Cinta boleh, bego jangan. Dia ingin putus? Terima. Jangan menangisi orang yang tidak mempertahankanmu.
Happy reading 🍑
"Aku gak tahan lagi, Run," kata Freya.
Tadi Freya mendapat pesan aneh lagi dari WhatsApp. Kali ini nomornya berbeda, hanya saja Freya yakin kalau pengirimnya adalah orang yang sama dengan pengirim pesan sebelumnya. Si pengirim juga mengirimkan video yang membuat Freya sangat geram dan juga marah.
"Sabar, Frey. Lo tanya aja dulu sama Glan. Lo minta penjelasan sama dia. Jangan sampai salah paham," kata Arun santai. Arun tiduran di ranjang Freya sambil menonton televisi, sedangkan Freya sudah mencak-mencak dari tadi.
"Gue mau labrak Gravi. Berani banget peluk-peluk pacar gue seenaknya. Selama ini gue udah sabar banget sama tuh cewek. Udah dua bulan gue pacaran dan tuh cewek masih aja gue sering lihat nempel sama Glan kayak lintah. Gue mau labrak dia pokoknya," ceroscos Freya sambil menghentak-hentakkan kakinya di lantai.
Sejak menonton video yang isinya Gravi memeluk Glan sambil menangis di taman, Freya mondar-mandir ke sana ke mari sambil mengucapkan sumpah sarapah yang ditujukan untuk Gravi.
Gravi benar-benar kelewatan. Selama ini Freya sering membiarkan Glan mengantar dan menjemput Gravi. Freya sering juga membiarkan Glan perhatian pada Gravi. Ia tidak akan mempermasalahkan itu walaupun ia cemburu. Akan tetapi, ini masalah sentuh-menyentuh. Mereka berpelukan dan Freya tidak bisa menerima itu.
"Jangan, Frey. Nanti Glan marah sama lo," kata Arun melarang. Arun mematikan televisinya dan menarik tangan Freya agar Freya duduk dan menenangkan diri.
"Tapi dia udah kelewatan, Run. Dia jadiin Glan ojek, gue biarin. Dia makan masakan Glan, gue biarin. Dia ganggu waktu berdua gue sama Glan, gue biarin. Kurang baik apa gue? Dia ngelunjak lama-lama tahu gak?" kata Freya emosi.
"Mungkin dia lagi ada masalah kali, Frey. Eh tapi kalau gue jadi lo, gue juga gak terima kalau Glan dipeluk cewek lain. Apalagi Gravi ini statusnya cuma tetangga Glan."
"Labil lo ah. Tadi ngebela Gravi."
"Mending lo langsung aja labrak Glan. Lo cari ke rumahnya sekarang. Lo minta penjelasan yang sedetail mungkin sama dia," kata Arun.
"Gue gak tahu rumahnya."
"Gue tahu."
"Kok lo tahu?"
"Gu-gue pernah lihat dia masuk ke rumah itu dan Gravi masuk ke rumah yang di sampingnya. Waktu itu gue nyasar gara-gara google maps error. Eh malah lihat mereka," jelas Arun. Freya hanya manggut-manggut saja.
"Tapi ini udah jam tujuh, Run. Lo mau ikut?"
"Eh enggak bisa, Frey. Gue harus pulang sekarang. Mama gue udah di rumah."
"Ya udah. Lo ketik alamatnya di sini. Gue mau nyamperin Glan sekarang pokoknya," ujar Freya sambil memberikan ponselnya ke Arun.
🍑🍑🍑
Freya mengetuk pintu rumah Glan dengan ragu. Freya takut salah rumah karena tidak pernah mengunjungi rumah Glan sekalipun. Tak lama kemudian keluarlah seorang wanita paruh baya dari dalam rumah itu.
"Cari siapa ya?" tanya wanita itu dengan ramah.
"Maaf mengganggu malam-malam, Tante. Ini rumah Glan kan, Tante?" tanya Freya gugup. Ia menerka-nerka mungkin wanita ini adalah ibunya Glan.
"Iya, bener. Kamu temennya Glan ya? Ayo masuk!" Freya mengangguk sambil tersenyum. Freya masuk ke rumah itu mengikuti wanita paruh baya itu.
"Nama kamu siapa? Nama Tante, Rishona."
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKTA (END)
Teen FictionFreya Amatera Pranaja, biasa dipanggil Freya. Freya itu galak, ya galak banget. Kalau good mood ya seperti kucing manja dan kalau badmood ya seperti kucing tidur yang diganggu. Freya naksir sama cowok sombong yang bernama Glandion Parviz Gardapati...