Bagian hati, siapa yang tahu. Semuanya bisa silih berganti dengan begitu mudahnya. Jangan pernah bermain-main dengannya, karena itu bisa menjadi kelemahan bagimu.
•×•×•×•
Mereka melirik Refan dan Yuka bergantian. Menunggu jawaban dari keduanya, bagaikan memutuskan hal yang sulit saja. Rasanya begitu tegang.
"Jadi ... gimana?" seru Hoshi memastikan keputusan dari dua orang itu.
Refan yang memilih diam karena bingung harus bereaksi seperti apa, secara tidak langsung membuat Yuka mengambil keputusan. "Kita setuju kok." Yuka akhirnya membuka suaranya setelah bergelut dengan pikirannya yang berkecamuk.
Melihat Yuka yang tersenyum, membuat Refan ikut tersenyum pula. Dia pikir, Yuka akan menolak rencana itu karena pastinya hal itu akan membuat Yuka terluka.
"Ya, begitu." sambung Refan.
Mereka semua bersorak ria. Terutama Fira yang terlihat lebih girang, karena usulannya disambut dengan baik. "Tuh kan, gini-gini juga Fira tuh bermanfaat," ucapnya dengan bangga, menyindir dua orang yang menurut Fira menyebalkan. Kama dan Aidan.
Kama mendengkus sebal. "Lumayanlah!" Kemudian ia melirik Refan yang sedang berbincang dengan Mita. "Tapi apa lo yakin bisa ngelakuin itu, Fan? Bukannya gue gak percaya, tapi setidaknya lo perlu latihan dulu, kan?"
Fira menjentikkan jarinya. "Ide bagus!" Semua orang yang ada di rumah Mita kembali mengalihkan perhatiannya pada Fira. "Gimana kalo kita latihannya dengan Yuka yang pura-pura dulu jadi Ica dan Refan belajar buat nyanyi didepan Yuka. Biar nanti Refan gak nervous lagi, gimana?"
Mita yang ikut menyadari suasana berubah menjadi awkward, melirik Yuka dan Refan yang kembali terdiam. "Kenapa harus Yuka, Fir?" sanggah Mita.
Aidan memicingkan matanya pada Mita. "Lo cemburu?" sahutnya yang mendapati raut tidak suka dari Mita.
"Bukan gitu!" seru Mita. "Ya, kenapa harus lat—"
"Bukan ide yang buruk, benarkan, Ka?" Refan melihat Yuka yang tampak salah tingkah, namun merasa tidak nyaman di saat bersamaan.
Yuka mencoba untuk tersenyum, walaupun hanya menarik ujung bibirnya beberapa senti saja. "Ah, i--iya," ucapnya dengan ragu.
Fira kembali bersorak, dia menyikut perut Aidan yang ada di sampingnya. "Lihat, kan, Fira emang pintar! Wlee," ucap Fira sambil menjulurkan lidahnya.
Aidan sedikit meringis saat sikutan Fira mengenai perutnya, dia tak habis pikir dengan Fira. Pinter apaan, yang ada mereka jadi canggung, Bambang! umpat Aidan dalam hati.
"Terserah lo." Aidan memutarkan bola matanya pada Fira yang masih kegirangan tanpa mengenal situasi yang sudah berubah.
Mita mendesah berat, sedikit menyesali perbuatannya untuk mengajak Refan dan kawan-kawannya ikut berpartisipasi. Dia sungguh merasa khawatir dengan perasaan sahabatnya itu setelah kejadian hari ini. Tapi kenyataannya, nasi sudah menjadi bubur. Mita tidak bisa berbuat lebih.
"Tenang aja, mereka cukup kuat buat ngatasinnya," ungkap Hoshi yang berbisik pada Mita.
Mita menoleh pada Hoshi dengan kening yang berkerut. "Dari mana lo bisa tahu, anak kecil?" sindir Mita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire [END]
Teen FictionManusia tidak ada yang sempurna, semua pasti memiliki kemampuan yang seimbang dengan kekurangannya. Tidak ada yang berlebih, hanya saja kita yang melebih-lebihkan. Kesuksesan bukan hanya untuk orang yang terlahir sempurna, selama ada tekad dan usaha...