung nya perih dan terbakar. Hingga bayangan wajah Jaehyun yang tengah tersenyum melintas di kepalanya.
Melihat sosok yang tengah menatap dirinya, membuat Dahyun tersenyum simpul kearahnya. Tangan pucat nya terangkat untuk menyentuh rahang itu, namun luka yang ada ditubuh nya mengambil semua atensi Dahyun.
"Chim..." Gumam Dahyun pelan.
Tangannya luruh ke tanah. Perlahan, semua menjadi gelap--
"Andwae! Jangan tutup matamu, Dahyun! Maafkan aku!"
Jimin memangku tubuh Dahyun yang sempat jatuh mengenai kakinya, memeluknya erat. Hingga tidak terasa air mata sudah membanjiri wajah lebam nya.
"Menyingkir darinya!" Seru Mark.
Mark mengambil tubuh Dahyun dari pangkuan Jimin. Mendorong namja itu dengan kasar sembari memberi dead glare kearahnya.
"Dahyun!" seru Mark.
Namun Dahyun tetap bergeming, tidak peduli seberapa sering dan lantang nya Mark menyebut namanya. Gadis Putih di pangkuan nya tetap tidak mau membuka matanya.
Seong-woo mendekat dengan masih menggendong Sana yang pingsan. Menatap sebentar kearah Jimin yang tengah terduduk sambil terisak. Awalnya dia ingin menendang namja bodoh itu, namun mendengar suara isakan nya membuat dadanya ikut merasa ngilu.
"Mark. Kita harus membawa nya ke rumah sakit. Dahyun harus segera ditangani" ujar Seong-woo.
"Baiklah. Aku akan membawa nya" jawab Mark kemudian bangkit dan membopong tubuh Dahyun.
"Pa-pakai mobilku. Ayo, akan lebih cepat jika menggunakan mobil" ucap Jimin menghentikan langkah Mark yang hendak berlari.
Sebenarnya Mark tidak sudi menerima bantuan dari Jimin, namun melihat kondisi Dahyun yang semakin sekarat dia pun menurunkan egonya. Lalu mengangguk setuju.
"A-ayo" ujar Jimin.
Jimin tidak kalah kalutnya, dia semakin kehilangan konsentrasi saat melihat ada banyak darah Dahyun di celana bagian paha nya.
Seakan mengerti, salah satu anak buah Jimin menawarkan diri untuk membawa mobil.
"Gomawo" lirih Jimin padanya.
Kemudian mereka mulai masuk kedalam mobil. Mark dan Dahyun berada di jok belakang dengan Jimin duduk di sebelah kemudi. Sedangkan Seong-woo dan Sana berada di mobil lain.
Selama di perjalanan, Jimin terus bergerak gusar. Dia terus menoleh kebelakang seakan takut jika sewaktu-waktu Dahyun menghilang.
"Maafkan aku, Dahyun" lirih Jimin yang entah sudah keberapa kalinya.
Mark tentu mendengar itu, membuatnya sedikit melupakan tindakan Jimin yang sudah membuat wajah mulusnya menjadi lebam. Apalagi dia sampai melakukan hal yang seumur hidup belum pernah Mark lakukan-- berkelahi.
Tak membutuhkan waktu lama, mobil mereka sampai didepan rumah sakit elite di daerah Seoul. Jimin langsung keluar mobil dan memanggil-manggil perawat seperti orang kesetanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET TALKER 2
FanfictionKehidupan terus berlanjut, tidak peduli berakhir dengan siapa dan seperti apa. -Kim Dahyun. #1 Dahyun (04/April/2020) ❤️