We're bestfriend. Why you do this to me?
Happy reading 🍑
"Run, lo ngapain?" tanya Brishen.
Kemunculan Brishen yang tiba-tiba membuat Arun terkejut bukan main. Ponsel Arun sampai terjatuh saking terkejutnya.
Melihat ponsel Arun yang jatuh, Brishen langsung mengambilnya. Arun berusaha merebut kembali ponselnya itu, tetapi Brishen mengelak.
"Balikin, Bri!" bentak Arun emosi karena Brishen menjelajahi isi ponselnya.
"Gue bilang balikin! Lo gak sopan banget lihat-lihat privasi gue gitu!" bentak Arun lagi. Melihat Brishen mulai mencopot case ponselnya, Arun cepat-cepat merampas kembali ponselnya. Akan tetapi, sudah terlambat. Brishen sudah melihat beberapa kartu sim yang sepertinya sudah dipakai.
"Ternyata dugaan gue bener, Run. Itu lo," kata Brishen setelah melihat isi ponselnya.
Arun terdiam karena Brishen sudah tahu semuanya. Tak lama kemudian ia terkekeh.
"Terus kenapa kalau gue?"
"Heran gue sama lo, Run. Apa sih yang ada di otak lo?"
"Jadi, lo gak beneran suka sama gue? Lo nyari peluang buat korek informasi gue? Iya kan?" tanya Arun mengalihkan pembicaraannya.
"Iya."
"Pantesan. Gak mungkin lo secepat itu move on dari sahabat tersayang gue. Kasihan banget sih lo, Bri," ucap Arun sambil menggeleng prihatin.
Brishen menatap Arun dengan tatapan tajam. Ia merasa cewek itu sudah gila karena berbuat seperti itu.
"Eh iya, gue lupa ngasih tahu lo. Gue mau buat pertunjukan. Ditunggu ya," kata Arun sambil tersenyum manis. Ia melangkah meninggalkan Brishen dan menuju mobilnya.
🍑🍑🍑
Freya membuka matanya perlahan. Hal yang pertama ia lihat adalah kegelapan. Rasa dingin menusuk tubuhnya dan membuat Freya menggigil kedinginan karena angin yang lumayan kencang berhembus. Dimana dia? Apa yang sudah terjadi?
Ia merasakan kepalanya sangat sakit hingga membuatnya pusing. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang sudah terjadi pada dirinya.
"Gue dimana?" batinnya saat bibirnya tidak bisa berbicara karena sebuah kain menutup mulutnya. Ia merasakan tali mengikat tangan dan kakinya hingga ia tidak bisa bergerak.
Freya berusaha melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakinya. Ia sudah berusaha dengan keras, tetapi hasilnya nihil. Hanya penutup mulutnya yang berhasil ia buka.
Freya mendongak ke atas. Ia melihat langit gelap yang tanpa dihiasi bulan dan bintang. Sepertinya sedang mendung. Freya menebak-nebak dimana dirinya.
"Tolong! Apa ada orang? Tolongin gue!" teriak Freya. Ia sangat berharap ada seseorang yang menolongnya.
Freya menoleh ke tembok tempatnya bersandar. Sepertinya itu bukan tembok tinggi. Freya pun menyadari bahwa itu hanyalah tembok pembatas. Ia sadar kalau sekarang ia ada di rooftop.
Saat mendengar suara langkah seseorang, Freya pun berteriak lagi, "Tolong! Tolongin gue!"
"Frey ...."
"Arun? Lo di sini? Tolongin gue, Run," kata Freya. Ia menangis terharu saat ada Arun yang pastinya akan menolongnya.
"Iya, gue di sini," kata Arun sambil menggenggam tangan Freya yang terikat. Freya melihat dengan remang-remang Arun yang sedang berjongkok di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKTA (END)
Teen FictionFreya Amatera Pranaja, biasa dipanggil Freya. Freya itu galak, ya galak banget. Kalau good mood ya seperti kucing manja dan kalau badmood ya seperti kucing tidur yang diganggu. Freya naksir sama cowok sombong yang bernama Glandion Parviz Gardapati...