59

26.6K 2.9K 158
                                    

Aku bawa kabar gembira buat kamu yang gak sabar peluk buku Sandra 🤗

Aku bawa kabar gembira buat kamu yang gak sabar peluk buku Sandra 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PO segera dibuka 5 hari lagi kayak gambar di atas. Mumpung Jumat sincia, angpaonya simpan buat ikutan PO buku Sandra yang bakal dibuka per tanggal 15-25 Februari. Persis banget setelah Valentine ya hehehe...

Kalo mau yang lebih hemat, kamu bisa cek yang ini 👇

Buat yang penasaran gimana pesannya, kamu bisa loh cek link yang ada di gambar ato pantengin IG noura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buat yang penasaran gimana pesannya, kamu bisa loh cek link yang ada di gambar ato pantengin IG noura.pop. Aku juga nanti ikut menginformasikan di hari Senin ya.

HARGA YANG TERTERA DI ATAS BELUM TERMASUK DISKON. KAMU BAKAL DAPAT DISKON KALO IKUT PO. SO, JANGAN TUNDA BELI NANTI NANTI YA 🤗

Selamat membaca

"Aidan?"

Mataku memicing. Dua kali nama panggilan Mas Dinan menjadi Aidan. Pertama oleh Jason, kali ini Bayu. Kenapa Aidan?

"Aidan?" Ulangku, tidak yakin kenapa nama itu yang digunakan Bayu memanggil Mas Dinan.

Bayu tidak memahami intonasi suaraku. Dia kembali berbicara, "Sejak kapan kamu dan Aidan bersama?"

"Apa itu penting?" Aku memastikan ekspresiku sangat menyebalkan.

"Kamu tahu status dia kan?"

"Secara kebetulan aku guru dari anaknya, ah ya anak Herdinan dan Selviana tepatnya. Oh aku nyaris lupa, kamu ayah tirinya. Kenapa kita nggak pernah bertemu?"

Aku memainkan peran menjijikan. Aku sadar tapi ini terlalu menyenangkan untuk dihentikan. Melihat wajah Bayu yang menyedihkan. Bukankah ini pembalasan yang adil, serupa dia membuatku menangis meraung di taman sore itu setelah dia meninggalkanku.

Bayu berusaha menenangkan dirinya. Dia membuang pandangannya sembarang arah sejenak lalu kembali melihatku.

"Ra, apa kamu mencoba membalas perbuatanku dulu?" Tanyanya pilu.

Aku menaikan bibir bawahku. "Nggak, perbuatan lo yang mana? Gue nggak segila itu punya pikiran balas dendam. Bukannya itu lo yang suka balas dendam."

Kenanganku terbuka. Kejadian tiga tahun silam kembali teringat. Semua karena dia dan kepercayaan palsunya.

"Aku akan selalu ada di sisi kamu seandainya kamu bisa jaga kepercayaan aku, Ra. Nyatanya kamu yang berkhianat. Aku pergi karena ulah kamu sendiri. Aku tidak pernah merebut istri orang. Kami berteman, saling berbagi kisah duka kami tentang pasangan-"

Telapak tanganku terangkat di depan wajahnya. "Ya, semua salah gue jadi lo pergi. Semua salah Dinan jadi Selviana pergi. Orang-orang yang punya salah ini secara kebetulan dipertemukan. That's it. Nggak ada pembahasan balas dendam, gue dan lo udah lama kelar. Pertemanan cuma ada di tong sampah. We're done, we're over totally. After all we'll meet as parents of Kimberly please make sure you pretend don't acknowledge me."

"Ra."

Aku tidak lagi menggubris panggilan Bayu. Secepat mungkin aku ingin bertemu Mas Dinan. Sekarang atau nanti, dia harus tahu kebenaran kandasnya hubungan aku dan Bayu. Aku tidak berharap dia mendengar versi Bayu. Tidak sama sekali.

Di luar Plaza Semanggi sedang gerimis. Taksi yang ingin aku tumpangi ke apartemen Mas Dinan sudah lebih dulu diserobot orang. Tanpa pikir panjang, aku berlari menembus gerimis menuju tukang ojek yang mangkal di dekat situ.

Lima belas menit kemudian aku sudah berdiri di depan pintu unit Mas Dinan. Aku sengaja tidak membunyikan bel, ini sudah hampir jam sembilan Kimkim biasanya sudah tidur. Lagipula aku punya kunci cadangannya.

Aku sedang merogoh tasku ketika pintu itu tiba-tiba terbuka. Selviana berdiri di sana. Di belakangnya ada Mas Dinan. Mereka terkejut melihatku. Sama terkejutnya denganku melihat reuni mantan suami-istri ini.

"Miss Kimmy kan?" Selviana bersuara duluan memecah keheningan.

Aku melirik Mas Dinan. Dia balas menatapku tak terbaca. Kenapa bukan tersenyum alih-alih berwajah datar begitu.

"Saya missnya Kimkim," jawabku bergetar. Mas Dinan sudah akan membuka sebelum aku potong, "Dan tunangan papanya."

Mata Selviana membesar. Wajahnya berubah pucat. Berangsur sendu. Aku melihat jelas sorot sedih di matanya. Kali ini aku berharap dia akan menjelma tokoh antagonis di sinetron yang marak di televisi. Rendahkan aku lewat pandangan dan cibiran sehingga aku bebas membencinya. Bukan berusaha tersenyum dan mengucapkan selamat.

"Saya nggak tau kalo miss punya hubungan khusus dengan Aidan," katanya lembut.

Aku hanya mengangguk. Dia menoleh ke belakang. Mas Dinan balas menatapnya. Aku ingin lantai yang aku pijak menelanku detik ini, berat sekali mesti melihat interaksi mata kekasihmu dan mantan orang tercintanya.

"Kamu kok nggak bilang lagi deket ama cewek?"

Mas Dinan mengendikan bahunya. "Belum sempat. Belum official."

Belum official, huh? Haruskah itu jawabannya? Aku di sini makin merasa tersisih.

Di hadapanku mantan istrinya dengan wajah cantik dan tubuh tinggi langsing bersaing denganku yang basah kuyup dan berantakan.

Kepalaku mendongak menghalau air mata yang jatuh. Aku ke sini ingin menenangkan diri, bukan memperparah hati. Ini serasa bunuh diri.

"Nggak mau disegerakan?" Selviana masih tertarik berbicara dengan Mas Dinan.

Ini kelewatan. Sudah kelewatan. Mas Dinan juga tidak memalingkan matanya. Tatapannya terlalu teduh untuk seorang mantan. Aku meringis, Mas Dinan terlihat belum sepenuhnya melepas masa lalu

nya.

"Segera ki-"

"Mas, aku nginap lagi ya?" Potongku cepat.

###

10/02/2021

Follow IG missbebeklucu

You TOLD Me SoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang