Cinta itu ibarat cewek, sulit ditebak.
Happy reading 🍑
Ujian Nasional pun telah tiba. Semua murid kelas dua belas sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian ini. Ah, tidak semua. Ada beberapa yang santai walaupun nilai UN sangat berpengaruh terhadap kelulusan. Freya contohnya. Cewek itu tetap bisa menonton drama Korea walaupun di saat-saat genting seperti ini.
UN berlangsung selama empat hari dan Freya masih bisa menonton drama Korea. Walaupun Freya tetap belajar, tetapi belajarnya itu tidak maksimal karena sebagian waktunya digunakan untuk menonton.
Selama UN, Freya selalu menghindar dari Glan yang mencarinya. Ia tidak ingin bertemu Glan karena ia terlanjur kecewa.
"Frey!"
Saat Freya mendengar suara itu ia langsung berlari sekencang-kencangnya. Ia hapal betul suara mantan pacarnya itu.
"Freya, tunggu!"
Hingga akhirnya Glan berhasil meraih tangannya dan menggenggamnya erat. Freya tidak bisa pergi lagi karena ia tidak cukup kuat untuk melawan Glan.
"Frey, dengerin aku dulu. Jangan gini dong, Frey. Kamu jangan ngambil keputusan sepihak dong," kata Glan agar Freya berhenti memberontak.
"Lepasin gue, Glan. Sakit," ucap Freya pelan sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Glan.
"Tenang dulu, jangan pergi."
Mau tidak mau Freya memilih berhenti memberontak. Glan pun melepaskan tangan Freya perlahan.
"Mau ngapain nyari-nyari gue?" tanya Freya ketus sambil memandang ke arah lain. Ia tidak ingin menatap Glan.
"Aku gak mau putus, Frey. Kamu jangan gini dong."
"Gue yang pengen putus, gimana dong? Lagian kita itu emang gak cocok, jadi percuma dipertahanin. Mending lo pacarin aja si Gravi itu, pasti dia senengnya gak ketulungan," cerocos Freya. Ia berusaha cuek dan tidak peduli, tetapi hatinya sakit saat mengatakan itu.
"Kamu salah paham, Frey. Gravi gak mungkin suka sama aku. Kamu jangan ngaco deh."
"Harus gimana lagi biar lo percaya sama gue? Udahlah, buang-buang waktu aja," kata Freya. Ia pun berlalu begitu saja melewati Glan yang terdiam di posisinya.
🍑🍑🍑
"Akhirnya UN selesai," kata Brishen lega. Ia menyeruput secangkir teh hangat yang ia beli di kantin.
"Bentar lagi lulus dan gue gak tahu mau kuliah dimana," kata Freya murung.
"Emang impian lo itu apa sih? Gak pernah serius," sahut Arun.
Mereka bertiga bertemu di kantin setelah selesai UN. Mereka ingin menghabiskan detik-detik terakhir mereka di kantin karena ini terakhir kalinya mereka bersekolah. Tidak terakhir kalinya sih. Masih ada acara prom night dan pembagian ijazah.
"Lo kan tahu, Run. Impian gue cuma satu yaitu ketemu oppa-oppa Korea. Gak ada yang lain."
"Itu mulu jawaban lo."
"Emang bakat lo apa, Frey?" tanya Brishen.
"Bakat gue ... gue gak ada bakat. Otak pas-pasan, bakat kaga ada pula," kata Freya.
"Ya udah lo asal milih jurusan aja. Siapa tahu cocok," saran Brishen.
"Lo kira pakaian bisa milih asal?"
"Ya terus mau gimana?"
"Eh gimana hubungan kalian? Udah tahap mana?" tanya Freya mengalihkan pembicaraan.
"Hubungan apa, Frey?" tanya Arun bingung.
"Lah kalian kan PDKT. Kapan pacarannya?"
"Maksud lo apaan sih, Frey? Ngaco deh."
"Bri ...," panggil Freya sambil menatap Brishen yang menatap ke arah lain.
Menyadari Freya menatapnya lekat-lekat untuk meminta penjelasan, Brishen pun menoleh. "Emang lo gak peka ya, Run? Gue tuh suka sama lo," katanya sambil menatap Arun yang masih bingung.
