30

39.7K 4.8K 32
                                    

"Terus kenapa pulang pagi?" Sherly bertanya dengan seringai khasnya.

Aku mengangkat bahu.

Elfin menoyor kepalaku yang membuatku spontan mendelik ke arahnya. "Jawab pake mulut kalo ditanya," katanya garang. Ini yang kena tindakan tidak menyenangkan pada kepala, aku loh. Kok dia yang lebih galak? Dasar warga negara ber-flower.

Aku mencebik kesal. "Abis itu Kimkim bangun dan mendadak muntah dan mencret. Kita panik terus bawa dia ke rumah sakit."

"Kimkim sakit?" tanya Elfin dan Sherly berbarengan.

"Iya. Gue dan Mas Dinan nungguin di RS. Pas gue sadar, udah jam sepuluh malam. Daripada digorok bokap, mending gue minta tolong lo telepon nyokap gue dan ngaku gue nginap di kostan lo," ceritaku dengan keceriaan yang dibuat-buat.

"Sial, gue yang jadi tumbal," desis Elfin masih terdengar olehku.

"Nah kaki lo kenapa bisa bengkak gitu?" Sherly menunjuk kakiku yang sakit.

"Oh ini. Gue keseleo pas lari ke kamar Kimkim. Jatoh gitu posisinya."

"Clumsy gini nggak bikin Mas Di jadi re-think?" ledek Elfin. Mereka berdua tertawa.

"Bukannya iba." Sekali kampret memang akan tetap kampret. Itulah alasan utama mereka bisa langgeng berteman. Karakter mereka sama pekatnya dengan minyak goreng dalam kuali tukang pecel lele.

"Terus Kimkim gimana sekarang kondisinya?" Sherly bertanya setelah puas tertawa.

"Getting better. Masih dirawat sih. Mas Dinan nyuruh gue pulang buat istirahat."

"Iyalah suruh pulang. Belom kewajiban lo mengurus keluarga mereka." Elfin mengibaskan tangan saat bicara.

Ingatanku terputar pada kekhawatiranku kemarin. "Fin, Sher, gue gimana bilang ke Bapak dan Ibu kalo gue dilamar ama duda?"

Elfin dan Sherly saling berpandangan. Aku tidak suka saat antena fantasi mereka mengirim frekuensi yang tidak tertangkap radarku. Keki banget di tengah obrolan penting.

"Lo khawatir orang tua lo nggak nerima Mas Dinan." Sherly yang pertama bersuara.

Aku menggeleng. "Lebih buruknya, Mas Dinan kan mantan suami Selviana. Perempuan yang jadi alasan Bayu ngebatalin pertunangan kami. Gue takut Bapak nggak mau karena tangled condition gini."

"Kayak tuker pasangan ya," komentar Sherly. Elfin meringis.

"Gue ngerti kok kebingungan lo. Saran gue, jujur aja. Kalo ortu lo nggak nerima, ajak mereka diskusi. Masa lalu nggak bisa diubah. Masa depan yang harusnya jadi pertimbangan kalian. Kasih pengertian gitu," kata Elfin.

Aku dan Sherly terdiam mendengar omongan Elfin.

"Lo nggak demam kan?" tanya Sherly berhati-hati pada Elfin.

Elfin memutar bola matanya. "Mau nebak gue sakit? Gue sehat seratus persen."

"Jarang-jarang lo ngomong bener gini, Fin," kataku membela Sherly.

"Ntar gue keluarin sisi dewasa gue, pada kaget lo," gerutunya.

"Anyway, makasih sarannya Fin." Aku melingkarkan tanganku pada tubuh Elfin.

"Sarannya doang?" goda Elfin.

"Oh iya, akting dan kebohongan lo menyelamatkan gue pagi ini. Sangkyu." Aku mengecup pipi Elfin.

"Iih jorok ada ludahnya." Elfin mendorong tubuhku menjauhinya. Tangannya mengelap sisa kecupan basahku. "Lo biasa kecup becek gini ke murid-murid lo ya?"

"Itu rahasia pelet Sandra. Noh Kimkim udah kena pelet, sampai mau jadiin Sandra mommy barunya," kata Sherly.

Aku memasang cengiran lebar. Mengiyakan saja godaan yang mereka berikan. Jika bukan karena duo kampret ini, aku pasti sudah kena omel bapak dan ibu karena tidak pulang semalaman.

###

17/03/2020

Masih gemeush ama aku ato mau lempar aku pake 💋💋💋

😘 kecup becek dari miss bebek yang pengen ngemil mi ayam *loh?

You TOLD Me SoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang