🍑7🍑 With Derry

2.2K 128 2
                                    

Kenyataan itu tidak seindah drama ataupun khayalan. Itu tergantung cara kita menikmatinya saja.

Happy reading 🍑

"Lo pulang sama siapa, Frey?" tanya Neola sambil merapikan buku-bukunya yang ada di atas meja.

"Gue tadi berangkat bareng Brishen," ucap Freya. 

"Lah gue tadi lihat Brishen udah pulang sama temen-temennya," celetuk Blenda yang baru saja datang dari luar. Freya menganga lebar mendengar perkataan Blenda. Brishen meninggalkannya.

"Kurang ajar. Gue udah bilang mau bareng dia, tapi malah ninggalin gue. Awas aja, gue gak bakalan mau bareng sama dia lagi," gerutu Freya sambil mengepalkan tangannya. Blenda terkekeh melihat kekesalan Freya terhadap Brishen.

"Gue duluan ya. Gue minta dijemput Kak Derry jadinya," ucap Freya. Ia melambaikan tangannya dan dibalas lambaian tangan oleh Blenda, Neola, dan Salwa.

Freya berjalan di koridor yang sudah sepi karena semua murid sudah pulang. Freya, Neola, Blenda, dan Salwa pulang belakangan karena mereka piket di kelas mereka. Mungkin karena itu Brishen meninggalkan Freya, mengira Freya sudah pulang duluan padahal Freya masih di sekolah.

Freya pun menelepon Derry untuk menjemputnya.
"Kak Derry, jemput dong. Sibuk gak?"

"Enggak sibuk kok, kebetulan sekarang waktunya istirahat. Kamu tunggu ya, jangan kemana-mana."

"Iya."

Freya mendengus kesal mengingat ia harus menunggu dalam waktu yang lumayan lama. Derry Abhirama, biasa dipanggil Derry adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit. Umurnya masih 25 tahun dan terpaut tujuh tahun dari Freya yang masih 17 tahun.

Derry adalah anak dari sahabat Amri yang sudah meninggal dunia sejak Derry berumur 5 tahun. Jadi, Amri dan Admon —suami Amri— merawat Derry seperti anak sendiri sejak saat itu.

"Hei, Frey! Ayo masuk!" teriak Derry dari dalam mobil.

Freya tersenyum sumringah melihat Derry sudah datang. Freya pun berlarian menuju mobil Derry dan langsung masuk ke kursi penumpang. Setelah Freya masuk, Derry mulai menjalankan mobilnya.

"Laper, Kak. Mau makan," rengek Freya sambil memanyunkan bibirnya.

Derry terkekeh melihat kelakuan Freya yang tidak pernah berubah. Setiap Derry menjemput Freya, Freya akan meminta diajak ke restoran dan Freya akan menguras dompet Derry.

"Beli nasi bungkus aja ya."

"Ih kok nasi bungkus sih? Gak suka. Aku maunya di restoran," kata Freya sambil melipat tangannya di dada.

"Kakak bangkrut nih jadinya," ucap Derry.

"Gak mungkin ah. Dokter kan gajinya gede. Pokoknya sekarang kita ke restoran atau ke kafe yang belum pernah kita datengin," ujar Freya keras kepala.

Derry tidak akan pernah bisa melawan kemauan Freya karena ia akan selalu luluh jika melihat wajah manis Freya yang sudah seperti adiknya itu.

"Yang di depan itu mau gak? Baru loh."

"Ya boleh aja."

Derry pun melajukan mobilnya menuju sebuah kafe yang baru dibuka. Freya berdecak kagum melihat suasana kafe yang sangat bagus itu. Nuansanya adalah warna pastel dan Freya sangat suka itu. Tempatnya sangat bagus untuk berfoto dan diunggah ke Instagram ala-ala Selebgram.

"Bagus banget, Kak. Nanti fotoin gue loh. Pesen makanan yang banyak juga," kata Freya semangat.

Freya menarik tangan Derry agar segera masuk ke kafe. Di kafe itu sudah banyak sekali kedatangan pengunjung karena sedang ada diskon beberapa makanan. Tentu saja orang yang menyukai diskon akan datang ke kafe tersebut, termasuk Freya. Walaupun Freya tidak kekurangan uang, Freya tetap menyukai diskon.

Freya memilih tempat duduk yang paling dekat dengan tembok karena di tembok itu ada spot foto yaitu lukisan, foto, dan tumbuhan palsu. Jika berfoto di sana pasti hasil fotonya akan Instagramable.

Seorang pelayan menghampiri mereka sambil membawa sebuah note dan pulpen untuk mencatat pesanan."Selamat datang, Kakak. Ada yang mau dipesan?"

"Ada yang rekomended gak, Mbak?" tanya Freya. Ia merasa bingung membaca buku menu karena nama makanannya aneh-aneh. Derry pun juga bingung.

"Itu sudah ada bintangnya di menu, Kak. Kalau yang bintang lima itu yang rekomended, Kak," ucap pelayan itu ramah.

"Oh gitu. Kalau gitu saya mau pesen yang ini, ini, ini, sama minumnya yang ini," ucap Freya sambil menunjuk makanan dan minuman yang ada di menu.

"Serius kamu bisa ngabisin ini, Frey?" tanya Derry. Itu pertanyaan yang selalu Derry lontarkan jika Freya makan bersamanya.

"Kalau gak habis, Kakak yang bantuin ngabisin," jawab Freya sambil tersenyum polos. Derry berdecak kesal mendengar jawaban Freya.

"Kalau saya yang ini dan yang ini," ucap Derry sambil menunjuk menu. Pelayan itu pun pamit setelah mencatat pesanan Freya dan Derry.

"Jadi foto?" tanya Derry.

"Nanti, makanannya belum dateng," ucap Freya sambil asyik bermain ponsel. Di kafe ini free Wi-Fi dan Freya mengejar waktu untuk mendownload drama Korea terbaru.

"Loh Freya? Kok masih pakaian sekolah?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapan Freya.

Itu Brishen yang datang bersama teman-temannya, tetapi teman-temannya sudah duduk di tempat yang tidak jauh dari tempat Freya. Freya pun menatap Brishen dengan amarahnya.

"Lo kok ninggalin gue sih? Untung Kak Derry gak sibuk, jadi dia bisa jemput. Kalau dia gak bisa jemput gimana? Gue jadi gelandangan gitu sambil nyari-nyari taksi?" omel Freya.

"Lah sorry, Frey. Gue gak tahu kalau lo belum pulang. Lo kan biasanya kabur mulu kalau gue minta pulang balik. Gue kira lo pulang duluan," jelas Brishen penuh penyesalan.

"Lo nyalahin gue, Bri?"

"Ya enggak, Frey. Bukan nyalahin lo."

"Biarin aja, Bri. Dia yang salah kok," ucap Derry membela Brishen. Freya mencubit tangan Derry karena Derry membela Brishen, bukannya membela dirinya.

"Gue gak mau lagi sekolah bareng lo, Bri. Kesel gue sama lo," ucap Freya.

"Frey, jangan gitu dong. Jangan marah dong, Frey."

"Enggak. Pergi deh lo!"

"Frey—"

"Pergi, Brishen!"

Ini semua kebiasaan author banget.
Ini real terjadi di kehidupan author.
Sifat Freya dan kelakuan Freya itu fotocopy dari diri author sendiri
Jadi, plagiator mundur ya🤣

FUCKTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang