Kukira dengan melangkah pergi, kau akan mendapatkan kebahagiaan tersendiri.
*******
Langit seolah menunjukkan bahwa dia sangat bahagia hari ini, ditemani dengan matahari yang bersinar terang. Berbanding terbalik dengan suasana hati seorang laki-laki yang berada di kamar, ia merutuki perbuatannya beberapa hari belakangan.
"Gue ... berengsek, ya?"
Wajah laki-laki itu memerah, kedua tangannya terkepal erat. Vas bunga yang berada di nakas samping tempat tidur menjadi pelampiasan, pecah menjadi berkeping-keping karena dilempar ke tempok.
Hoshi berteriak, ia menjambak rambutnya sendiri. "Goblok! Lo goblok, Hoshi!" teriaknya frustrasi.
"Cemburu lo itu gak beralasan. Harusnya lo sadar, kalau lo itu gak ada hak sama Ica. Bodoh lo!"
Langkah kaki laki-laki itu mendekati lemari di pojok kamar, ia menatap pantulan yang ada di cermin. Satu kata yang mendeskripsikan dirinya sekarang, berantakan.
"Bodoh!" pekiknya sambil menghantamkan kepalan tangan ke cermin.
Cermin yang ditinju Hoshi langsung jatuh berkeping-keping, bahkan pecahannya ada yang mengenai kaki Hoshi. Namun, laki-laki itu tampak tidak peduli.
Cairan merah yang kental muncul di sekitar buku-buku jari tangan Hoshi, begitu juga dengan kakinya.
Tubuh tegap itu merosot luruh ke lantai, membuat dirinya berada di sekitar lautan kepingan cermin. Kedua tangan Hoshi memeluk lutut, ia menenggelamkan kepala di sana.
Hingga entah berapa lama, kegelapan memeluk erat Hoshi.
****
Aidan terdiam, tangisan Fira membuat hatinya tersayat. Kedua kaki laki-laki itu bergerak pelan ke arah gadis yang ia sukai, lalu ikut bersimpuh di lantai rooftop rumah sakit ini.
"Fira!" Panggilan itu seperti bisikan, nyaris tidak terdengar. Tangan Aidan tergerak pelan menyentuh puncak kepala Fira, lalu mengusapnya halus.
"Fira!"
Kali ini, Fira mengangkat wajahnya. Mata mereka bertemu, saling menatap dalam. "Aidan, Fira minta maaf. Seharusnya Fira nggak ngomong kayak gitu," sesal Fira.
Kepala Aidan menggeleng, menyalahkan ucapan yang keluar dari mulut Fira. "Enggak, di sini gue yang salah. Maaf, ya," ucap Aidan.
Kedua tangan Aidan bergerak menghapus air mata Fira, wajah gadis itu tampak sembab karena menangis. "Jangan nangis lagi, maaf," ulang Aidan.
Fira tidak menyahut, tapi mata gadis itu menatap Aidan dengan lekat. Perlahan, ia bergerak maju dan memeluk laki-laki di depannya. "Aidan, jangan cemburu! Fira sama Kama gak ada hubungan apa-apa, maaf kalau Fira buat Aidan kecewa," ungkapnya.
Pelukan Fira dibalas Aidan dengan erat, ia menenggelamkan kepala di bahu gadis yang sedang direngkuhnya. "Kita jadian aja, ya? Gue gak mau lo deket-deket cowok lain."
Seketika, Fira langsung mendorong Aidan agar menjauh. Gadis itu menatap laki-laki di depannya dengan tatapan tidak percaya.
"Apa?" tanya Aidan bingung.
"Aidan gak nembak Fira dengan romantis, masa Fira lagi jelek gini diajak pacaran! Udah gitu di rooftop rumah sakit lagi, Fira, kan, pengen ditembak di pasar malam," rengut Fira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire [END]
Teen FictionManusia tidak ada yang sempurna, semua pasti memiliki kemampuan yang seimbang dengan kekurangannya. Tidak ada yang berlebih, hanya saja kita yang melebih-lebihkan. Kesuksesan bukan hanya untuk orang yang terlahir sempurna, selama ada tekad dan usaha...