🍑22🍑 With Horan

1.4K 75 0
                                    

Kau tahu apa yang lebih sakit dari patah hati?
Melihatmu terlihat baik-baik saja padahal hatiku terasa tercabik-cabik.

Happy reading 🍑

Freya menatap heran cowok yang ada di sampingnya ini. Ia penasaran dengan maksud kedatangan cowok itu ke rumahnya. Apalagi pagi-pagi sekali ia dibangunkan oleh Amri karena ada tamu.

"Lo ngapain sih di sini? Kok lo tahu rumah gue? Lo buntutin gue ya?"

"Buntutin lo? Kurang kerjaan gue buntutin lo."

"Frey, gak boleh gitu ngomong sama Horan. Horan ini anaknya sahabat Papa loh," kata Admon menasehati. Freya mendengus kesal karena Admon malah memihak pada Horan.

Freya tiba-tiba tersenyum dan mendekatkan dirinya ke Horan. Horan menatap Freya aneh dan juga takut. "Lo pengin ngerasain cakaran, jambakan, tamparan, sama pukulan dari gue lagi, Ran?" bisik Freya.

"Gila lo. Bringas banget jadi cewek," bisik Horan takut.

"Kalian bisik-bisik apaan sih?" tanya Amri penasaran.

"Enggak, Ma. Bukan apa-apa," kata Freya sambil menginjak kaki Horan agar Horan tidak mengadu. Horan hanya bisa menahan rasa sakitnya karena diinjak oleh Freya.

"Ya udah, kalian ngobrol dulu. Oh iya, Horan kan udah lama gak di Jakarta, kamu ajak dia keliling gih," kata Admon.

"Hah? Kok aku sih, Pa? Emang dia gak tahu jalan di sini?"

"Terakhir dia di Jakarta itu SMP, ya kan, Ran? Jadi pasti lupa-lupaan. Nanti kalau nyasar gimana?" ucap Amri.

"Iya, Tante. Lagian aku sama Freya kan temen satu sekolah, jadi kan harus lebih mengenal gitu," ujar Horan sambil tersenyum. Freya menatap Horan sinis dan akhirnya ia pun mau mengantar Horan berkeliling.

Freya mengambil tasnya di kamar, lalu berpamitan dengan kedua orang tuanya. Begitu pula Horan yang juga berpamitan dengan kedua orang tuanya Freya.

"Lo bawa motor?" tanya Freya.

"Iya. Kenapa? Gak suka? Panas ya?"

"Ah enggak. Ya untunglah. Jakarta kan macet."

"Mau ke mana?" tanya Horan sambil memasangkan helm ke kepala Freya.

"Kemana aja terserah lo," jawab Freya cuek.

"Taman yuk. Gue beliin lo es krim. Kata Tante Amri, lo suka es krim vanila."

"Ih Mama apaan sih kok bisa bilang-bilang gitu ke lo? Ya udah deh terserah lo."

Horan pun segera melajukan motornya menuju taman yang Freya tunjukkan.

"Lo sering ke sini?" tanya Horan.

"Enggak. Kadang aja."

"Lo mau es krim?" tanya Horan. Freya sedikit tergiur mendengar tawaran itu, tetapi Freya ingin menanyakan sesuatu dulu.

"Lo ngapain tiba-tiba datang ke rumah gue?" tanya Freya heran.

"Gak ngapain. Gue bosen di apartemen. Jadi gue main deh ke rumah lo."

"Lo kan punya temen."

"Nah itu dia. Mereka pas gue butuh ngilang mulu. Kesel gue. Kan gue kesepian. Udah lama gak ketemu, bukannya kangen sama gue eh malah nyuekin gue," gerutu Horan.

"Oh iya, lo tinggal di apartemen? Orang tua lo di mana?"

"Gue tinggal sendirian, tahu. Orang tua gue di Bandung. Bokap gue jadi kapsek SMA lama gue. Jadi gak bisa ikut ke Jakarta."

FUCKTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang