Pacar itu titipan Tuhan. Jadi, kalau putus, anggap aja dia udah diambil Tuhan.
Happy reading 🍑
Pagi ini seluruh murid SMA Nakula disuruh berkumpul di lapangan. Semua murid bertanya-tanya ada apa sebenarnya. Seluruh murid diminta untuk berbaris dengan rapi. Setelah berbaris dengan rapi, barulah kepala sekolah SMA Nakula berdiri di depan semua murid.
"Selamat pagi, anak-anak!" seru Haidar selaku kepala sekolah SMA Nakula.
"Pagi, Pak!" sahut semua murid.
"Langsung saja pada intinya, mulai besok kalian tidak boleh membawa handphone ke sekolah. Jika kalian melanggar, handphone kalian akan disita," ucap Haidar dengan tegas.
Seketika semua murid yang tadinya diam untuk mendengarkan pengumuman langsung riuh, bahkan ada yang menyoraki Haidar karena tidak terima dengan aturan baru itu.
"Maksudnya apaan sih? Kenapa kita gak boleh bawa HP, Pak?"
"Mana bisa gue gak bawa HP?"
"Siapa sih yang buat peraturan gini?"
"HP juga penting kali buat pelajaran."
"Saya mengerti kalian pasti keberatan, tapi handphone itu sangat mengganggu pembelajaran. Saya tahu pasti banyak yang bermain handphone saat pembelajaran berlangsung. Handphone hanya membuat konsentrasi kalian buyar dan tidak bisa fokus belajar," jelas Haidar. Murid-murid bertambah riuh karena alasan Haidar yang menurut mereka tidak masuk akal.
"Kita nyari materi pelajaran di handphone. Gak semuanya ada di buku. Masa gak boleh bawa handphone sih?"
"Sekolah ini banyak aturan. Nyesel gue sekolah di sini."
"Sampah. Aturan baru lagi."
"Guys, bawa-bawa aja besok. Gak usah dipeduliin. Gak penting!"
"Kalau gitu guru-guru juga sekalian gak boleh bawa handphone. Biar adil!"
"Intinya besok akan ada razia. Saya sudah memperingatkan pada kalian kalau handphone sudah dilarang di sekolah ini. Sekian." Haidar menyerahkan mic pada salah satu OSIS yang berdiri di depan.
🍑🍑🍑
"Kesel gak sih, Run? Kita itu udah di zaman modernisasi. Kenapa coba sekolah ngelarang bawa HP? Pengin banget muridnya katrok semua," gerutu Freya sambil menyesap es teh manisnya.
"Iya sih. Gue baru kali ini ngerasa peraturan sekolah ini kelewatan. Masa muridnya gak dikasih bawa HP. HP kan penting juga buat kita nyari materi yang gak ada di buku," kata Arun menyetujui. Arun itu sangat taat pada peraturan dan selalu mematuhinya. Baru kali ini Arun tidak setuju dengan peraturan mendadak yang entah siapa pengusulnya.
"Gue tetep bawa HP pokoknya. Peduli amat gue. HP punya gue, beli pakai duit orang tua gue, kenapa sekolah yang sewot?" kata Freya.
"Nanti kalau disita gimana, Frey?" tanya Arun. Arun mengunyah baksonya tanpa menatap Freya. Arun selalu fokus kalau sedang makan.
"Mudah-mudahan aja adik-adik calon OSIS yang ngerazia, kan bisa gue marahin kalau mau ngambil HP gue," ujar Freya sambil menyengir. Intinya Freya tidak akan mau mengikuti peraturan tidak masuk akal itu.
"Oh iya, lo belum cerita tentang lo ke rumah Glan. Gimana? Udah lo tanya?"
"Gue sama Glan udah putus."
"Hah?"
"Putus," ucap Freya sambil menatap Arun memelas. Arun menatap Freya dengan tatapan kasihan. Baru beberapa bulan hubungan mereka berjalan, sekarang malah sudah berakhir.
"Lo gak papa kan? Lo gak ada niatan bunuh diri kan?" tanya Arun dengan ekspresi khawatir.
"Sialan lo! Lo kira gue cewek menye-menye yang bakalan bunuh diri gara-gara putus cinta?" kata Freya sambil mencubit tangan Arun kesal. Arun hanya tertawa sambil mengusap-usap bekas cubitan Freya.
"Lagian pacar itu titipan Tuhan. Jadi, kalau putus, anggap aja dia udah diambil Tuhan," tambah Freya asal. Arun menyentil jidat Freya saat mendengar ucapan asal Freya.
