40

39.2K 4.7K 129
                                    

Tebak!!

APA YANG KIMKIM LAKUKAN SELAMA #dirumahaja???


Ruang makan menjadi lebih lengang setelah bapak pamit pergi keluar. Bapak menerima telepon dari kantor yang sepertinya penting. Lengang saja kurang menggambarkan kondisi dalam ruangan ini. Kesan mencekam patut ditampilkan bersamaan sejak hadirnya orang yang duduk di hadapanku.

Kak Sabria, kakak perempuanku, duduk di seberang meja. Tangannya terlipat di dada. Wajahnya mengeras dengan sinar laser pada matanya.

Kapan acara adu nyali ini berakhir?

"San, kamu nggak salah milih cowok?" Satu kalimat yang dia keluarkan setelah lima menit kami terjebak situasi bak tikus dalam kandang macan. Hebat. Ini rekor terlama kami sanggup menahan mulut setelah 28 tahun menjadi saudara.

"Kakak belum kenal siapa cowok ini," balasku dengan suara lembut.

"Yang dulu, si berengsek itu kita kenal bertahun-tahun. Nyatanya apa San, dia ninggalin kamu," kata Kak Sabria dengan nada tinggi.

Aku mendesah. Aku lupa kebiasaan kami sebagai saudara ialah TIDAK BERDISKUSI BAIK-BAIK. Kami perlu perang urat dan adu vokal untuk memenangkan pendapat. Sebenarnya itu adalah kebiasaan lama. Kami mulai jarang berdebat sejak Kak Sabria kenal cowok dan aku tahu manfaat uang di warung. Ya, intinya, percakapan ini belum tentu bisa aku pimpin saat Kak Sabria pasang sikap siap tawuran.

"Kak, masa lalu itu buat pembelajaran. Bukan bikin kita terjebak di dalamnya. Aku percaya cowok ini yang terbaik." Aku tetap memainkan sikap tenang. Mungkin saja jiwa komodo Kak Sabria melunak. Terima kasih Elfin yang sudah membagikan pendapat yang membantu Minggu lalu. Aku punya bahan untuk membalas.

Kak Sabria menatapku remeh. "Dia duda karena cerai atau istrinya meninggal?"

"Cerai."

"Nah, coba pikir. Dia sudah gagal berumah tangga San. Kamu berani melangkah dengan pasangan yang sudah pernah gagal begitu? Kamu itu masih bodoh. Gampang terhasut dan mudah dimakan rayuan," cemooh Kak Sabria.

"Tadi kakak dengar dari obrolan kamu dan bapak, dia orang tua murid kamu. Berarti dia sudah punya anak. Kamu akan berstatus Ibu tiri kalo menikah. Kamu siap? Nggak mudah menjadi Ibu tiri di lingkungan ini karena kebanyakan orang masih berpikiran negatif tentang status Ibu tiri. Apalagi kalo Ibu kandungnya masih hidup. Bisa dibandingkan kamu dengan Ibu kandungnya."

Aku tidak menyalahkan kekhawatiran Kak Sabria. Sebagai anak pertama, dia pasti mengharapkan kebaikan bagi adik-adiknya. Apalagi aku adalah anak bungsu dan—secara kebetulan— perempuan.

"Kakak mau telepon Sakha, biar dia juga tahu adik perempuannya lagi dekat sama duda." Kak Sabria menempelkan ponsel ke telinga. "Kamu sudah cerita ke Ibu?" tanyanya sembari menunggu teleponnya tersambung.

Aku menggeleng. Kak Sabria kelewatan. Aku sih yang salah karena lupa menghitung keberadaan dua kakakku ini. Aku hanya memikirkan persetujuan bapak dan Ibu.

"Halo, Kha, tolong pulang ke rumah bapak sebentar. Adik kamu punya 'kejutan' buat kita. Iya, kakak tunggu.'

Jika Kak Sabria sudah menggunakan kata 'adik kamu', Kak Sakha pasti sudah bisa menebak ada hal tidak beres di sini. Kak Sabria jarang menggunakan panggilan itu kecuali saat dia marah kepadaku.

# # #

10/04/2020

You TOLD Me SoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang