43

35.1K 4.9K 143
                                    

Aku dan Kak Sakha melirik ponselku. Kak Sakha melepaskan pelukannya. Aku segera beringsut ke tepian lain ranjang yang bersisian dengan nakas. Mengambil ponselku yang tergeletak di sana.

Papanya Kimkim:
San, saya kayaknya ga bisa parkir di dekat rumah kamu. Pinggir jalan penuh mobil yg parkir. Any solution?

Elaahh.. masak pertanyaan seperti ini yang muncul. Kenapa bukan tanya apa makanan kesukaan keluargaku sebagai sogokan calon mantu? Pertanyaan begini kan serupa dengan klimaks yang batal karena digerebek hansip. Eh kapan aku pernah merasakan klimaks?

Dulu aku pernah menonton video dewasa di kostan Elfin. Setelah lama menyaksikan adegan foreplay kami batal menikmati kelanjutannya karena Ibu kost Elfin langsung membuka pintu tanpa ketuk atau salam. Ya ampuuun malunya saat itu. Jangan ditiru, nggak baik!

Aku menoleh pada Kak Sakha. "Tolong Sandra ya. Ajak ngobrol Kak Sabria, aku mau jemput cowok itu dulu."

"Emangnya dia kenapa?"

"Something comes urgent. Kakak bantu Sandra aja, oke?"

Kak Sakha mengangguk. Bagus, tinggal menemukan lokasi untuk parkir mamas kesayangan.

Well, jadi saat ini sore waktu Cipete dan matahari berada di atas level menghangatkan. Aku merasa agak pusing. Jangan salahkan pisang goreng Ibu. Ini murni akibat aku harus berjalan kurang lebih lima ratus meter demi menjemput pangeran tampan yang membuat geger kedua kakakku. Untung saja dia pintar memilih mobil yang dipakai ke sini. Gitu dong, ngapelin pacar pakai Benz.

"Hai, San," sapa Mas Dinan yang keluar dari kursi penumpang, lantas berputar ke pintu penumpang di sisi lain. Dia membuka pintunya dan martabak manis kesukaanku keluar dalam satu kali loncatan menggemaskan.

"MISS SANDA!" Kimkim berlari hingga menubruk pahaku.

Baru kemarin aku bertemu dengannya, tapi aku sudah merindukan Kimkim. "Hello, Darling."

"Ada siapa saja di rumah kamu?" Mas Dinan menghampiri sambil membawa dua bungkusan di masing-masing tangan.

Aku memperhatikan nama tiap bungkusannya dan berdecak. Khas Pacific Place banget. Satu kotak pink bertuliskan Kobe dan di tangan lain ada Chaterise. "Kamu bawa sogokan untuk keluarga aku?" tanyaku menuduh.

"Sogokan?" Mas Dinan mengikuti arah lirikanku lalu mengendikan bahu. "Saya hanya beli yang diminta Kimmy. Katanya, kamu suka."

Mau tak mau, aku menoleh pada Kimkim yang sudah bergeser dan melesakan wajah ke bokongku. Kobe dan Chaterise jelas bukan favorit guru yang menjelajah Plaza Blok M. Modus banget anak ini, mengatasnamakan aku agar lancar membeli makanan yang dia mau.

"Kayaknya Kimkim lebih tahu caranya beramah-tamah ke rumah orang." Aku memicingkan mata.

Mas Dinan memberikan cengiran lucu yang membuatku susah mempertahankan wajah kesal. Aduh. Aku bisa diabetes kalau dia selalu membalasku dengan pesona manisnya.

"Ayo ke rumahku. Jalannya lumayan jauh. Habis kamu parkir mobil jauh banget."

"Saya dapat tempat parkir hanya di situ."

Aku mengangguk dan memaklumi. Daerah rumahku memang sempit. Di sini, jalanannya muat dua mobil, tapi satu jalan biasa dijadikan lahan parkir dadakan dan sisanya yang difungsikan untuk kendaraan melintas. Pantang mobil ngebut karena banyak pejalan kaki dan emak bikers.

Aku memimpin jalan sambil menggandeng Kimkim di sebelah kiri. Ingat pesan Miss Sandra, jalan sama anak kecil, pastikan mereka berada di sisi yang tidak bersinggungan kendaraan. Mas Dinan membuntuti di belakang. Sepanjang jalan, aku menemukan terlalu banyak tetangga yang menyapa tapi mata mereka bukan ke wajahku. Aura ganteng pria di belakangku memang susah untuk ditolak. Tapi rasanya kok kesal ya? Ingin sekali aku ngomong, hei, yang sopan ya sama calon suamiku.

Genggaman pada tangan kiriku melonggar. Kimkim berjalan malas-malasan. Wajahnya sudah banjir keringat dan memerah. 

# # #

21/04/2020

Halooo, wankawans..

sehat-sehat ya... jangan lupa makan sayur dan olahraga walo stay at home

You TOLD Me SoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang