Part 18

77 9 7
                                    

Tanpa kamu sadari, kamu telah aku jadikan pusat duniaku. Lantas dengan ketiadaanmu, aku ... bisa apa?
— Clarissa Putri

Jangan berharap padaku. Sungguh! Aku tidak bisa menjanjikan semua janjiku terpenuhi, meskipun aku menginginkannya. Jangan kecewa
— Refano Samuel

•×•×•×•

Semuanya sibuk. Tidak ada dari mereka yang tampak santai-santai, meskipun Kama tadi sudah ijin sebentar karena ada masalah darurat dengan peliharaannya.

Siapa lagi kalau bukan para gadis yang dikencaninya minggu lalu setelah putus dengan gadis yang notabenenya anak manajer sebuah perusahaan.

Peliharaan Kama itu membuatnya seperti laki-laki brengsek, walaupun memang bisa dibilang seperti itu, tapi bukan kah terlalu kejam jika kita menyimpulkan sebuah pendapat dari satu sudut pandang saja? Setidaknya berpikiran positif itu sangat diperlukan.

Oke, skip. Kita bukan membahas tentang cara pandang kita terhadap seseorang, tapi di sini, di rumah dengan gaya minimalis bercampur eropa di bagian beberapa funiture-nya telah mereka dekor se-demikian rupa hingga menjadi sebuah pesta untuk sahabat mereka.

"Hallo, Tante, apakah Tante dan Om bisa ke rumah sekitar dua jam lagi? Maaf merepotkan," ujar Mita pada orang tua Ica.

" .... "

"Baik Tante, hati-hati di jalan."

" .... " Tante Miranda memutuskan panggilannya. Mita sama sekali tidak keberatan akan hal tersebut.

Dalam hati Mita ber-eforia, meskipun rencananya belum sepenuhnya berjalan karena Ica dan Yuka masih sibuk dengan girl time-nya, Mita tak mengeluh jika dia tidak ikut bersama kedua sahabatnya dan malah terjebak di sini sebagai penanggung jawab bersama Fira yang kembali membuat kepalanya pening karena tingkahnya.

"Aduh, Aidan kok bodoh banget sih! Ini tuh udah jelas-jelas di simpen di sana aja, biar kesannya gak kaku gitu tau," omel Fira.

Aidan yang lagi-lagi kena tegur dari Fira kembali menghela nafasnya. Entah dia kena sial atau dosa apa hingga semesta selalu saja membuat dia selalu salah di mata Fira dan selalu berurusan dengan perempuan cerewet ini.

"Hm, iya-iya," ucapnya dengan ogah-ogahan.

Saat Aidan berusaha untuk kembali menyusun tumpukan kado yang berbeda ukuran, Fira kembali mendumel.

"Aduuh, kok, bisa gitu sih! Gak gentle amat!"

Aidan menggeram hingga membuat pemuda yang pada awalnya membelakangi Fira, kembalikan badannya sepenuhnya menghadap pada Fira.

"Fir, lo bisa ga—"

"APA AIDAN?!" hardik Fira dengan berkacak pinggang.

Aidan terkesiap. Dia melirik pada Refan yang sekarang sedang melirik padanya. Mereka seakan mengerti maksud dari tatapan mereka.

"Kenapa sih, kalian mendadak jadi nyebelin gini, pusing tahu Fira, tuh," rengek Fira seperti anak kecil. Aidan dan Refan sontak menghela nafasnya secara bersamaan.

Fira menoleh pada Aidan, memberikan pelototan kecil pada pemuda yang memiliki tinggi 20 cm lebih tinggi darinya. "Kamu ngerjain tugas kamu yang bener ya, Aidan. Fira capek harus omel-omel kamu mulu."

Desire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang