1. Chorong

950 40 1
                                    

Cerita akan memakai sudut pandang orang pertama ya.

……………

Aktivitas biasanya akan lebih terasa lebih baik apabila di awali dengan hari yang cerah. Namun hari ini hujan turun membasahi sekitar kota Cheongju tempatku dilahirkan. Gemuruh di langit membuat siapa saja menjadi malas untuk beranjak kemanapun dalam cuaca yang seperti ini. Tapi mengingat aku mempunyai jadwal pelatihan, aku harus tetap pergi keluar menuju tempat yang akan menjadi sumber penghasilanku nanti.

Melamar pekerjaan di usiaku yang genap 30 tahun tentu tidaklah mudah. Sudah berbagai instansi ku coba peruntunganku di sana. Restoran, tempat karaoke, motel, bahkan sampai bar sekalipun menolak jasa yang akan ku berikan kepada mereka. Setelah satu tahun ini berjuang mencari tempat bekerja, akhirnya aku menemukannya walaupun harus mengikuti sebuah pelatihan terlebih dulu. Dengan berbekal kemampuan bela diri hapkido yang di ajarkan Ayahku sejak kecil, aku diterima oleh sebuah institusi yang menaungi orang-orang yang akan menjadi pengawal nantinya. Tentu saja pekerjaan itu bukanlah impianku sebenarnya. Tapi aku tidak mempunyai pilihan lagi selain menjalani semuanya supaya aku bisa menghasilkan uang untuk diriku dan juga keluargaku. 

Pagi ini aku berangkat seperti biasa menuju tempat yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Dengan menggunakan sebuah payung, aku menyusuri jalanan pedesaan supaya bisa tiba di halte bus terdekat. 

"Yaa!" Aku sontak berteriak pada anak-anak kecil yang dengan sengaja berlompatan di genangan air yang baru saja ku lewati. 

Mereka sepertinya terkejut dengan suara kencangku sampai aku melihat para Ibu mereka mendekat. 

"Ma-maafkan aku.... A-aku meminta maaf padamu" Aku langsung membungkukkan badan karena salah satu anak mulai menangis. 

"Apa kau harus mengomeli anak kecil seperti itu?" Seorang Ibu memarahiku balik. 

"Biarkan saja. Dia selalu bersikap sok jagoan setelah mendapatkan pekerjaan barunya" Ibu lainnya menanggapi sambil membawa pergi sang anak. Lalu yang lain pun mengikutinya setelah sempat memberikan tatapan tajam padaku. 

Tinggal di lingkungan yang kecil ini membuat rumor seperti itu bisa menyebar dengan begitu cepat. Pekerjaan seorang pengawal masih di anggap sebagai hal yang tidak pantas dilakukan oleh seorang wanita. Aku pun pernah melakukan sebuah kesalahan sampai membuat kedua orangtuaku malu untuk menjelaskannya kepada tetangga sekitar. Jadi pandangan mereka terhadapku sedikit berbeda sekarang.

Dengan segala perasaan bersalah yang masih muncul, aku melanjutkan langkahku secara perlahan. Aku kembali mendapati sorotan yang sama dari beberapa orang yang berpapasan denganku. Namun aku selalu mencoba untuk bersikap sopan meskipun hasilnya mereka tetap saja mengabaikanku. 

"Maaf....." Seorang pria tidak sengaja menyerobot saat aku hendak menaiki bus. 

"Tidak apa" Aku memungut sebuah amplop yang terjatuh di pijakan bus lalu memberikannya padanya. 

"Terima kasih..."

Ucapan sederhana seperti itu akhirnya bisa membuat semangatku kembali bangkit pagi ini. Hal sekecil itu terasa sangat berarti untukku. Aku pun menaiki bus lalu duduk di kursi belakang. Aku tidak perduli hujan yang masih turun dari langit sekarang. Suasana hatiku perlahan membaik dan benar-benar siap untuk memulai hari ini dengan semangat. 

…………………

Sebuah tempat olahraga tertutup yang ada di suatu tempat telah di penuhi oleh para peserta pelatihan yang sebagian besar di ikuti oleh pria. Pakaian santai dengan identitas nama juga sudah melekat pada masing-masing termasuk diriku saat ini. Aku juga sempat menguncir rambut panjangku supaya tidak mengganggu aktivitas hari ini. Kedua mataku mulai sibuk memperhatikan beberapa wanita yang berbaris acak tidak jauh dariku. Mereka berusia lebih muda dariku dan sepertinya sangat menginginkan pekerjaan sebagai pengawal ini. Mereka menangkap pandanganku dan sedikit melambaikan tangannya. Aku datang di saat mereka sudah tiba lebih dulu tadi. 

Protect Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang