Sebuah kalimat tanpa penjelasan hanya akan membuat kesalahpahaman.
Happy reading 🍑
Setelah pembagian raport semester 1, sekolah tidak libur sama sekali. Pembagian raport hari Sabtu dan hari Senin sekolah lagi. Tidak ada hari libur lagi kecuali hari Minggu. Apalagi kelas dua belas akan disibukkan oleh ujian ini ujian itu. Sungguh melelahkan.
Sebenarnya Freya sedikit mensyukuri kakinya cedera karena hari ini ia tidak perlu ikut upacara. Freya sudah bisa berjalan normal tanpa tertatih, tetapi tidak boleh terlalu lelah. Jadinya Freya diizinkan untuk berdiam diri di kelas.
Membosankan memang karena hanya Freya yang ada di kelas itu. Tadinya Freya ingin Arun yang menemaninya. Arun mau-mau saja, tetapi sayangnya tidak diizinkan oleh Pak Sugriwa.
"Freya!" panggil seseorang. Freya menoleh ke arah pintu.
"Eh Arun. Lo gak jadi ikut upacara?" tanya Freya terkejut. Arun menyengir lalu menghampiri Freya dan duduk di samping Freya.
"Pura-pura sakit gue. Gue tahu lo kesepian kan?"
"Uh ... pengertian banget sih lo," kata Freya sambil mendorong tubuh Arun pelan.
"Tadi gue mampir ke kelas dulu ngambil ini." Arun meletakkan paper bag di meja, lalu mengeluarkan isinya yaitu kotak makanan. Arun membuka kotak makanan itu dan menyodorkannya pada Freya. Mata Freya berbinar melihat nasi goreng buatan Arun yang sangat ia sukai itu.
"Ya ampun, Run. Tahu aja lo kesukaan gue," kata Freya sambil tersenyum sumringah. Freya pun memakan nasi goreng itu dengan lahap. Kalau di rumah ia pasti tidak diperbolehkan makan makanan berminyak seperti ini oleh Amri. Jika ada Amri, terpaksalah Freya memakan sayuran. Jadi selama Amri tidak melihat, Freya akan memakan apa yang ia sukai.
"Gue tuh tadi bangun kepagian. Jadinya sempet masak."
"Terus lo gak makan?" tanya Freya dengan suara yang tidak jelas karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Udah di rumah."
Freya pun akhirnya menghabiskan makanannya.
"Lo gak mau nginep di rumah gue aja, Run?" tanya Freya.
"Enggak ah. Gue gak mau ngerepotin. Gue gak takut kok sendiri. Eh gimana kalau lo aja nginep? Kan udah lama lo gak main ke rumah gue." Freya berpikir sejenak. Ia pun mengangguk menyetujui. Lagipula Amri pasti mengizinkannya karena Freya dan Arun adalah sahabat yang dekat.
"Nanti ya. Sekalian gue mau main ke apartemen Kak Derry. Kak Derry akhir-akhir ini jarang banget ke rumah. Gue jadi kepo, jangan-jangan dia sibuk berduaan sama pacarnya sampai gak inget rumah," kata Freya. Memang rumah Arun dan apartemen Derry itu berdekatan. Jadinya sekalian Freya ingin menengok Derry yang jarang pulang.
"Hus! Lo curigaan mulu deh. Dia kan dokter, mungkin aja lembur terus siangnya tidur."
🍑🍑🍑
Freya dan Arun berjalan beriringan menuju ke sebuah bangunan bertingkat. Freya menekan tombol lift dan menuju ke lantai 5 dimana tempat Derry tinggal.
Saat pintu lift terbuka, Freya terkejut melihat orang yang ada di depannya itu.
"Rangga? Lo ngapain di sini?" tanya Freya.
"Ya ampun, Frey. Lo mau nyari Glan ya? Kok lo tahu Glan tinggal di sini? Ayo sini gue anter," cerocos Rangga sambil mempersilakan Freya keluar. Freya dan Arun pun keluar dari lift itu.
"Glan? Gue gak nyari Glan," ucap Freya heran. Setahu Freya, Glan itu tinggal di rumah, bukan apartemen.
"Lah lo ngapain di sini?"
