🍑18🍑 Complete

1.4K 76 3
                                    

Sahabat itu adalah orang pertama yang menertawakan kamu ketika kamu jatuh dan juga orang pertama yang bersedia mengulurkan tangannya.

Happy reading 🍑

"Mau ke mana kamu?" tanya Haidar saat melihat Glan berpakaian rapi.

"Keluar bentar, Pa. Boleh ya?"

"Gak boleh. Tetep di rumah."

"Bentar aja, Pa. Glan mau keluar sama temen-temen," kata Glan memelas.

"Papa bilang enggak, ya enggak! Diem di rumah. Jagain Mama. Mama lagi sakit tuh," sentak Haidar. Glan terkejut mendengar kalau mamanya sedang sakit.

"Iya, Pa."

Glan pun membuka jaketnya dan pergi ke kamar Rishona. Ia mengetuk pintu kamar Rishona terlebih dahulu sebelum membukanya.

"Ma, Mama sakit lagi?" tanya Glan saat melihat Rishona terbaring di ranjang dengan selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya.

"Mama gak papa kok, Glan. Kamu gak usah khawatir," ucap Rishona dengan lesu.

"Gimana Glan gak khawatir, Ma? Glan kan udah bilang sama Mama, cari pegawai baru biar pegawainya aja yang ngurus toko. Mama sakit pasti karena kecapaian," ucap Glan sambil menggenggam tangan Rishona.

"Kamu mau kemana bawa jaket gitu?" tanya Rishona mengalihkan pembicaraan.

"Tadinya mau keluar sama temen-temen, tapi Papa gak ngasih. Lagian Mama juga lagi sakit. Glan gak bisa ninggalin Mama pergi," kata Glan sambil meletakkan jaketnya di sebuah sofa yang dekat dengan ranjang Rishona.

"Kamu keluar aja sama temen-temen kamu. Mama gak papa kok sendiri," kata Rishona sambil tersenyum.

"Enggak, Ma. Nanti biar mereka aja yang ke sini. Bentar ya, Glan mau chat mereka dulu," ucap Glan. Rishona mengangguk sambil tersenyum.

Glan pun mengambil ponselnya yang ada di kantong celananya.

Cogan Nakula

Rangga

Woy Glan! Lo kok belum dateng sih?

Rion

Ada Om Haidar ya, Glan?

Sbb
Gue gak bisa keluar.
Gak dikasih sama Papa.
Lo pada main ke sini yak!

Rangga

Lah untung gue sama yang lain masih di rumah gue.

Yang lain?

Rion

Ada kejutan buat lo, Glan.

Rangga

Otw rumah lo, Glan!

Kejutan apaan dah?
Iya buruan!

"

Mama istirahat ya sekarang. Besok jangan ke toko loh," ucap Glan mengingatkan.

"Iya, besok Mama gak ke toko."

"Aku keluar dulu ya, Ma. Temen-temen mau dateng nih," ucap Glan. Rishona mengangguk mengiyakan. Glan pun bersiap pergi dari kamar Rishona.

"Eh Mama udah makan belum?" tanya Glan sebelum benar-benar pergi dari kamar Rishona.

"Udah kok. Udah sana kamu main sama temen-temen kamu," kata Rishona. Glan menyengir sambil menutup pintu kamar Rishona.

"Mana sih mereka lama banget," gerutu Glan. Glan memang tidak sabaran ingin bermain PS yang baru dibeli oleh Rangga. Tentunya ia akan bermain di kamarnya yang kedap suara dan Haidar tidak mungkin mengetahuinya.

Glan celingukan mencari keberadaan Haidar. Glan berharap Haidar sudah tidur atau keluar dari rumah saat teman-temannya datang. Mereka pasti akan dimarahi jika ketahuan akan bermain PS, terutama Glan yang akan menjadi sasaran kemarahan Haidar.

Glan keluar dari rumahnya untuk mengecek mobil Haidar. Tidak ada. Glan langsung meloncat kegirangan karena Haidar pasti tidak akan kembali ke rumah malam ini.

Tiba-tiba Glan mendengar suara klakson mobil. Itu pasti teman-temannya.

"Ngapain lo di luar, Glan? Kangen banget lo sama gue?" teriak Rangga dari mobilnya. Rangga pun keluar dari mobilnya dan diikuti oleh Rion.

"GR! Gue cuma ngecek mobil bokap aja. Aman kok main hari ini," ucap Glan sambil tersenyum lebar.

"Lo pasti kangen berat sama gue, Glan!" teriak seseorang dari dalam mobil Rangga.

"Horan? Astaga!"

Horan mengeluarkan kepala dan kedua tangannya dari dalam mobil dan merentangkan kedua tangannya seperti orang gila yang ingin dipeluk.

"Gila lo! Turun dulu, bego!" maki Rion sambil menarik-narik kerah kemeja yang dipakai oleh Horan.

"Jangan ditarik, anjing! Gue jatuh nih!" teriak Horan sambil berusaha melepaskan tarikan Rion.

"Bantuin gue nurunin dia, Ga!" suruh Rion pada Rangga. Keduanya pun menarik Horan hingga keluar dari jendela mobil.

"Somplak bener temen-temen gue," gerutu Glan sambil memijat pelipisnya. Glan pun masuk ke dalam rumah meninggalkan teman-teman gilanya itu.

"Tungguin woy!" teriak Rangga. Mereka pun berlarian menyusul Glan. Horan yang membawa PS pun tertinggal di belakang.

"Kok jadi gue yang bawa sih?" protes Horan tidak terima setelah sampai di kamar Glan.

"Jadi ini kejutan yang lo maksud?" tanya Glan tanpa menghiraukan Horan yang sedang protes.

"Ya iya. Kedatengan gue itu kejutan buat lo," ucap Horan dengan percaya dirinya.

"Idih gue kira apaan."

"Dia pindah sekolah loh ke Nakula," ucap Rion.

"Serius lo?"

"Iya," jawab Horan.

"Akhirnya kita bakalan sering ngumpul lagi," ucap Glan senang.

"Eleh! Kita yang satu sekolah dan satu kelas sama Glan aja jarang ngumpul, sok-sokan bilang bakalan sering ngumpul," gerutu Rangga.

"Iya tuh waktu ini pas gue bisa ngumpul, lo malah gak bisa, Glan," kata Horan mengingat saat ia mengajak Glan ngumpul, tetapi Glan tidak bisa karena ada Haidar di rumah dan tidak mungkin diberi izin.

"Bener tuh. Kalau gak sibuk OSIS ya gak dikasih bokap," tambah Rion.

"Ya bentar lagi gue lengser dari OSIS kok. Oh iya, sekarang masukin Horan ke grup Cogan Nakula gih, dia kan udah sekolah di Nakula," kata Glan.

"Jadi kalian buat grup baru tanpa gue? Pantes aja The Somplak sepi kayak kuburan. Chat gue dikacangin lagi. Kalian kok gak pernah bilang kalau buat grup lain?" protes Horan kesal. Setiap Horan chat di grup The Somplak, tidak ada yang meresponnya dan ternyata teman-temannya membuat grup baru tanpa Horan.

"Ya lo gak pernah nanya," kata Rion.

"Gue sering nanya kali. Kenapa grup sepi? Udah mati kah? Kenapa gak ada yang muncul?" kata Horan kesal.

"Udah deh jangan ngambek-ngambekan. Mending sekarang mulai main PS-nya," ujar Rangga.

"Main sampai mampus!" teriak mereka serempak. Tidak lupa Glan mengunci pintu agar tidak ada yang masuk ke kamarnya.


22/2/2020

FUCKTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang