Mobil berhenti di depan sebuah gedung kosong yang seperti nya sudah lama tidak dihuni. Mata monolid tajam itu terus menatap bangunan itu dan layar ponselnya bergantian.
Tidak ada yang salah. Bahkan tanda merah sudah menunjuk ke tempat yang seharusnya.
"Ini tempatnya?" Gumam Dahyun
"Kenapa malah bertanya padaku? Kau yang mengamati maps itu sedari tadi"
"Aish. Aku sedang tidak bicara padamu, Sana-ssi"
Sana mendengus kesal. "Kalau tidak bicara padaku, lalu kau sedang bicara sama siapa? Hantu?"
Dahyun semakin mencengkram kuat kemudi, menimang apakah dia harus menemui orang itu. Tapi bagaimana jika dia sungguhan melakukan hal yang buruk pada keluarganya?
"Kita pulang saja. Bukan karena takut, tapi seperti merasa ada sesuatu yang buruk menanti kita didalam sana"
Dahyun menoleh. Menatap wajah Sana yang terlihat begitu takut dan ya-- sok kuat.
"Kau sendiri yang bilang akan mengatur strategi. Giliran sudah ditempat kejadian malah menciut seperti itu" cibir Dahyun.
"Mana aku tau jika tempat nya begitu horor seperti ini" elak Sana.
Dahyun bergerak gusar memandang keluar jendela, langit terlihat semakin gelap. Ini sudah jam 6 sore, tentu saja suasana disekitar gedung tua itu semakin membuat nya bergidik ngeri.
Ting!
Dahyun berseru hingga membuat Sana sedikit terkejut dan ikut menatap layar ponsel Dahyun.
"Cepat balas saja" titah Sana.
Unknown
Wah, kau sdh dtg sayang? Masuklah. Aku menunggumu di lantai 2. Tdk usah takut, aku mencintaimu
Jgn mencoba utk menjebakku.
Kau turun dan temui aku.Tdk sayang, kau saja yg kesini. Aku menyiapkan kejutan besar untukmu
~~
Sana mencebik kesal karena orang itu terus memanggil Dahyun dengan sebutan 'sayang'
"Sebenarnya dia itu siapa? Kenapa terus memanggil mu seperti itu? Apa kau pernah memiliki kekasih selama di New York?" Tanya Sana.
"Kau ini bicara apa. Aku tidak pernah berhubungan dengan siapapun disana" kesal Dahyun.
Sana merengut. Menatap kepala Dahyun dengan kesal. Memang, sejak tadi dia duduk di jok belakang. Agar tidak diketahui keberadaannya oleh orang yang menyuruh Dahyun datang kesana.
"Baiklah. Aku akan mencoba masuk. Pastikan ponselmu tetap hidup. Jangan lupa kunci pintunya. Aku takut seseorang akan memeriksa mobil ini" ujar Dahyun.
"Kau serius? Kita pulang saj--"
"Aniya. Orang itu tidak akan berbuat jahat. Kau dengarkan? Seperti nya dia menyukaiku. Dia tidak akan menyakiti wajah cantikku ini. Jadi tenang saja"
Sana bergeming. Menatap tidak percaya, Dahyun masih saja sempat bercanda dalam keadaan darurat seperti ini.
Saat Dahyun hendak membuka pintu, tangan Sana menahannya. Dahyun menoleh, melihat wajah Sana yang begitu cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET TALKER 2
FanfictionKehidupan terus berlanjut, tidak peduli berakhir dengan siapa dan seperti apa. -Kim Dahyun. #1 Dahyun (04/April/2020) ❤️