Berdiam hanya akan membuatmu tertinggal. Usahalah yang membuatmu menjadi hidup dan bangkit dari keterpurukan.
•×•×•
5 jam sebelumnya
Kalila menatap jengah pada Kama seperti perempuan sedang kasmaran, yang akan berpergian dengan teman kencannya dan harus memilih pakaian terbaiknya. Kalila bahkan masih bersidekap dengan kaki yang tidak berhenti menepuk-nepuk lantai keramik bermotif abstrak.
Dua puluh menit lebih tiga puluh tiga detik akhirnya Kama berhasil menyelesaikan masalahnya dengan pakaian yang mesti dia gunakan untuk menjaga image-nya sebagai cowok yang memiliki style yang bagus.
"Baru selesai dandannya?" cibir Kalila saat Kama hendak keluar dari kamar.
Kama yang mendengar suara itu terlonjak kaget.
"Asem lo! Ngagetin Abang aja!" Kalila mencebik kesal.
Kalila meneliti pakaian Kama dari atas hingga bawah. "Tumben rapi, mau ke mana?" tanyanya penuh selidik.
"Kepo!" Kama melenggang pergi membuat Adiknya itu harus menahan rasa kesal.
Seakan mendapatkan sebuah ide, Kalila tersenyum menyeringai menatap punggung Kama yang menghilang di balik pintu. "Lihat aja, gue curiga ada yang lo sembunyiin."
•×•×•×•
Kalila mengikuti mobil Kama yang berjalan menuju rumah Aidan. "Apa mereka mau main, ya? Tapi kenapa gue harus ngikutin Abang yang nyebelin itu, sih!" gerutu Kalila di balik mobilnya yang terhenti tidak jauh dari mobil Kama yang terparkir di depan halaman rumah minimalis milik keluarga Aidan.
"Perasaan gue kalut banget, tiba-tiba ngerasa aneh. Kenapa, sih?" Kalila terus menggerutu hingga melihat Aidan yang masuk ke mobil Kama.
Kalila terus mengikuti Kama dan menjaga jarak mobilnya agar tidak terlalu mencolok ketika di jalanan dan tidak dicurigai oleh Kama.
"Loh, ngapain mereka beli parcel buah?" pekik Kalila yang melihat Kama dan Aidan keluar dari sebuah ruko yang menyediakan jasa pembuatan parcel buah-buahan.
Alisnya semakin mengerut ketika menyadari sebuah kejanggalan. "Oh, iya! Ke mana Refan?" Kalila mulai berasumsi yang tidak-tidak tentang Refan.
Hingga tanda tanya besar yang ada di kepalanya terjawab sudah, saat mengetahui bahwa Refanlah orang yang akan dibesuk oleh Kama dan Aidan. Kalila bernapas lega, karena rasa penasaran dan gundahnya sangat tidak beralaskan.
Langkah kakinya menuntun Kalila hingga mempertemukannya dengan Yuka yang berdiri di ambang pintu dekat dengan ruangan di mana Refan di rawat. Jiwa kepo-nya melejit membuat Kalila diam-diam menguntit Yuka yang sepertinya sedang mendapatkan sebuah panggilan dari seseorang.
Tapi yang Kalila tidak pahami adalah wajah Yuka yang terlihat merah padam dan tatapannya yang berubah menjadi nanar ketika menengok ke arah ruangan nomer dua itu.
Kalila juga dibuat pusing dengan dirinya sendiri karena mau repot-repot mengetahui hal ini. Entahlah, sepertinya ada sebuah dorongan untuk melakukan ini. Dan itu benar-benar sangat mengganggunya.
"Gue heran, deh, kenapa gue se-kepo ini sama orang," ucapnya pada diri sendiri.
"Keliatan bego tahu!" Kalila kembali menggerutu tapi tetap mengamati Yuka dari jauh sambil bersembunyi di balik dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire [END]
Teen FictionManusia tidak ada yang sempurna, semua pasti memiliki kemampuan yang seimbang dengan kekurangannya. Tidak ada yang berlebih, hanya saja kita yang melebih-lebihkan. Kesuksesan bukan hanya untuk orang yang terlahir sempurna, selama ada tekad dan usaha...