Part 26

71 10 1
                                    

Jangan salah melangkah, atau kau kembali terluka. —Aidan

Ceklek

"Ouw .... " Mulutnya terbuka sedikit, melihat objek yang dia lihat dalam posisi yang membuat siapa saja yang melihatnya, akan berfantasi sama. Dia tidak menyangka jika sahabatnya bisa melakukan hal se-vulgar ini.

Senyumnya menyinggung ke atas sebelas, merasa bangga karena orang-orang yang biasa melihatnya berlaku patuh layaknya anak kecil dapat melakukan hal dewasa seperti sekarang. Tidak ingin mengganggu adegan romantisme sahabatnya. Dia kembali menutup pintu dan terperanjat melihat Hoshi dan Yuka datang bersamaan, tanpa Fira.

Saat Hoshi akan membuka pintu, tangannya dicegah oleh Aidan. Kening mereka sama-sama bergelombang tapi menandakan makna yang berbeda. "Kenapa lo cegah kita masuk, Dan?" tegur Yuka yang ada di samping Hoshi, memandang aneh pada Aidan.

Aidan kembali melirik ke belakang punggung Yuka, Yuka pun mengikuti arah pandangan Aidan. "Kenapa?" tanya Yuka lagi.

"Fira di mana? Gak sama kalian?"

Hoshi melirik sekilas pada Yuka, lalu kembali menatap Aidan. "Tuh, dia tadi ada di belakang," tunjuk Hoshi menggunakan dagunya.

"Lagian, kok, lo bisa biarin Fira bawa banyak barang-barang sih!" tegur Yuka.

"Salah sendiri gak minta bantuan," bela Aidan. Hoshi mendengkus mendengar pembelaan dari sahabatnya itu.

"Lo gak berubah ya, Dan."

Aidan memandang Yuka tajam. "Apa?"

"Pantesan hubungan lo sama mantan-mantan lo singkat. Lo emang minim peka," sungut Yuka sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

Aidan hendak memprotes, namun teguran dari Hoshi membuatnya tertegun. "Fira itu hampir sama kaya Ica, terlalu polos masih lugu. Keliatan sih dari matanya, dia gak mau repotin orang lain, ngerasa sungkan. Jadi, sebelum terlambat, samperin, gih!," jelas Hoshi.

"Ta—"

Yuka sudah berkacak pinggang sambil menatap Aidan dengan tajam, seolah-olah berniat membunuh Aidan melalui matanya. "CEPET AIDAN, JANGAN BANYAK BACOT!" teriak Yuka yang menyebabkan Aidan lari terburu-buru.

"JANGAN SAMPAI KALIAN MASUK KE RUANGAN REFAN SEBELUM GUE! GUE YAKIN KALIAN GAK MAU TERLUKA!" teriakan dari Aidan membuat pemuda tersebut ditegur oleh banyak orang karena terlalu berisik, terutama dari suster yang tidak sengaja dia lewati.

Kini Yuka memandang Hoshi dengan tatapan selidik. "Jadi ini rencana lo pas tadi nolak bantuin Fira?"

Orang yang ditanya malah mengedikan bahunya. "Mungkin kebetulan aja," sahutnya.

"Mana, Ica?" Adalah pertanyaan pertama yang Kama lontarkan saat pemuda itu sudah berada di depan Hoshi dengan membawa berkas-berkas bersampul coklat.

"Ada di dalem," balas Hoshi. Lalu tanpa permisi, Kama menyerobot masuk ke dalam ruangan Refan yang didominasi oleh warna putih dan cream. Sejenak, dia terpaku pada dua objek di depannya. Kama buru-buru kembali ke pintu dan menutupnya.

Masih dengan napas yang memburu, dia melirik Kalila, Yuka dan Hoshi secara bergantian. "Gue rasa, ini belum waktunya yang tepat buat jenguk mereka," ucapnya tegas.

Desire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang