🍑49🍑 Butterflies in My Stomach

1.5K 72 3
                                    

Air mata kesedihan yang disatukan dengan senyuman itu terlihat sangat menyakitkan.

Happy reading 🍑

***

"Woy, kebo! Bangun lo!" teriak Glan.

"Apaan sih lo teriak-teriak? Masih pagi juga," keluh Freya.

"Lo gangguin gue kemarin, sekarang giliran. Bangun cepetan!" balas Glan. Kemudian, ia menarik selimut Freya, tetapi Freya tetap pada posisinya tadi. Freya merasa lelah dan perlu tidur lebih lama, tetapi Glan mengganggunya.

"Bangun, Frey! Gue aduin sama Mama nih," ancam Glan.

"Lo kalau mau balas dendam, nanti aja. Gue kemarin bergadang nonton drakor. Jadi gak bisa bangun pagi," jelas Freya tanpa membuka matanya. Ia memeluk bantal gulingnya dengan erat dan berusaha kembali terlelap walaupun Glan mengganggunya.

"Mama! Ma! Freya gak mau bangun!" teriak Glan. Freya tidak menghiraukan teriakan Glan.

"Ya ampun, Frey! Anak gadis gak boleh malas-malasan, nanti jadi perawan tua," celetuk Amri dari ambang pintu kamar Freya.

"Enggak mungkin. Yang mau sama Freya tuh banyak," sahut Freya. Kemudian, ia merubah posisinya membelakangi Glan dan Amri.

"Kamu urus dah itu calon istri kamu, Glan. Mama nyerah," kata Amri, lalu pergi dari kamar Freya.

"Kalau lo gak mau bangun, besok gue langsung adain pesta pernikahan. Mau?" ancam Glan.

"Adain aja. Guenya bisa kabur," ucap Freya pelan.

"Lo bener-bener dah, Frey. Gue gak ada pilihan lain." Glan pergi menuju kamar mandi dan mengisi penuh bath tub dengan air dan sabun. Kemudian, ia kembali ke kamar Freya. "Frey," panggil Glan. Freya tidak menjawab. Sepertinya cewek itu tidur lagi. Dengan perlahan Glan mengangkat tubuh Freya dan menggendongnya ke kamar mandi. Glan membawa Freya ke kamar mandi dan langsung menceburkan Freya di bath tub.

"Woy, anjir! Glan!" teriak Freya menggema saat dirinya sudah tercebur di bath tub.

"Masih ngantuk?" tanya Glan santai.

"Bete gue sama lo. Ngeselin! Keluar lo!" jerit Freya sambil memercikkan air ke arah Glan.

Glan langsung kabur sebelum ia basah karena Freya memercikkan air ke arahnya. "Ma, udah beres," kata Glan sambil terkekeh. Ia duduk di meja makan dan mengambil makanannya.

"Kamu apain?" tanya Amri.

"Cemplungin ke bath tub dong. Abisnya dia ngeselin banget. Kemarin aku diganggu, sekarang giliran," kata Glan.

"Emang males dari dulu tuh anak," kata Admon sambil terkekeh.

"Oh iya, Papa kok gak kerja?" tanya Glan.

"Papa kamu tuh berhenti kerja. Mama gak setuju padahal," kata Amri.

"Loh, kok berhenti, Pa?" tanya Glan lagi.

"Karena ... ada alasan pokoknya," jawab Admon.

"Karena rasa bersalah Papa kamu sama Pak Haidar," sahut Amri.

"Maksudnya?" tanya Glan bingung.

"Udah, jangan dibahas. Kamu gak perlu tahu. Ini urusan Papa," kata Admon.

"Freya lama banget sih mandinya," kata Amri.

"Namanya juga cewek, Ma. Mama kayak gak gitu aja," kata Glan sambil terkekeh.

"Enak aja. Mama gak lelet ya," elak Amri.

"Eh, ngomong-ngomong tentang kelanjutan pendidikan kamu, dapet universitas mana? Kamu mau jurusan apa?" tanya Admon saat teringat dengan kelanjutan pendidikan Glan. Admon tidak sempat bertanya sebelumnya karena ia sibuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum resign.

FUCKTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang