49

58.9K 5.2K 220
                                    

"Lagi main Teletubbies? Kok nggak ngajak aku??"

Muncul satu suara makhluk astral di tengah isakan kasih sayang kami bertiga. Sontak kami melepaskan pelukan kami dan membenahi air mata dan ingus yang membasahi wajah.

Kenapa sih Arsee nggak muncul bersama celetukan manis? Wajahnya menunjang loh untuk menjadi perempuan bak bidadari.

"Untung belum puasa, mau gue jitak kepala ajaibnya," geramku.

Gendis menurunkan kepalan tanganku yang siap meWaRaSkan keajaiban Arsee. "Jangan, aneh gitu dia nemenin gue kemarin."

Sesuai cerita Gendis tadi, Arsee yang menemani Gendis selama masa-masa duka pertunangannya berakhir sebelum menjejak pelaminan. Boro-boro pelaminan, bikin undangan aja belum. Setidaknya Gendis tidak rugi karena DP tralala-trilili belum ada yang dibayar dan tidak berakhir hangus.

"Lo kapan mau nikah ama papanya Kimkim?"

Aku memandang Gendis seketika. Beralih ke Elfin yang sudah memicingkan matanya. Berakhir ke, eits aku buru-buru kembali fokus ke Gendis. Jangan hiraukan Arsee dan senyuman tiga jarinya. Sumpah, kalau kami sedang mengobrol dalam group chat, aku akan remove Arsee sementara.

"Kemarin Mas Dinan ke rumah. Baru perkenalan aja ke keluarga gue," jawabku.

"Terus?" Gendis bertanya lagi.

Aku angkat bahu. Televisi di depan kami sedang menampilkan iklan susu. Tidak sampai sedetik berganti iklan deodoran yang tengah hits di kalangan anak muda. Aku membayangkan betapa sukarnya aku melepaskan Mas Dinan, sesulit menepis ketiak basah sehabis main di playground jam sebelas pagi. Analogi yang aneh. Biarkan, kepalaku sudah mumet level akut.

"Kakak kalo bingung ama hubungan kakak dan papanya Kimkim mending menjauh sementara," celetuk Arsee.

Kami bertiga melotot ke arahnya. Arsee memeletkan lidahnya sambil tersenyum.

"Nggak salah juga omongan ni bocah. Lo bisa minta waktu buat pikir ulang kalo lo masih bimbang. Papanya Kimkim keliatan lumayan dewasa, dia pasti paham," nasihat Elfin.

Mereka menunggu responku. Aku berdehem. Tidak tahu apa yang mau aku katakan. "Nggak ah, ntar gue susah minta Victoria Secret."

Setelahnya aku menerima toyoran Elfin, umpatan Gendis, dan wajah melongo Arsee. Yang terakhir acuhkan saja, Arsee masih polos dari paham 'kuras dompet pacar'.

yyy

"You had to go to time out because you hit your toy to Pak Yadi. Hitting is wrong. If you are angry, what is better to do, instead of hitting? Do you think it might be better to walk away, or to talk to an adult who can help you? We should be gentle with others, shouldn't we?"

Aku terdiam di tempat. Suara Mas Dinan terdengar dari balik pintu kamar Kimkim yang tidak tertutup sempurna.

Dia belajar banyak untuk mendidik Kimkim. Dan dia terbuka atas semua saranku. Laki-laki itu kah yang aku ragukan menjadi pasanganku?

Aku menghela napas panjang. Belum apa-apa aku sudah kembali pada kepenatan lagi. Love is crazy as well as English pronounciation.

"San."

Mas Dinan berdiri di depan pintu kamar Kimkim. Dari belakang punggungnya, aku dengar isakan kecil. Kimkim mungkin menangis. Balita gendut itu mudah menangis jika Mas Dinan yang menegur. Kalau Kimkim padaku? Kami akan saling tatap. Bermain kuat-kuatan mata. Bukan adu pelototan, jangan pakai trik mata horor begitu untuk menarik atensi anak kecil. If you did, then you need me to teach you how to handle babies and children. Don't forget my payment.

"Mas, aku kangen," kataku manja.

# # #

07/05/2020

Aku juga kangen kamu, mas diiiiii....

You TOLD Me SoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang