Part 46

54 12 0
                                    

Jangan hanya ingin dimengerti, tapi belajarlah untuk mengerti. Karena di dunia ini hubungan itu timbal balik.
—Clarissa


Setelah mendapatkan pesan dari Kama, pikiran Hoshi jadi berantakan. Saat awalnya dia pikir semuanya akan baik-baik saja, tiba-tiba dalam sekejap semua itu berubah. Waktu berjalan sangat cepat sehingga Hoshi sulit untuk menyeimbanginya.

Tidak semua adalah kesalahan Kama. Wajar saja, bila dia meminta bantuan pada kenalan atau sahabatnya untuk melakukan transfusi darah. Tapi caranya yang memaksakan kehendak, memang tidak pantas untuk dibenarkan.

Tapi yang Hoshi bingungkan, mengapa harus Ica? Bukannya ada Aidan yang golongan darahnya sama kaya Kalila?

Darimana Kama tahu jika mereka satu rhesus?

Dengan napas memburu, Hoshi berusaha mencari Ica. Berharap bahwa dia dapat mengetahui di mana Ica akan menjalani operasi dan menjadi saksi bahwa orang yang dicintainya bisa kembali melihat dunianya.

Tapi yang dia temukan saat berada di lobi utama rumah sakit, dia melihat Yuka yang juga sedang menatap kepadanya. Mereka sama-sama terpaku dan bergeming di tempatnya masing-masing.

Yuka dengan perasaan kaget—karena seingatnya Hoshi berada dibalik jeruji penjara — sekaligus khawatir dengan kondisi Hoshi saat ini. Entahlah, melihat Hoshi yang berdiri tidak jauh darinya membuat perasaannya sedih sekaligus bahagia.

Bahkan tanpa Yuka sadari, saat Hoshi berjalan mendekat padanya, air mata itu menetes seiring dengan Hoshi yang mengikis jarak antara mereka.

GREEP

Yuka membenci hal ini. Kejadian klise yang sering ditonton adiknya di televisi, menjadi kejadian yang membuatnya terguguk.

“Gue paling benci lihat perempuan nangis, apalagi orang itu adalah lo. Tapi yang paling gue benci adalah saat gue sendiri gak tahu hal apa yang bisa membuat lo berhenti menangis,” bisik Hoshi pada telinga Yuka.

Hoshi juga merasa aneh dengan dirinya sendiri. Melihat Yuka yang terdiam dengan wajah datar—yang berusaha menutupi keterkejutannya—membuat Hoshi ingin mengetahui, mengapa mata itu seperti menyiratkan kekhwatiran sekaligus kebahagiaan saat melihat Hoshi.

Hoshi juga paham bahwa Yuka bukanlah gadis cengeng yang suka nangis ataupun gadis yang pandai mengekspresikan perasaannya. Yuka lebih sering menutupinya, baru setelah rasa itu tidak sanggup dia bendung, Yuka akan memperlihatkannya.

Niat Hoshi mendekat ke arah Yuka, sebenarnya ingin menanyakan perihal Ica. Tapi melihat Yuka yang tiba-tiba menangis walaupun masih memandang lurus pada Hoshi, hal itu membuat hati Hoshi tercubit. Sakit karena melihatnya rapuh seperti itu.

Apa ini karena gue yang jarang lihat Yuka menangis, atau karena Yuka adalah sahabat gue?

Yuka mengurai pelukannya, menengadah pada wajah Hoshi yang terlihat frustasi. “Kenapa lo ngelakuin hal bodoh sih?!” omel Yuka dengan suara serak.

Karena perbedaan tinggi badan, membuat Hoshi sedikit menunduk untuk melihat Yuka lebih jelas. “Kalau gue bodoh, gue gak mungkin masuk kelas excellency dan berada sampai di sini.”

Yuka terkekeh kecil, dengan memukul lengan Hoshi pelan. “Sombong banget,” cibirnya.

Hoshi berjalan beriringan bersama Yuka ke tempat parkiran. Di sisinya, Yuka terlihat bingung karena berbagai pertanyaan terus saja terlintas dalam benaknya.

“Shi....”

Hoshi yang merasa terpanggil, menghentikan langkahnya dan menghadap sepenuhnya pada Yuka.

Desire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang