Saat terjebak yang terpenting itu tenang agar pikiran tetap jernih dan bisa mencari jalan keluar.
Happy reading 🍑
Seperti janji Glan kemarin, Glan hari ini bersekolah. Tentu saja Glan menjemput Freya hari ini karena ia merindukan saat-saat mereka berangkat bersama ke sekolah. Walaupun cuma seminggu, tetapi rasanya seperti setahun.
"Frey, anterin gue ke gudang yuk. Di suruh nyari buku lama sama guru sejarah," kata Arun menghampiri Freya dan Glan yang baru saja datang dari parkiran setelah memarkirkan mobilnya.
"Lah kok pagi-pagi banget?" tanya Freya heran.
"Tau tuh. Gue kan takut sendiri. Nyesel gue diem di kelas tadi padahal belum bel," ucap Arun sambil cemberut.
"Ya udah, gue naruh tas dulu, berat nih," kata Freya.
"Eh gak keburu. Ayo cepetan, nanti diomelin sama tuh guru nyebelin," kata Arun tergesa-gesa.
"Iya deh. Ayo!"
"Glan, gue minjem pacar lo ya," kata Arun cepat lalu menarik tangan Freya dan mereka berdua pun berlari menuju gudang.
Sesampainya di gudang, Arun membuka pintu gudang dengan kunci yang ia bawa dan mereka berdua pun masuk ke dalam. Arun dan Freya menghidupkan senter dari ponselnya masing-masing karena gudang hanya ada lampu remang-remang yang sepertinya sebentar lagi akan mati.
"Apa nama bukunya?" tanya Freya.
"Buku paket sejarah pokoknya yang keluaran tahun 2010," kata Arun sambil mengarahkan senter dari ponselnya ke tumpukan buku usang yang sudah tidak dipakai itu. Guru sejarah mereka memang seperti itu, kalau mengajar itu tidak pernah sesuai dengan buku paket yang mereka dapat.
"Ini bukan?" tanya Freya sambil menunjukkan sebuah buku.
"Itu buku ekonomi, Frey."
"Oh iya ya? Gue gak lihat bukunya, malah lihat tahunnya," kata Freya sambil menyengir lalu meletakkan kembali buku itu ke tempat semula.
"Eh kenapa nih? Kok tiba-tiba gini?" gerutu Arun sambil memegangi perutnya.
"Kenapa lo?"
"Gak tahu. Perut gue tiba-tiba mules," kata Arun panik.
"Lo abis makan apa sih kok bisa sakit perut?"
"Kemarin gue gak sengaja makan mi kedaluwarsa. Gue ke toilet dulu ya. Lo bantuin cariin bukunya sampai dapet ya. Nanti gue balik lagi, jangan tinggalin gue," ceroscos Arun lalu berlari meninggalkan Freya yang menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya itu.
Kebiasaan sekali Arun memakan makanan kedaluwarsa karena tidak melihat tanggal kedaluwarsanya, tetapi selama ini Arun tetap baik-baik saja dan tidak pernah sakit perut.
"Mana sih bukunya?" gumam Freya sambil mengedarkan pandangannya bersamaan dengan senter dari ponselnya yang ikut ke sana kemari.
"Bu gendut nyebelin, bikin susah aja. Gue sumpahin badannya kempes biar molor kulitnya," gerutunya kesal. Guru sejarah bernama Bu Raisa itu benar-benar menyebalkan dan suka menyusahkan orang.
"Eh ini dia," kata Freya sambil tersenyum lebar dan mengambil buku sejarah tahun 2010 itu. Ia meletakkan ponselnya di tumpukan buku, lalu mengusap-ngusap buku penuh debu itu hingga bersih.
"Ini diambil berapa nih? Gue lupa nanya Arun? Arun mana sih?" gerutunya.
Freya mengambil kembali ponselnya dan menghitung jumlah buku yang ada. Bukunya ada 25 dan tidak mungkin ia membawa buku tersebut seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKTA (END)
Teen FictionFreya Amatera Pranaja, biasa dipanggil Freya. Freya itu galak, ya galak banget. Kalau good mood ya seperti kucing manja dan kalau badmood ya seperti kucing tidur yang diganggu. Freya naksir sama cowok sombong yang bernama Glandion Parviz Gardapati...