Aku berinisiatif mengikuti siluet itu. Rasa penasaranku terlalu tinggi untuk melepasnya tanpa memastikan itu benar orang yang aku kenal atau kebetulan mirip. Menepikan ketakutan bersitatap, aku membuntuti orang itu dalam jarak semeter.
Orang itu mengenakan kemeja biru yang rapi dan celana slim fit berwarna hitam. Aku menunggu momen laki-laki itu menolehkan sedikit wajahnya atau ada cermin yang merefleksikan tampak depan orang itu.
Orang itu berhenti sebentar, merogoh saku celananya lalu menempelkan ponsel pada telinga kanan. Aku merapatkan diri pada dinding yang sedikit menjorok ke depan, menyembunyikan tubuh di baliknya. Beruntung koridor rumah sakit sudah lebih lengang, entah bagaimana malunya aku jika dianggap mencurigakan.
"Ya, halo."
Aku mengintip sedikit. Laki-laki itu sedang berbicara dengan seseorang di telepon.
"Aku sudah bertemu dengannya. Dokter yang menangani Kimmy juga sudah bilang sendiri kalau dia sudah baikan."
Suara pria itu persis seperti dalam ingatanku. Memang dia. Oh, nama Kimmy disebut. Dia datang ke mari untuk menjenguk Kimkim. Menarik.
"Vi, sudah cukup Vi. Jangan coba untuk berbuat demikian. Kita sudah bahas ini berkali-kali."
Vi... tebakanku mengarah pada ibu kandung Kimkim. Bayu sedang menelepon Selviana, pasti dia kan suaminya Selviana.
Aku menyentuh dadaku. Bagus. Aku tidak merasakan perubahan detak yang abnormal. I'm fine.
"Vi, kalau kamu begini terus kamu hanya memperparah keadaan. Jangan coba melakukan apapun tanpa pemikiran matang." Intonasi Bayu meninggi.
Aku merasakan ada nada sengit dan amarah dalam ucapan Bayu. Sepertinya mereka bertengkar. Makin menarik.
"Sudah cukup. Aku yang akan pantau kondisi di sini. Kamu tenang saja di sana."
Belum pernah aku melihat Bayu bersikap sekeras ini. Sepanjang berhubungan denganku dulu, Bayu memang tegas namun tidak pernah keras. Selviana pasti perempuan yang sukar dihadapi.
Senyumku mengembang. Tunjukkan lebih banyak lagi bagaimana keluarga kecilmu, Bay. Sangat menarik.
"Kalo kamu masih begitu juga, sekalian aja kamu kembali ke Dinan. Aku bisa muak dengan sikap kamu, Vi."
Hei, itu keterlaluan. Aku yang sekarang bersama Mas Dinan. Jangan sembarangan melempar istrimu pada calon suamiku.
Bayu sudah kelewatan. Perkataannya kasar. Mereka bertengkar soal apa? Ini mulai menyebalkan.
Aku merapatkan tubuh pada dinding lagi. Dirasa cukup lama, aku mengintip tempat Bayu berdiri tadi. Dia sudah tidak ada. Baru setelah itu aku bisa bernapas normal.
Bayu baru saja menjenguk Kimkim. Aku harus kembali ke kamar Kimkim. Mbak Murni pasti tahu Bayu datang melakukan apa saja.
yyy
Mas Dinan masih asyik bercengkrama dengan Kimkim. Tawa mereka sesekali terselip di antara percakapan mereka.
Pikiranku bercabang-cabang. Otak yang jarang aku pakai untuk hal berat, kini terpacu untuk menghasilkan keputusan. Lebih dari pada itu aku harus mengumpulkan keberanian mengungkapkan rasa penasaranku yang kian memuncak dengan kedatangan Bayu hari ini. Tuhan, permudah mulutku memilah kata nanti, doa dalam hatiku.
"San."
Sentuhan lembut di bahuku menyadarkanku. Sudah berapa lama aku menjelajah dalam spekulasi sampai-sampai aku tidak sadar Kimkim sudah tertidur pulas. Dia mudah sekali tidur dengan papanya.
Balita itu tidur menyamping. Pipi chubby-nya menghimpit mulutnya yang terbuka kecil. Menggemaskan, nilaiku.
"Kita bicara di luar ya," ajak Mas Dinan yang sudah lebih dulu berjalan ke arah pintu.
###
24/03/2020
Sayur sayur apa yang berbahaya bagi keselamatan??
Hayooo tebak...
KAMU SEDANG MEMBACA
You TOLD Me So
ChickLit''Miss, kenapa aku merasa jelek pagi ini?'' What?? Pertanyaan apa tuh?? Kenapa anak TK udah nanya yang susah gini? Miss aja nggak tau kenapa Miss belum punya pacar ampe sekarang, bathinku. ### Kedatangan murid baru bukan jadi hal yang seru. Kalau ta...