🍑32🍑 Belongs to Me Again

1.3K 72 6
                                    

Balikan itu ibarat nonton film, endingnya akan sama.

Happy reading 🍑

Glan berdiri di depan gedung bertingkat itu untuk menunggu Freya keluar. Ia sudah berkali-kali menelepon Freya, tetapi tidak diangkat juga.

"Angkat dong, Frey," gumamnya tidak sabaran. Glan menghela napas gusar. Ia tidak ingin Freya salah paham padanya.

Kemudian ia tidak sengaja menoleh ke arah pintu keluar masuk gedung. Ia melihat Freya berjalan dengan Arun.

"Freya!" teriak Glan sambil berlari menghampiri Freya. Tanggapan Freya biasa saja, Freya menatap Glan seolah tidak sedang marah.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ucap Glan.

"Oh ya? Ngomong aja," kata Freya.

Glan melirik Arun sekilas lalu berkata, "berdua aja."

"Kalau gitu gue duluan ya. Glan, nanti lo anterin Freya ke rumah gue. Jangan dibawa ke mana-mana loh sahabat gue," kata Arun sambil tersenyum.

"Iya, nanti gue anterin," ujar Glan. Arun melambaikan tangannya pada Freya. Freya pun melambaikan tangannya juga.

Setelah Arun pergi, Glan membawa Freya ke parkiran dan mereka berdua masuk ke mobil milik Glan.

"Lo mau ngomong apa sih?" tanya Freya.

"Lo salah paham."

"Salah paham apa?"

"Tentang chat yang dikirim Rion. Gue gak tahu kalau itu lo, Frey. Gue kira orang iseng, soalnya gue sering terima pesan kayak gitu," ungkap Glan. Glan benar-benar takut jika Freya salah paham dan akhirnya menjauhinya.

"Oh."

"Oh doang?" tanya Glan tidak percaya.

"Lah lo mau gue bilang apa emang?"

"Enggak-enggak. Oh iya, lo ngapain ke rumahnya Arun?"

"Nginep dong. Ayo anterin gue sekarang!"

Glan berdecak kesal karena Freya sangat tidak sabaran ingin pergi ke rumah Arun. Padahal Glan sangat ingin berlama-lama dengan Freya.

"Jalan-jalan dulu, mau gak?" tanya Glan. Ia sungguh berharap Freya mau jalan-jalan dengannya. Ketika Freya mengangguk, Glan pun tersenyum gembira.

"Gue mau nyulik lo, Frey," kata Glan sambil tersenyum. Freya mengerutkan keningnya bingung. Kemana Glan akan membawanya?

"Kemana?" tanya Freya.

"Lo bakal tahu nanti," kata Glan sambil tersenyum misterius. Glan memasang sabuk pengaman pada dirinya. Freya pun ikut memasang sabuk pengaman.

"Kemana sih? Lo serius mau nyulik gue? Awas lo kalau macem-macem, gue tonjok lo," ancam Freya sambil menunjukkan kepalan tangannya. Glan hanya terkekeh lalu fokus menyetir. Entah kemana Glan akan membawanya, Freya hanya bisa pasrah karena Glan sama sekali tidak merespons jika Freya bertanya.

Tidak sampai satu jam perjalanan mereka sudah sampai di tempat tujuan. Freya melongo melihat tempat yang mereka datangi. Ternyata hanya ke mall.

"Ke mall aja lo sok misterius," cibir Freya. Sementara Glan hanya menyengir saja.

"Gue ngajak lo nonton bioskop. Gak mungkinlah gue ngajak temen-temen gue, aneh rasanya nonton bioskop sama cowok, jadinya gue ngajak lo," jelas Glan. Freya mendengus. Ia kira Glan ada maksud.

"Ya udah, ayo!" kata Freya lalu berjalan mendahului Glan. Glan yang tertinggal di belakang langsung berlari menyusul Freya dan menarik tangan Freya agar Freya tidak berjalan dengan cepat.

"Pelan-pelan kali. Gak sabaran banget lo."

"Lo lelet."

"Eh Frey, coba buka tangan lo," suruh Glan. Freya menurut dan membuka tangan kirinya. Tanpa diduga Glan menyelipkan jari-jarinya di jari-jari Freya dan menggenggamnya erat. Freya melongo melihat kelakuan Glan yang aneh.

"Tangan lo ada sarang laba-laba. Gue kira lo bakalan berubah jadi Spiderman, eh ternyata baru gue genggam sarang laba-labanya hilang," jelas Glan sambil tersenyum polos. Freya menatap Glan kesal.

"Sialan lo!" makinya.

Mereka pun berjalan santai menuju tempat membeli tiket masuk bioskop. Setelah mendapat tiketnya, Glan dan Freya membeli minuman dan juga popcorn. Kemudian mereka masuk ke dalam bioskop karena filmnya akan segera dimulai. Mereka duduk di tempat duduk yang berada di deret paling atas.

"Kita waktu pacaran kan belum pernah tuh nonton bioskop," kata Glan.

Freya yang sedang makan popcorn pun berhenti makan dan menatap Glan bingung. Padahal film belum dimulai, tetapi Freya sudah memakannya.

"Lo nya sibuk sama Gravi," ucap Freya asal.

"Eh siapa bilang?" protes Glan. Freya tidak merespons karena film sudah dimulai. Freya fokus menonton film. Sementara Glan sama sekali tidak tertarik dengan film itu. Ia lebih tertarik pada objek yang ada disampingnya itu.

"Frey," bisik Glan. Freya tidak menoleh sama sekali.

"Freya," bisik Glan lagi. Kali ini Glan menoel pipi Freya agar Freya menoleh.

"Kenapa?" bisik Freya  sambil menatap Glan bingung. Posisi wajah mereka sangatlah dekat dan membuat Freya merasa gugup. Sementara Glan tersenyum sambil menyuapi Freya popcorn.

"Lo kenapa sih? Aneh banget," gerutu Freya sambil mengalihkan pandangan ke arah film yang sedang berlangsung.

Saat Freya sedang fokus menyimak film, tiba-tiba Glan mendekatkan wajahnya ke telinga Freya dan berbisik, "kalau gue ngajak lo balikan, lo mau?" tanya Glan. Freya menahan napas sejenak. Saat Glan kembali menjauh darinya, barulah Freya bisa bernapas dengan normal.

"Lo ngomong apaan sih?"

"Gue gak bisa ngelupain lo, Frey. Gue gak suka lihat lo deket sama cowok mana pun. Gue mau lo jadi milik gue lagi," kata Glan pelan. Ia sengaja memelankan bicaranya agar tidak mengganggu penonton yang lain.

Freya tersenyum malu-malu saat mendengar perkataan Glan. Milik Glan? Semua darah Freya seakan naik dan memenuhi seluruh wajahnya sehingga wajah Freya merona. Untungnya keadaan bioskop itu gelap, jadi Glan tidak akan bisa melihat betapa meronanya wajah Freya saat ini.

"Gue juga gak suka sama Gravi yang selalu nempel sama lo," kata Freya sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Freya tidak mau menatap Glan karena ia malu.

"Gue janji gak bakal meluk-meluk Gravi lagi. Gue janji gak bakal kelewat batas. Tapi kalau untuk jauhin Gravi, gue gak bisa."

Freya memberanikan dirinya menatap Glan."Balikan sama lo itu ibarat nonton film, endingnya bakalan sama. Gue gak mau pacaran lagi kalau untuk putus," ucap Freya dengan nada tegas, tetapi tetap pelan.

"Tapi lo mau kan balikan sama gue?" tanya Glan sekali lagi.

"Mau mau," kata Freya antusias. Freya langsung membekap mulutnya sendiri saat menyadari kalau ia bicara sedikit keras. Freya menoleh ke beberapa orang yang menatapnya heran. Freya pun menyatukan kedua tangannya di dada dan meminta maaf dengan suara pelan.

"Dasar," gumam Glan sambil menahan tawa melihat kelakuan Freya yang sangat menggemaskan itu.

10/3/2020

FUCKTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang