Kalau sakit bisa membuatmu mendekat, aku rela
Happy reading 🍑
"Tahan ya, Frey." Glan mengompres pergelangn kaki kiri Freya yang ia kira keseleo hingga Freya menjerit kesakitan. Glan bahkan membiarkan Freya meremas bahunya untuk menyalurkan rasa sakitnya. Hanya mengompres padahal. Glan tidak berani mengambil resiko memijat kaki Freya, siapa tahu beneran patah. Ia menunggu guru yang akan bertanggungjawab datang.
"Kaki gue patah! Gimana ini?" jerit Freya sambil menangis meraung-raung. Glan tetap mengompres pergelangan kaki Freya yang mulai membiru tanpa menghiraukan cewek itu yang menjerit-jerit dan memukulinya. Di ruangan itu hanya ada Glan dan Freya karena Glan menyuruh semua anggota PMR untuk pergi.
"Enggak patah, Frey. Lo tenang aja," kata Glan menenangkan Freya. Glan merapikan mangkuk yang berisi air es, lalu duduk di samping Freya yang masih menangis.
"Terus kenapa ini sakit banget? Sakit! Sakit, Glan!" rengek Freya sambil menggoyang-goyangkan tangan Glan dan sesekali meremasnya untuk menyalurkan rasa sakitnya.
"Iya, Frey. Gue tahu ini sakit, tapi lo tenang dulu ya. Jangan nangis soalnya lo jelek banget," kata Glan sambil mengusap air mata Freya. Freya mulai tenang, tetapi ia masih sesenggukan.
"Kak Glan!" panggil seseorang yang baru saja datang. Itu Gravi yang datang bersama Pak Sugriwa.
"Ayo ke rumah sakit sekarang! Mobilnya udah siap," kata Pak Sugriwa. Freya membulatkan matanya. Rumah sakit?
"Ke rumah sakit, Pak?" tanya Freya.
"Iyalah. Mau dirontgen. Siapa tahu kaki kamu beneran patah," kata Pak Sugriwa.
"Enggak! Glan, gue gak mau ke rumah sakit. Glan, gue gak mau," rengek Freya sambil mencengkeram erat kemeja Glan hingga kusut. Freya benar-benar takut kalau ia disuntik. Freya tidak mau disuntik.
"Frey, lo kenapa sih? Ayo ke rumah sakit! Kita cek keadaan kaki lo," ucap Glan.
"Kalau gak ke dokter, nanti makin parah loh Kak," ujar Gravi.
"Diem lo! Gue gak ngomong sama lo." Freya menatap Gravi dengan tatapan sinis. Gravi pun langsung menunduk takut.
"Gak disuntik kan?" tanya Freya sambil menatap Glan memelas. Matanya kembali berkaca-kaca saat membayangkan jika ia dipaksa untuk disuntik."Enggak, Frey. Gue jamin gak disuntik."
"Ayo cepetan!" ajak Pak Sugriwa.
Glan jongkok di bawah Freya. Freya pun mengalungkan tangannya ke leher Glan. Glan pun menggendong Freya. Mereka tampak romantis sekali dan itu membuat Gravi melihat mereka dengan tatapan tidak suka.
"Padahal mereka udah jadi mantan. Aku kira bisa gantiin posisi Kak Freya, tetapi ternyata mereka masih deket," gumam Gravi sambil memandang Glan dan Freya yang semakin jauh.
🍑🍑🍑
Sesampainya di rumah sakit, Freya diperiksa oleh dokter. Sedangkan Glan dan Pak Sugriwa menunggu di luar. Tak lama kemudian, dokter keluar dan menyuruh mereka masuk. Di sana terlihat kaki Freya sudah digips. Mata Freya tampak sembab, pasti cewek itu menangis saat diperiksa oleh dokter.
"Jadi pergelangan kakinya retak dan bergeser," kata dokter. Freya terkejut dan memasang ekspresi terkejut.
"Re-retak? Dokter tadi bilang cuma keseleo aja!" teriak Freya dengan nada nyolot.
"Iya, saya bilang keseleo aja biar adik mau diperiksa. Dari tadi nangis terus, jadinya saya gak bisa pasang gips. Ya sudah saya bilang keseleo aja biar adik tenang," ungkap dokter itu. Glan berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan menatap Freya kasihan. Cewek itu galak, tetapi sangat cengeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKTA (END)
Teen FictionFreya Amatera Pranaja, biasa dipanggil Freya. Freya itu galak, ya galak banget. Kalau good mood ya seperti kucing manja dan kalau badmood ya seperti kucing tidur yang diganggu. Freya naksir sama cowok sombong yang bernama Glandion Parviz Gardapati...