"Gak boleh ngomong gitu, Frey. Dosa tahu?"
Freya menyengir sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
🍑🍑🍑
Ternyata ucapan Haidar tidak main-main sama sekali. Sekarang di setiap kelas sudah ada satu OSIS dan satu calon OSIS. Semuanya terkejut dengan kedatangan para tukang razia itu dan berusaha menyembunyikan handphone yang dibawanya.
Masih banyak yang membawa handphone karena mereka masih tidak terima dengan aturan itu. Mereka ingin menentang, tetapi apalah daya mereka hanya seorang murid yang tidak mempunyai kekuasaan.
Di kelas XII IPA 5 kebetulan sekali Glan yang bertugas dan ditemani oleh calon OSIS yaitu ... Gravi. Freya terkejut karena baru mengetahui cewek yang suka menempel pada Glan mencalonkan diri menjadi OSIS.
"Semuanya ... taruh tas kalian di atas meja dan kalian semua berbaris di depan," tukas Glan dengan tegas. Semuanya menurut saat melihat Glan yang terlihat tidak bisa diajak kompromi agar tidak menyita handphone di kelas itu.
Setelah seluruh murid kelas XII IPA 5 berdiri di depan, Glan dan Gravi mulai memeriksa tas-tas yang sudah ada di meja. Freya berdiri dengan gelisah karena takut handphone-nya ditemukan.
"Gue udah taruh di tempat tersembunyi banget. Semoga gak ditemuin," bisik Freya pada Neola yang berdiri di sebelahnya.
"Gue gak di tas, Frey. Gue taruh di celana pendek gue," bisik Neola yang mulai ketakutan. Setelah tas mereka diperiksa , pasti akan ada pemeriksaan tubuh. Kemungkinan besar handphone Neola akan ditemukan.
"Tuh cewek lagi geledah tas gue." Freya mulai gemetar saat Gravi menemukan tempat persembunyian ponselnya. Freya pun berjalan cepat menghampiri Gravi dan merampas ponselnya yang sudah ditemukan.
"Kak Freya, balikin, Kak. Aku cuma ngikutin peraturan aja," kata Gravi takut-takut.
"Gue gak mau. Ini HP gue. Terserah gue dong mau bawa atau enggak," ucap Freya dengan nada nyolot. Ingin rasanya Freya menampar wajah cewek sok polos di depannya ini. Saking polosnya membuat Freya muak dengan Gravi karena cewek itulah penyebab Freya dan Glan putus. Freya benci Gravi.
"Freya!" bentak Glan.
"Apa lo?"
"Handphone lo disita. Ini aturan sekolah dan lo langgar. Terima konsekuensinya," kata Glan sambil menjulurkan tangannya hendak meminta Freya menyerahkan handphone-nya.
"Enggak mau."
Freya menggenggam erat handphone-nya dan membawanya ke belakang tubuhnya agar aman dari Glan. Tanpa Freya duga, Glan justru mendekatinya dan melingkarkan tangannya di tubuh Freya hingga Glan berhasil mengambil handphone Freya tanpa Freya sadari karena Freya sedikit terkejut dengan pergerakan Glan.
"Glan! Balikin!" pekik Freya saat sadar Glan mendapatkan ponselnya.
Freya menarik baju Glan dan berusaha merebut kembali handphone-nya. Freya menarik tangan Glan yang memegang handphone-nya dengan kasar sehingga handphone Freya terhempas begitu saja ke kaca jendela dan kembali terjatuh di lantai.
Tidak ada harapan lagi. Handphone Freya sudah hancur. Layarnya retak parah dan saat Freya menghidupkannya, handphone-nya mati total.
"Rusak, Frey?" tanya Salwa menghampiri Freya.
"Glan!" teriak Freya menggelegar dan membuat semua yang mendengarnya terkejut dengan teriakan Freya. Glan hanya diam saja tanpa rasa bersalah karena Glan menganggap itu bukan salahnya.
Part ini kisah nyata dari sekolahku. Gak dikasih bawa HP:(
3/3/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKTA (END)
Novela JuvenilFreya Amatera Pranaja, biasa dipanggil Freya. Freya itu galak, ya galak banget. Kalau good mood ya seperti kucing manja dan kalau badmood ya seperti kucing tidur yang diganggu. Freya naksir sama cowok sombong yang bernama Glandion Parviz Gardapati...