"Nyari kakak gue. Eh bentar, gue mau nitip sesuatu sama lo," kata Freya sambil merogoh sling bag-nya. Freya pun memberikan ponsel milik Glan kepada Rangga.
"Bilang makasih ya. Di sana juga udah ada nomor baru gue," lanjutnya. Rangga mengangguk mengerti.
"Oh iya satu lagi. Kalau gue ganggu Glan selama ini, bilang kalau gue minta maaf," tambahnya lagi. Freya pun melambaikan tangannya pada Rangga dan Freya pun pergi bersama Arun.
Rangga masuk ke dalam lift dan menuju ke lantai 6 dimana apartemen Horan berada. Rangga berlari dengan tergesa-gesa memasuki apartemen Horan sambil menjerit-jerit memanggil nama Glan.
"Glan! Woy Glandiblis! Glan! Gue ada kabar penting nih!" teriak Rangga. Tak lama kemudian keluarlah Glan sepertinya baru bangun.
"Apaan sih lo teriak-teriak?" protes Glan kesal. Glan menuju sofa lalu merebahkan tubuhnya lagi
"Molor mulu kerjaan lo," cibir Rangga. Ia melempar ponsel Glan ke arah Glan hingga mengenai jidat Glan. Glan meringis kesakitan karena sesuatu yang keras mengenai jidatnya.
Glan mengubah posisinya menjadi duduk."HP gue? Kok lo yang bawa?" tanya Glan heran. Ia tadinya hendak marah dan mengomeli Rangga, tetapi ia urungkan.
"Nah itu dia. Gue tadi ketemu mantan lo di lantai 5 terus ngasih HP lo."
"Perlu banget ya diperjelas kalau dia mantan gue? Ngapain dia di sini?" tanya Glan penasaran.
"Nyari kakaknya katanya. Eh ada lagi nih, dia nitip pesen gini 'kalau gue ganggu Glan selama ini, bilang kalau gue minta maaf' gitu katanya. Gue gak ngerti kenapa dia bilang kayak gitu. Oh iya, di sana juga udah ada nomor barunya Freya," jelas Rangga. Glan mengerutkan keningnya bingung. Ia menerka-nerka apa yang membuat Freya berkata seperti itu. Seketika mata Glan membulat saat mengingat sesuatu.
Glan langsung berlari menuju kamar sambil meneriaki nama Rion. "Rion! Woy setan! Dimana lo?"
Horan yang sedang bermain ponsel sambil rebahan pun menoleh dan menatap Glan heran. "Kenapa lo?"
"Riona mana?"
"Apaan lo teriak-teriak nama gue?" tanya Rion yang baru saja keluar dari toilet. Cowok itu hanya mengenakan celana dan bertelanjang dada dengan handuk yang dikalungkan di leher. Sepertinya Rion baru saja mandi.
"Lo bilang apa ke yang ngechat lo waktu itu?" tanya Glan tidak sabaran.
"Yang mana?" tanya Rion bingung.
"Yang waktu itu tu loh."
"Yang mana sih? Gue lupa. Kan udah lama," kata Rion sambil mengecek ponselnya. Ia mencari-cari pesan beberapa hari yang lalu dan menunjukkannya pada Glan. "Yang ini?" tanyanya.
"What the hell? Anjir! Lo kok bilang gini sih ke Freya? Dia salah paham kan jadinya," hardik Glan dengan ekspresi marahnya. Pasti karena pesan ini Freya menjadi salah paham.
"Lo kok nyalahin gue sih? Kan lo yang nyuruh gue bilang gitu. Enak aja lo nyalahin gue," ucap Rion tidak terima disalahkan. Sudah jelas-jelas Glan yang salah.
"Kesel gue sama lo," ucap Glan lalu keluar dengan membanting pintu dengan keras.
"Dia yang salah eh malah gue disalahin," gerutu Rion.
"Sabar elah. Lo kayak gak tahu Glan aja," kata Horan sambil terkekeh.
9/3/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKTA (END)
Ficção AdolescenteFreya Amatera Pranaja, biasa dipanggil Freya. Freya itu galak, ya galak banget. Kalau good mood ya seperti kucing manja dan kalau badmood ya seperti kucing tidur yang diganggu. Freya naksir sama cowok sombong yang bernama Glandion Parviz Gardapati...