Akhir tahun bukan sekedar menunggu libur natal dan tahun baru di sekolah. Akhir tahun pun dijejali agenda sekolah. PTC, PTM, December event, training akhir tahun, lesson plan semester baru, dan ubah dekorasi kelas adalah rentetan target yang mencekik. Satu-satunya hiburan adalah teachers' party sebelum liburan. Yehee\(^o^)/
PTM (Parents Teachers Meeting) semacam rapat pihak sekolah dan seluruh orang tua murid membahas aktivitas sekolah selama satu semester dan agenda sekolah di semester berikutnya.
Report card sudah diperiksa Mbak Velia, tinggal tunggu hasil pemeriksaan dari owner. Pemilik sekolah kami memang sangat memerhatikan detail kerja karyawannya dan mau turun tangan melakukan double check untuk report card dan agenda sekolah. Kemudian kami menyiapkan pembagian student report card. Selain pembagian report card, ada pula PTM yang akan membahas kalender kegiatan sekolah semester depan—yang dengan sangat menyebalkannya, membuat para guru harus menambah hapalan tanggal-tanggal mana saja ada event. School event di bulan December biasanya bertajuk charity dan sekali lagi kami mengulang pemilihan tema charity di bulan December, Love in Blue begitu judul acaranya. Menampilkan masing-masing kelas membuat lukisan dengan dasar warna biru yang nantinya akan dilelang kepada para orang tua murid. Hasil pelelangan akan disumbangkan ke panti asuhan. Tiga kesibukan ini dikebut dalam satu setengah bulan.
Bukan tanpa alasan kami baru mengerjakannya sekarang. Mbak Velia gagal membuat owner puas dengan emailnya yang mempresentasikan kegiatan-kegiatan tersebut hingga terpaksa menunggu Nyonya Besar, sebutan kami untuk owner, pulang dari liburannya ke Eropa untuk membahas ulang semua kegiatan tersebut sesuai kehendak bos besar.
"San, lo udah bikin report Kimkim?"
Entah kenapa belakangan ini nama Kimkim lumayan sering jadi topik di kantor guru. "Udah. Kenapa gitu?"
Elfin mendekatkan kursinya ke arahku. "Kira-kira yang ambil report Kimkim bapaknya apa emaknya?"
Aku melengos. "Meneketehe." Aku kembali menekuri perintilan dekorasi stage December event yang menjadi jatah kerjaku. Kerja jadi guru TK memang susah lepas dari karton, gunting, dan lem. Ada saja craft yang dibuat. Konyolnya, aku yang rendah jiwa seni visual malah selalu tercantum di tim dekorasi akibat pertemananku yang baik bersama gunting. Elfin selalu terbebas dari segala detail kerja perguntingan karena ketidaksabarannya menggunakan gunting dan di-blacklist oleh semua guru ceriwis dari tim dekorasi. Aku bisa saja menolak aktivitas menggunting, sayang jiwa hematku sering tersentil kalau melihat ada rekan kerja yang sembarangan membuang sisa kertas guntingan yang masih bisa difungsikan untuk hal lain. Kata Pak Revan, jiwa missqueen-ku tergerak untuk memulung sampah.
"Tadi gue lihat Kimkim dijemput sama Selviana," kata Elfin lagi.
Gerakanku terhenti otomatis. Aku melirik Elfin yang masih asik mengedit musik untuk pertunjukan anak. Tangan dan matanya tidak lepas dari laptop. Lantas aku kembali ke kertas di genggaman. "Gue lihat juga," kataku agak berbisik. Susah mengakui jika ibu kandung Kimkim adalah perempuan yang lebih pantas disebut bidadari daripada manusia. Daging di badannya pun berada di tempat yang tepat dan tidak berlebihan. Sukar dipercaya yang seperti Selviana sudah pernah turun mesin, dua kali pula.
"Gila, cantiknya nggak tertolong. That's why Kimkim biarpun tampangnya judes tetap saja menggemaskan. Gen nyokap dan bokapnya nggak becanda," decak Elfin. Dia melipat tangan di dada dan menoleh padaku. "Gue jadi curiga Kimkim judes gitu karena pengaruh orangtua yang cerai sejak dia masih seciprit."
"I second that (gue setuju). Dampak perceraian orangtua memang sensitif. Kimkim bukan hanya judes, dia juga suka main sendiri, mendadak tenggelam di dunianya. Langsung nurut sama Mommy Luth. Kocak, kan. Gue dan Arsee harus jatuh bangun buat dapatin hati dia. Nggak tahu gimana emak dan bapaknya ngasuh dia di rumah." Ada perasaan marah yang mendadak ingin meledak sejak bertemu Selviana. Tentu alasannya bukan hanya disebabkan hubungan Kimkim dan Selviana. Namun aku enggan mengakui jika kemarahanku ini masih tersangkut urusan masa lalu. Aku sadar modeku sedang tidak menyenangkan apalagi jika ucapanku barusan terdengar orang lain. Barangkali kompetensiku sebagai pendidik langsung dipertanyakan. Nyatanya, aku tetap saja manusia yang mudah menilai orang lain lebih jelek tanpa mau repot berkaca diri. Itu namanya manusia, genks.

KAMU SEDANG MEMBACA
You TOLD Me So
Literatura Feminina''Miss, kenapa aku merasa jelek pagi ini?'' What?? Pertanyaan apa tuh?? Kenapa anak TK udah nanya yang susah gini? Miss aja nggak tau kenapa Miss belum punya pacar ampe sekarang, bathinku. ### Kedatangan murid baru bukan jadi hal yang seru. Kalau ta...