Kenapa udara di pagi hari itu sejuk?
Karena udaranya belum tercampur sama napas orang yang munafik dan suka berdusta.Happy reading 🍑
Selama kegiatan jeda, Freya tidak diizinkan untuk sekolah. Lagi pula tidak sekolah selama jeda tidak akan mempengaruhi nilai, tetapi tetap saja Freya menyia-nyiakan kesempatan terakhir untuk mengikuti lomba-lomba itu karena sebentar lagi kelas dua belas akan lulus.
Freya tidak sekolah tidak seorang diri. Ia ditemani oleh Arun yang memilih tidak sekolah untuk menjaga Freya. Arun melakukan hal itu untuk menebus kesalahannya karena ia penyebab Freya menjadi terluka.
Pagi ini Arun datang sambil membawa bubur dan juga es krim pesanan Freya. Arun selalu rutin mengingatkan Freya meminum obat. Bahkan Arun menyuruh Freya meminum obat tepat dihadapannya agar Freya tidak membuang obatnya.
"Lo kenapa sih gak ke sekolah aja? Ini hari terakhir jeda loh. Ini juga kesempatan terakhir ada acara gituan. Kapan lagi coba ada lomba-lomba gini?" Arun menghela napas berat. Pertanyaan ini berulangkali keluar dari mulut Freya semenjak Arun menjaganya.
"Lo tuh ya. Kan gue udah bilang, lo lebih penting dari acara itu," kata Arun sambil tersenyum. Freya tersenyum kecut. Arun benar-benar baik padanya. Entah kapan Freya bisa membalas kebaikan sahabatnya itu.
"Arun, you're the best. Gue beruntung banget punya sahabat kayak lo," ucap Freya sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Keluar yuk. Mumpung masih pagi, udaranya seger," ajak Arun. Freya mengangguk semangat. Arun pun membantu Freya berdiri dan memapah Freya keluar. Freya dan Arun duduk di kursi yang ada di depan rumah Freya.
"Sejuk banget!" pekik Arun girang.
"Lo tahu kenapa udara di pagi hari itu sejuk?" tanya Freya pada Arun. Arun menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Arun sambil tersenyum lebar. Ia tidak sabar mengetahui jawabannya. Mungkinkah karena di pagi hari belum ada matahari?
Freya tersenyum tipis.
"Karena udaranya belum tercampur sama napas orang yang munafik dan suka berdusta," kata Freya sambil terkekeh. Senyum Arun luntur mendengar jawaban Freya. Ia kira jawaban Freya sesuai logika, ternyata tidak.Sedetik kemudian Arun tertawa sambil mendorong Freya pelan. "Puitis lo ah," katanya.
"Freya gituloh."
"Eh tapi kalau orang munafiknya udah bangun terus jalan-jalan nyebar karbondioksida kan gak seger lagi dong udara paginya."
"Ih lo bisa aja nyaut. Kalah dah gue ngomong," kata Freya sambil memanyunkan bibirnya kesal.
🍑🍑🍑
Sepulang sekolah Glan, Horan, Rion, dan juga Rangga berkumpul di apartemen Horan.
"Akhirnya selesai juga tugas gue," kata Glan lega sambil merebahkan diri di kasur. Kegiatan jeda ini merupakan tugas terakhirnya menjadi OSIS. Glan merasa sangat lega karena ia sudah tidak menjabat lagi menjadi OSIS.
"Akhirnya kita bakal complete kalau nongkrong," sahut Rion. Rion sedang bermain PS bersama Rangga ditemani dengan cemilan milik Horan yang dirampas oleh mereka.
Glan menyengir mendengar perkataan Rion yang seolah menyindirnya karena ia jarang ikut kalau teman-temannya itu nongkrong.
"Ngomong-ngomong lo mau selamanya numpang di apartemen ini?" tanya Rangga sambil tetap fokus mengalahkan Rion.
"Iyalah," kata Glan santai. Horan yang sedang rebahan di sofa mendelik kesal. Enak saja Glan selamanya menumpang. Iya kalau Glan mau menjadi pembantu gratis di apartemennya. Sekarang saja kelakuan Glan seperti yang punya apartemen. Glan tiduran di kasur dan Horan tiduran di sofa. Sungguh membuat Horan jengkel dengan Glan.
"Gak mau gue. Lagian bentar lagi gue pindah lagi," ucap Horan.
"Dasar manusia purba. Hidup lo nomaden mulu. Gak bosen lo?" kata Rion.
