Part 30

51 10 0
                                    

Di lain sisi—tepatnya di kediaman keluarga Fira, nampak seorang lelaki yang tengah berdiri di depan rumahnya. Dengan mata yang terus-menerus menoleh pada pergelangan tangannya, menunggu dengan tidak sabar sosok pemilik rumah ke luar.

"Heh, pikun, ya anak ini? Udah jam setengah sembilan pagi, belum keluar juga?!" gumamnya lalu melipat kedua tangan di depan dada.

Tidak lama kemudian, pintu rumah itu terbuka, menampilkan sosok pemilik rumah yang sejak tadi ditunggu-tunggu oleh Aidan. Fira ke luar dengan menggenakan baju santainya, sangat berbeda dengan Aidan yang terlihat rapi dengan kemeja biru muda yang dilekuk hingga sikut. Kedua tangannya membawa kue ulang tahun bertuliskan happy birthday Ica.

"Lo mau ke rumah orang yang lagi ulang tahun, apa mau momong anak orang?" ejek Aidan menggoda Fira.

Fira mengerucutkan bibirnya. Memukul lengan Aidan berkali-kali. "Sembarangan banget kalau ngomong!"

"Aw! Sa-kit, Fir. Udah, udah." Aidan membuat benteng pertahanan dengan kedua tangannya untuk menghindari serangan bertubi-tubi dari perempuan aneh di depannya. Meringis kesakitan dan melanjutkan perkataannya, "lagian lo pakai baju santai gitu. Lihat gue, rapi."

Fira mengentikan aksinya dan menatap Aidan dari atas ke bawah. Hmm, bener. Rapi banget nih anak, udah kayak mau daftar kerja aja. batin Fira kemudian terkekeh.

"Heh, kenapa lo? Tiba-tiba ketawa gitu. Emang ada yang lu—"

Tin! Tin!

Kedua insan itu kemudian menoleh ke sumber suara klakson barusan, dan mendapati seorang lagi datang. Tanpa turun dari motornya, Kama segera mengajak Fira memberi tumpangan untuk menuju rumah Ica.

Dengan senang hati, Fira pun menyetujui ajakan Kama dan meninggalkan Aidan yang masih termangu di depan mobilnya. "Bye, mahkluk menyebalkan! Fira mau bareng Kama aja!" ucap Fira lalu terkekeh.

"Heh! Terus ngapain gue ke rumah lo?!" ujar Aidan tanpa dibalas kedua cecunguk itu yang mulai menjauh. "Mending gue langsung ke rumah Ica kalau gitu!" Aidan pun tidak ingin kalah. Ia segera masuk ke dalam mobil yang ia bawa dan menjalankannya menuju rumah Ica. Gerutu demi gerutu terlontar pelan dari mulutnya. Benar-benar pagi yang menyebalkan.

Setelah dua puluh menit perjalanan, akhirnya Aidan sampai—meski Kama dan Fira sudah lebih dulu berada di sana. Masih dengan wajah datarnya, ia menatap Fira sekilas, kemudian membuang muka ke arah lain. Fira lagi-lagi hanya terkekeh melihat aksi Aidan yang lebih cocok dibilang cemburu daripada marah. Sangat menggelikan sekali.

Kama masih sibuk mengetuk pintu dan memencet bel yang ada di sampingnya, menunggu penghuni rumah membukakan pintunya. Mereka bertiga sudah tahu, kalau pada pukul setengah delapan tadi, Refan pasti sudah menjemput bidadarinya pergi menuju suatu tempat—agar rumah ini steril dari sang ratu yang akan menjadi bintang di pesta ulang tahunnya.

Selang dua menit berlalu, akhirnya pintu rumah itu terbuka—menampakkan sosok Mbok Yuni. "Ada apa ya?"

"Ah, itu Mbok, kami teman-temannya Ica. Sudah ada izin kemarin dengan orang tuanya kalau mau dekor rumah buat acara nanti malam," jelas Kama sopan. Aidan dan Fira turut mengangguk menyetujui perkataan Kama.

"Oh, iya-iya, boleh. Masuk aja, maaf kalau agak berantakan, Mbok belum beres-beres soalnya," ujar Mbok Yuni mempersilakan ketiganya masuk, kemudian izin untuk menuju dapur melanjutkan pekerjaannya.

Aidan, Kama dan Fira lalu memulai aksinya dengan mendekorasi ruang paling depan ini, yang akan menjadi tempat berkumpulnya rekan kerja orang tua Ica.  Kue yang tadi Fira bawa ia titipkan pada Mbok Yuni agar dapat disimpan di freezer.

Desire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang