Jangan pernah singgah jika kamu tak berniat untuk menetap. Karena hati mudah gelisah, pada rasa yang datang menetap.
•×•×•×•
Yuka bungkam saat pertanyaan itu dikatakan oleh Ica. Jujur saja, Yuka sama gugupnya saat kejadian tempo lalu yang membuat dia harus berjanji pada orang itu. Entah kenapa rasanya dalam minggu ini Yuka benar-benar sibuk, sibuk mengurusi kehidupan orang lain hingga melupakan kehidupannya sendiri.
Untung saja waktu itu ada Mita dan Fira yang mengalihkan topik pembicaraan, tapi Yuka yakin bahwa Ica akan terus menanyakan hal itu kepadanya.
Kenapa harus ribet kaya gini sih! gerutu Yuka dalam hati.
Karena merasakan mumet, Yuka memilih kedai es krim yang menjadi langganannya dengan Ica dan teman SMP-nya dulu.
"Eh, Neng Yuka. Gak sama Ica, ya?" Penjaga kedai es krim yang bernama Sari, menyambutnya dengan ramah. Karena kebiasaannya datang ke tempat ini bersama teman SMP-nya, Mbak Sari merasa aneh karena Yuka datang ke kedainya sendiri.
Mbak Sari memberikan Yuka sebuah es krim oreo yang sudah dipesannya. Lalu Yuka menerimanya dengan senang hati. "Dia baru selesai di opname, Mbak," ucap Yuka dengan lirih.
Mbak Sari nampak terkejut. "Lho, emangnya kenapa?"
Yuka meringis. "Abis kecelakaan."
"Ya ampun, semoga cepet sembuh, ya!" Yuka mengamini dan berpamitan pada Mbak Sari. Ia memilih duduk di meja paling pojok, namun paling dekat dengan pintu masuk karena letaknya yang berada di ujung dan hanya dibatasi oleh dinding kaca transparan. Menampilkan hiruk-pikuk di jalanan.
Netranya memang sibuk melihat orang-orang yang berlalu lalang, namun hati dan pikirannya melayang buana. Tangannya juga sibuk menyendokkan es krim pesanannya.
Ketika Yuka sedang melamun, suara decitan kursi di hadapannya membuat perempuan itu menoleh dan membelalakkan matanya.
"Kok lo ada di sini, sih? Gimana bisa?" Yuka menatap pemuda di depannya yang hanya memakai hoodie berwarna abu-abu dan jeans berwarna hitam. Padahal cuaca di luar terbilang sangat dingin untuk orang sepertinya. "Gimana kalo lo sakit lagi coba! Ada-ada aja ke sini, ih!" Yuka sempat panik luar biasa saat tanpa sengaja ujung jarinya menyentuh ujung jari laki-laki yang ada di depannya.
Padahal cuma ujung jari doang tapi kok jantung gue jumpalitan sih! Yuka berdoa dalam hatinya semoga saja orang itu tidak bisa mendengar jantungnya.
"Ya bisalah, dari pada di Rumah Sakit mulu."
Yuka menyuapkan es krimnya. "Ya, tapi kenapa ke sini juga sih?"
"Karena gue tahu, lo pasti ada di sini."
Jika ada kamera di sini, Yuka pasti akan mengangkat tangannya, dia speechless.
"Tapi kenapa lo gak istirahat di rumah aja?" balas Yuka dengan tegas.
"Bosen, pasti di sana ada Hoshi yang ujung-ujungnya bakal ganggu gue."
Yuka mendesah berat. Kadang menjadi orang yang keras kepala memang membuat orang lain repot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire [END]
Teen FictionManusia tidak ada yang sempurna, semua pasti memiliki kemampuan yang seimbang dengan kekurangannya. Tidak ada yang berlebih, hanya saja kita yang melebih-lebihkan. Kesuksesan bukan hanya untuk orang yang terlahir sempurna, selama ada tekad dan usaha...