"Justru kalau gak pindah-pindah bakalan bosen, bego! Lo pada gak bosen apa tinggal di rumah dari bocah sampai gede? Gue sih bosen ya," ucap Horan tidak mau kalah.
Rion berdecak kesal dan berkata, "serah lo, Ran."
"Ah sial! Kalah mulu gue!" jerit Rangga kesal. Sementara Rion tersenyum senang karena menang berkali-kali dari Rangga.
"Eh gimana hubungan lo sama Freya?" tanya Rangga penasaran. Ia menyudahi permainannya dengan Rion, lalu mendekati Glan dan duduk di pinggir kasur. Rion yang juga penasaran pun ikut mendekati Glan dan duduk di pinggir kasur yang berseberangan dengan Rangga.
"Woy, Glan! Gue tahu lo pura-pura tidur," teriak Rangga sambil memukul perut Glan hingga berbunyi. Glan bangun dari tidurnya dan berteriak kesal karena merasa sangat sakit. Ia baru saja makan banyak dan sekarang malah dipukul oleh Rangga.
"Rangganjing! Sayton lo! Sakit, bego!" maki Glan sambil memukul kepala Rangga, tetapi tidak terlalu kuat. Bisa patah leher Rangga kalau Glan menguatkan pukulannya.
"Lo sih, gue nanya baik-baik gak direspon. Lo gak tahu ya gimana sakitnya dicuekin?" kata Rangga dramatis.
"Gue sama Freya?" Rangga dan Rion mengangguk. Rangga dan Rion duduk bersila menghadap Glan yang juga duduk bersila. Kedua tangan Rangga menumpu dagunya tanda ia siap mendengarkan curahan hati Glan tentang Freya.
"Ya gak gimana-gimana, gitu aja tetep. Gue kira hubungan gue sama dia bakalan canggung setelah putus, ternyata biasa aja."
"Lo gak ada niatan balikan gitu?"
"Enggak ah. Palingan nanti putus lagi gara-gara Freya cemburu sama Gravi. Nanti kalau jodoh, langsung nikah aja," kata Glan bangga. Membayangkan kalau ia akan menikah dengan Freya membuat Glan senyum-senyum seperti orang gila.
"Bego lo. Gue jamin si Brishen bakalan punya harapan buat dapetin Freya. Eh gue rasa di sini ada yang lagi deket sama Freya nih," ucap Rion sambil melirik ke arah sofa dimana Horan sedang tidur. Rion mendengus kesal karena Horan pasti tidak mendengar sindirannya.
"Dia? Lo yakin dia bakalan nikung gue?" tanya Glan tidak yakin. Ia percaya kalau Horan suka Freya, apalagi sebaliknya. Lagipula setahu Glan, Horan itu sudah mempunyai pacar. Tidak mungkin Horan berselingkuh. Glan tahu betul Horan sangat menyayangi pacarnya itu.
"Jangan terlalu percaya sama orang, Glan," ujar Rangga mengingatkan.
"Berarti gue juga gak boleh terlalu percaya sama kalian dong."
"Ya enggak gitu juga kali," kata Rangga kesal.
"Gue punya pacar, bego! Lo nuduh gue mau berkhianat?" sahut Horan yang ternyata mendengar percakapan mereka sejak tadi.
"Pacar lo di Bandung kan?" tanya Rion.
"Ho'oh."
"Lah lo ngapain pindah ke sini? Gak sama orang tua lagi. Kuat lo LDR?" tanya Rangga bingung. Ia bingung dengan alasan Horan pindah ke Jakarta meninggalkan orang tua dan juga pacar.
"Demi kalian."
"Ah masa sih?" Glan dan Rion sontak menjauhi Rangga saat Rangga berbicara layaknya banci lebay.
"Ya elah. Nanti pacar gue mau kuliah di sini."
"Lah lo bilang mau pindah lagi," kata Glan heran.
"Gak. Gue bohong biar lo mau minggat dari sini," ucap Horan sinis. Glan mendengus kesal. Tega sekali Horan mau mengusirnya.
"Tega lo, Ran. Gue lagi susah malah disuruh minggat."
"Lo boleh tinggal di sini asal lo mau jadi pembantu gratis gue. Mau gak?"
"Sialan lo!"
8/3/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKTA (END)
Teen FictionFreya Amatera Pranaja, biasa dipanggil Freya. Freya itu galak, ya galak banget. Kalau good mood ya seperti kucing manja dan kalau badmood ya seperti kucing tidur yang diganggu. Freya naksir sama cowok sombong yang bernama Glandion Parviz Gardapati...