Bukannya tidak mau mempunyai banyak teman, hanya saja satu teman dekat saja sudah cukup.
Happy reading 🍑
Di sinilah Glan berakhir, di ruang UKS karena mendapat luka lebam dari Freya. Setelah Freya melihat keadaan rambutnya melalui foto yang diambil Glan, Freya langsung memukul wajah Glan. Freya tidak main-main dengan ucapannya yang mengatakan akan menghajar Glan kalau rambutnya rusak.
"Sakit anjir!" teriak Glan saat Rangga menekan lukanya.
"Makanya jangan ngerusakin rambut orang, Glan. Dapet karma kan lo," celetuk Rion yang sedang bermain ponsel.
"Gila ya si Freya, main tonjok-tonjok aja. Sinting tuh cewek!" umpat Glan sambil mengepalkan tangannya kesal.
"Lo harus tanggung jawab, Glan!" seru Freya yang baru saja tiba di ruang UKS. Freya datang dengan amarah sambil membawa selembar kertas.
"Apaan sih lo? Emang gue ngehamilin lo sampai gue harus tanggung jawab?" tanya Glan dengan nada nyolot.
"Gue dapet surat panggilan orang tua gara-gara lo. Dasar cowok tukang ngadu! Gue tahu lo murid kesayangan guru, tapi perlu banget ya lo laporin gue cuma karena dapet satu tonjokan dari gue? Itu juga salah lo karena ngehancurin rambut gue. Baru dua hari sekolah gue udah dapet surat panggilan. Mau bilang apa gue ke orang tua gue?" cerocos Freya frustasi. Ia mengacak-acak rambutnya sehingga ia terlihat mirip dengan orang gila karena rambutnya sangat berantakan.
"Ya gue minta maaf soal rambut lo. Lagian itu masih bisa dibenerin ke salon, sedangkan muka gue? Kalau sampai berbekas, lo mau tanggung jawab?"
"Gue tahu ya rambut gue masih bisa dipotong rapi lagi, tapi ini surat mau gue gimanain coba? Lo harus tanggung jawab pokoknya, Glan," kata Freya sambil berkacak pinggang.
"Emang kenapa sih kalau orang tua lo dipanggil ke sekolah? Kan biar tahu kelakuan anaknya bringas kayak gini," ucap Glan tidak peduli.
Glan berkaca sambil mengusap-usap bagian wajahnya yang lebam. Freya kesal sekali karena Glan acuh tak acuh dengan perbuatan yang sudah Glan lakukan padanya. Glan seolah tidak merasa bersalah sedikitpun.
Freya pun mendekati Glan dan menekan luka lebam Glan dengan kuat sehingga Glan menjerit kesakitan. Rion dan Rangga meringis saat melihat aksi Freya yang tidak manusiawi itu.
"Lo gila ya, Frey? Sakit woy!" teriak Glan sambil memegang luka lebamnya yang terasa nyut-nyutan.
"Makanya lo tanggung jawab sama surat panggilan orang tua gue. Gue gak mau tahu ya, pokoknya gue gak mau orang tua gue tahu gue dapet masalah gara-gara lo," ucap Freya tidak mau tahu. Cewek keras kepala itu terus saja menuntut pertanggungjawaban Glan karena sudah membuatnya mendapat surat panggilan orang tua.
"Emangnya lo gak punya orang buat gantiin orang tua lo? Orang bayaran gitu? Gue janji deh gak bakalan ngadu kalau lo nyewa orang buat gantiin orang tua lo," ucap Glan bernegosiasi. Ia muak dituntut pertanggungjawaban dari Freya.
"Serius lo gak bakalan ngadu?" tanya Freya memastikan.
"Iya gak bakalan ngadu."
"Gak percaya gue. Lo kan tukang ngadu. Nanti gue kena masalah yang lebih besar lagi kalau lo ngadu gue nyewa orang," kata Freya curiga. Glan sepertinya tidak dapat dipercaya karena Glan suka sekali mengadu.
"Serius, Frey. Gue gak mau lagi berurusan sama lo yang selalu ngelanggar aturan," ucap Glan lalu beranjak pergi meninggalkan Freya. Rion dan Rangga mengikuti Glan keluar dari ruang UKS.
"Sombong banget sih jadi cowok. Udah sombong, tukang ngadu, galak lagi. Untung ganteng," gerutu Freya lalu pergi dari ruang UKS.
🍑🍑🍑
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKTA (END)
أدب المراهقينFreya Amatera Pranaja, biasa dipanggil Freya. Freya itu galak, ya galak banget. Kalau good mood ya seperti kucing manja dan kalau badmood ya seperti kucing tidur yang diganggu. Freya naksir sama cowok sombong yang bernama Glandion Parviz Gardapati...