Part 16

85 11 6
                                    

Tidak semua yang terlihat manis, tentu manis pula rasanya. Tapi percayalah. Seburuk apapun kenyataan, itu adalah yang terbaik untukmu.
•×•×•×•

Yuka memandang nanar kepergian Refan yang secara mendadak. Dapat dia ketahui penyebab mengapa Refan kalang kabut seperti itu-bahkan sahabatnya yang lain pun pasti mengetahui alasan Refan bertingkah sedemikian rupa-siapa lagi kalau bukan tentang Ica.

Rasa sesak itu kembali hadir dan sulit untuk Yuka jelaskan, namun tetap saja rasa khawatirnya lebih dominan. Dia takut Ica kenapa-napa, dia takut Ica mengalami masa-masa sulitnya lagi, dia takut Ica yang akan membencinya jika mengetahui tentang perasaannya dan berbagai ketakutannya yang lain.

Yuka ingin jujur mengenai perasaannya, namun tak mau membuat persahabatannya hancur hanya karena perasaannya pada Refan.

Di tengah gulananya untuk mempersiapkan pesta ulang tahun Ica, Mita tahu bahwa Yuka tidak akan baik-baik saja, dia juga tidak bisa menyalahkan ide konyol Fira dan mulut racaunya itu karena memberi saran yang membuat Yuka menjadi agak murung.

"Bengong mulu, kesambet baru tahu rasa lo!" tegur Hoshi yang kini sedang menyelonjorkan kakinya dan merenggangkan kedua tangannya di samping Yuka yang mendelik ke arah Hoshi-yang seenak jidat meminum minuman isotonik yang baru saja Yuka dapatkan di kulkas Mita-meneguknya hingga tandas seketika.

Yuka menatap garang pada Hoshi. "Doyan amat lo sama minuman punya gue ih! Balikiiiiiin, Shi! Atau gue jambak rambut lepek lo itu!" ancam Yuka. Setidaknya Yuka perlu bersyukur karena kejengkelannya pada Hoshi dapat membunuh sedikit rasa sedihnya karena Abang dari pemuda satu ini.

Hoshi memamerkan deretan gigi putihnya yang rapih pada Yuka dengan jari yang membentuk huruf V, membuat kesan cute bagi setiap perempuan yang normal. Apalagi Hoshi diberkahi oleh mata minimalis yang akan ikut menyipit kala dia tersenyum serta lekuk kecil pada pipinya jika dia tersenyum adalah daya tarik tersendiri milik Hoshi Samuel.

"Sebuah kelepasan yang menjadi kebiasaan," kekehnya disertai senyum kecil diujung kalimatnya.

Yuka merotasikan matanya. "Sekarepmu, lah!" ujarnya mengalah.

"Lemah amat langsung nyerah," cibir Hoshi dengan mulut yang sengaja dia moncongkan.

"Lo ya, minta hati malah minta ginjal!"

"Wah bagus dong kalo gitu, lumayan ginjalnya bisa buat beli iPhone terbaru, kan yahuuud!"

"Jangan mikir yang aneh-aneh lo, gue tahu lo bocil yang suka kepo-an sama adegan dua puluh plus," ujar Yuka dengan mata menyipit curiga pada Hoshi yang menatapnya dengan kerlingan jenaka.

"Ciee, yang jadi stalker," kelakar Hoshi membuat Yuka semakin geram.

"Kepedean jadi orang!"

Saat Hoshi akan membalas perkataan Yuka, suara Fira dan Aidan dari arah dapur membuat mereka yang kini sedang bersantai di ruang tengah saling pandang. Seperti mendapatkan sebuah ide yang sama tanpa harus saling mengutarakan. Mereka semua kompak berjalan mengendap-endap menuju dapur untuk melihat dua curut yang sepertinya sedang adu mulut itu. Suara cempreng milik Fira bahkan melebihi suara Yuka yang sedang memarahi Hoshi. Sehingga tanpa membuat persetujuan, mereka sepakat untuk memergoki Fira dan aktivitas dapurnya.

Desire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang