Sebelum baca, coba kasih pendapat kalian seandainya cover Kimkim warna pink. Bagus apa BAGUS?
Kasih pendapat kalian 💃💃💃
Mataku menyisir foto-foto yang terpajang pada dinding. Foto-foto itu menangkap pemandangan pantai, keramaian pasar tradisional yang aku tebak di negara Asia Tenggara lain, lalu kemacetan jalan aku berani bertaruh ini di Jakarta. Aku berdecak bangga, sayang lidahku encok untuk membanjiri si fotografer pujian.
"Ngeliatinnya biasa aja, nggak usah pake ngeces."
Tadi aku bilang malas kasih pujian kan? Yeah, bukan disebabkan fotografernya melainkan istrinya. Kak Sabria melihatku gahar. Tangannya membawa segelas air putih tanpa nampan dan tambahan cemilan.
Nggak ada manisnya kakak satu ini.
"Mas Jevi mana?" Tanyaku.
Tanpa perlu ditawari, segera aku rebut gelas di tangan Kak Sabria. Pelit sekali menyajikan tamu air putih saja. Kan jarang aku bertandang ke sini. Rasa-rasanya mau aku tukar Kak Sabria dengan beras.
"Ke Bali. Ada job motret wedding di sana. Kamu tumben datang ke sini? Tabungan habis? Mau pinjam tas kakak? Apa sabotase parfum?"
Aku melengos. Perlu banget ya diingatkan alasan aku kemarin-kemarin datang ke sini. Suka lemes gitu deh.
Aku duduk di sebelah Kak Sabria. "Bukan itu, kak."
"Trus mau ngapain?"
Susah ya mengelabui radar Kak Sabria. Tahu saja aku datang ke sini dengan motif khusus yang bernama 'ungkap misteri calon imam tampan rupawan idaman perawan'. Panjaaang!
"Kak, waktu Mas Dinan datang ke rumah kakak bilang Mas Dinan itu duda incaran karyawati kan?" Tidak perlu basa-basi-busuk ke Kak Sabria. Baru niat saja sudah ketahuan. Tes DNA tidak diperlukan untukku dan Kak Sabria. Kami sedarah.
"Oh iya kamu gimana sama Pak Herdinan?"
Aku mencibir. Mesti dialihkan begini obrolannya.
"Baik. Nah, Mas Dinan gimana di kantor?" Ayo putar balik haluan. Aku yang menyetir pembicaraan. Tolong kak sekali saja izinkan aku ambil alih.
Kak Sabria melirikku lalu kembali menekuni ponselnya. "Pak Herdinan memang populer di kantor. Banyak yang naksir dia. Kayak kamu gitu, mereka suka karena Pak Herdinan tampan, baik, dan berpenghasilan besar."
Kayak aku. Cih!
"Aku nggak naksir Mas Dinan duluan. Dia itu yang modus jadiin aku pengasuh anaknya trus aku dilamar," kataku sombong
Kak Sabria mencibir. "Bukan kamu yang gatal. Pintar ya caper ke anaknya biar bisa nangkap bapaknya."
"Ya Lord, kakak kan kakak aku kenapa kayak istri tua yang bakal dimadu sih tingkahnya."
Dia terkikik. "Abisnya kamu tuh menghancurkan imajinasi kakak, San."
"Imajinasi apaan?"
"Jadi waktu itu kakak satu lift sama Pak Herdinan. Tumben dia pulang cepat, katanya ada cewek yang lagi ngumpet di kamar mandinya dari pagi."
Itu pasti kejadian aku menghindarinya hari Jumat yang membawaku ke Jumat Malam 'penuh warna' itu.
"Kakak tanya emang siapa ceweknya. Dia bilang cewek yang mau dia nikahi."
"Yang mananya yang menghancurkan imajinasi kakak?" Tanyaku polos. Siapa juga yang paham maksud imajinasi ini.
"Ya kakak pikir ceweknya pasti lucu gitu, ngambek di kamar mandi. Pak Herdinan ganteng pasti punya cewek semodelan Kristen Stewart. Atau Laura Basuki. Lah kamu, San." Kak Sabri menutup perkataannya dengan tawa terbahak-bahak.
Bibir bawahku sudah maju semaju-majunya. Tahu gitu tadi aku ke kontrakan Kak Sakha saja di Sunter. Ikhlas deh pegel ngojek sampai sana dari pada dengar kakak yang ini menghina terus. Segitu tidak pantaskah aku untuk seorang Herdinan Andityo. Baru juga semalam aku bersamanya menghabiskan Malam Minggu pertama kami, aku sudah rindu.
"Kamu kenapa yakin mau nikah sama Pak Herdinan?" Mulutku sudah siap terbuka memberi jawaban, telunjuk Kak Sabria menghentikan. "Jangan alasan dia kaya atau ganteng. Itu remeh. Kamu tau kan umur dia jauh dari kamu?"
Aku mengangguk. "Karena dia lembut, kak."
Alis Kak Sabria terangkat sebelah. "Kalo misalkan dia nggak kaya gimana?"
Aku tersenyum miring. "Kakak belum merestui aku sama Mas Dinan ya?"
"Bukan git-"
"Kak, aku sedang belajar menerima dia. Sama seperti dia yang belajar menerima aku. Kami coba jujur sama bapak, ibu, Kak Sabria, Mas Jevi, dan Kak Sakha karena kami mau hubungan kami berhasil nantinya. Mas Dinan gagal di pernikahan sebelumnya karena nggak dapat restu ibu mertuanya. Kami nggak mau mengulangi itu. Sudah cukup Kimkim jadi korban paling tragis. Nggak boleh lagi ada sejarah Kimkim kedua ketiga seterusnya. Aku mau bayar pengalaman orang tua utuh yang belum sempat Kimkim rasakan."
Kak Sabria meneteskan air mata. Tangannya terulur ke bahuku. Seketika badanku sudah ditarik ke dalam pelukannya.
"Kamu kok manis gini sih, San. Pak Herdinan kasih pengaruh positif banget ke kamu. Kakak nggak nyesel kalo Pak Herdinan yang jadi pasangan kamu kelak," bisik Kak Sabria.
Bibirku mencebik. Mau memuji kok tanggung gitu sih kak. Coba ubah sedikit kalimat kakak jadi seperti ini, 'Kamu kasih pengaruh positif banget ke Pak Herdinan.'
Kali ini aku maklumi Kak Sabria. Namanya juga kakak setengah komodo. Liur beracunnya bisa berkerak kalau dianggurkan.
###
Makasih untuk kalian yang udah bantu ngasih review 😻🙏 aku benar-benar menghargai penantian kalian terhadap Sandra dan Kimkim bahkan setelah berlalu beberapa purnama
Kuy, melipir juga ke Note of Kim. Kita akan liat keseruan Kimkim bareng Papa Di dan duo om sinting itu 😅 semoga dapur ibunya Sandra tetap aman saat mereka memulai aksi di sana.
Sekali lagi, aku ucapkan banyak banyak BANYAK terima kasiiiih 😘♥
KAMU SEDANG MEMBACA
You TOLD Me So
ChickLit''Miss, kenapa aku merasa jelek pagi ini?'' What?? Pertanyaan apa tuh?? Kenapa anak TK udah nanya yang susah gini? Miss aja nggak tau kenapa Miss belum punya pacar ampe sekarang, bathinku. ### Kedatangan murid baru bukan jadi hal yang seru. Kalau ta...