"Eh jangan pura-pura gak ngerti deh. Orang pinter itu jadi bego kalau urusan cinta," kata Freya sambil terkekeh pelan.
"Jadi akhir-akhir ini lo ngintilin gue karena lo suka sama gue? Lo move on dari Freya? Kok bisa sih?"
"Bisa dong. Cinta itu gak bisa ditebak," ucap Brishen sok bijak.
"Terus? Lanjut dong. Ngapain kok diem?" tanya Freya saat Brishen dan Arun diam.
"Ya gimana ya ... terlalu mendadak. Gue kan gak suka sama lo," kata Arun hati-hati karena ia tidak mau menyakiti hati Brishen.
"Tapi lo mau kan jadi pacar gue?" tanya Brishen sedikit memaksa.
Arun menatap Brishen tidak percaya. Ia tidak mengira Brishen akan menembaknya setelah ia menyatakan bahwa ia tidak menyukai Brishen. "Ya udah deh, jalanin aja dulu," putus Arun terpaksa.
"Nah gitu dong! PJ!" sorak Freya girang sambil bertepuk tangan heboh.
"Ya udah sana pesen yang lo mau," ucap Brishen pada Freya. Freya bersorak gembira lagi karena ia akan makan gratis.
🍑🍑🍑
"Gimana? Udah balikan belum?" tanya Rion saat melihat Glan datang dengan lesu.
"Sialan lo pada! Ngapain gue ditinggal, bego?" teriak Glan kesal. Ia melihat Horan, Rion, dan Rangga sedang santai-santai di apartemen Horan. Sedangkan ia baru datang karena sibuk mencari taksi yang jarang lewat. Walaupun ada yang lewat, tetapi sudah ada penumpangnya.
"Ya mana gue tahu lo masih di sekolah. Gue kira udah balik," ucap Rangga tanpa rasa bersalah.
"Kalau gue balik, gue balik pakai apaan, anjir? Itu kunci mobil gue kenapa bisa di kalian?"
"Gue nyolong dari tas lo," kata Rangga santai. Glan langsung emosi mendengar jawaban Rangga yang kelewat santai tanpa tahu ia akan terkena amukan.
Glan bergegas mengambil bantal yang dipakai oleh Rion yang sedang rebahan di sofa. Ia menghampiri Rangga dengan cepat dan memukul kepala Rangga dengan bantal.
"Setan lo! Anjir! Kesel gue! Iblis!" teriak Glan sambil memukul-mukul Rangga tanpa menghiraukan Rangga yang menjerit kesakitan.
"Berisik!" teriak Horan dan Rion yang membuat Glan menghentikan aksinya. Ia menatap Rion tajam dan menghampiri cowok itu. Ia melakukan hal yang sama seperti Rangga.
"Sialan! Sakit woy!" teriak Rion kesal. Rangga tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi wajah Rion yang seperti orang akan menemui ajalnya.
"Berisik woy! Gue lagi kalau kalian malah hura-hura," teriak Horan kesal.
"Lah kenapa lo?" tanya Glan menghentikan aksinya.
"Putus sama pacarnya," sahut Rangga.
Glan langsung tertawa terbahak-bahak mendengar kabar itu. Baru beberapa hari ini Horan menertawakan Glan karena Freya mencampakkan Glan. Sekarang ia kena karma.
"Mampus lu!"
"Eh jawab dulu pertanyaan gue tadi. Udah balikan belum?" tanya Rion sekali lagi.
"Boro-boro balikan, ngajak ngomong aja susah. Jangankan ngomong, nyari dia aja susah," ucap Glan yang mendadak badmood mengingat Freya.
"Mampus lu!" ejek Horan membalas Glan yang menertawakannya tadi.
4/4/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKTA (END)
Teen FictionFreya Amatera Pranaja, biasa dipanggil Freya. Freya itu galak, ya galak banget. Kalau good mood ya seperti kucing manja dan kalau badmood ya seperti kucing tidur yang diganggu. Freya naksir sama cowok sombong yang bernama Glandion Parviz Gardapati...