🍑44🍑 Time and Peace

1.4K 61 3
                                    

I just need some time and some peace of mind to amenable with this reality

Happy reading 🍑

"Ngapain aja lo sampai jam segini?" tanya Horan setelah Glan pulang.

"Panjang ceritanya. Bisa nyampe besok pagi kalau gue cerita," kata Glan sambil membanting tubuhnya di sofa. Ia menengadah ke atas mengingat apa yang terjadi tadi. Itu benar-benar di luar dugaan Glan. Ia masih merasa kalau ini adalah mimpi.

"Intinya aja."

"Orangtuanya Freya itu orangtua gue juga."

"What the fuck?!" teriak Horan histeris. Ia terkejut mendengar ucapan Glan yang tidak pernah bisa ia bayangkan. "Gagal nikah dong lo berdua?"

"Nikah pala lu! Kapan gue bilang mau nikahin Freya? Ngaur lo."

"Ya terus jadi si Freya ini kembaran lo? Ulang tahun lo berdua kan sama."

"Ya kagak. Dia anak angkat ternyata."

"Astaga, Glan. Kalau gue jadi lo ya, gue udah kejang-kejang mendadak denger itu semua. Tapi lo kok baik-baik aja sih? Gak ada syok-syoknya," cerocos Horan. Glan berdecak kesal melihat sikap Horan yang berlebihan itu. Horan saja begini, apalagi Rangga dan Rion yang memang lebay dari lahir.

"Jangan kasih tahu siapa-siapa ya."

"Rangga? Rion?"

"Kaga usah. Mereka lebay," bantah Glan.

"Btw gue laper nih," keluh Horan.

"Terus?"

"Masakin lah."

"Ogah! Siapa elu?" tolak Glan. Mentang-mentang ia bisa masak dan Horan seenaknya saja menyuruhnya memasak.

"Laper gue. Masakin kek. Lo kan udah numpang di apartemen—"

"Ya udah! Gue masakin! Puas lo?" putus Glan dengan nada nyolot. Horan tersenyum puas. Glan pun pergi ke dapur dan memasak untuk Horan. Benar-benar menyebalkan bagi Glan karena ia sering diperintah-perintah.

"Lumayan, punya pembantu gratis," gumam Horan.

Beberapa menit kemudian Glan datang membawa sepiring mi dan telur ceplok dengan bentuk yang amburadul. Glan sengaja membuat masakannya seperti itu agar Horan tidak menyuruhnya lagi. Tidak lupa pula ia menambahkan garam agar masakan itu terasa asin dan tidak bisa dimakan.

Tiba-tiba ponsel Horan berdering tanda ada yang menelepon. Ternyata dari Arnan, Sang Ayah.

"Hallo, Pa."

"..."

"Papa kapan ke Jakarta? Kangen anak ya?"

"..."

"Bisa. Dimana?"

"..."

"Ya udah."

"Oh iya, gue lupa bilang, Ran," celetuk Glan sesudah Horan mengakhiri teleponnya.

"Apaan?"

"Bokap lo punya rumah di Jakarta ternyata," kata Glan.

"Lah masa? Mungkin bokap gue mau ngasih gue kejutan buat anak kesayangannya. Pasti Papa ngasih gue tuh rumah," kata Horan percaya diri. Glan berdecih mendengar perkataan Horan.

"Eh mau ke mana lo?" tanya Glan saat Horan beranjak dari duduknya.

"Ketemu bokap. Lo makan aja tuh mi telur. Gue makan sama bokap gue. Bye-bye," kata Horan sambil tersenyum menjengkelkan. Horan pun berlari keluar dari apartemen meninggalkan Glan yang tiba-tiba amarahnya memuncak melihat kelakuan Horan yang begitu menyebalkan.

FUCKTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang