31

36.5K 5K 105
                                    

Mas Dinan menaikkan satu alisnya melihat tangan kananku yang menengadah ke depannya. Aku mempertahankan mata binar-binar

"Maksudnya?" tanyanya.

Aku berkacak pinggang dan mengerucutkan bibirku melihat responnya yang lambat. "Mas nggak ngerti juga?"

Mas Dinan terkekeh. Bukannya serius malah ketawa. "Bagaimana saya bisa paham, coba jelaskan lebih rinci."

"Kan tadi saya udah bilang, Elfin dan Sherly berbohong buat kasih alasan ke ibu dan bapak soal saya nginap di rumah sakit," ceritaku ulang.

Mas Dinan mengangguk. Dia pasti paham bagian selanjutnya. Seharusnya dia paham. Ini kan ilmu yang berlaku di seluruh dunia, take and give, menurut Elfin loh.

"Jadi saya mau berterima kasih sama mereka. Hanya saja," aku pasang wajah sendu, "saya belum bisa ngasih sesuatu ke mereka karena belum punya uang. Gajian masih di tahun depan."

"Lalu..." Mas Dinan menaikan satu alisnya dengan tampang curiga.

Aku harusnya hati-hati berbicara ke mantan bankir di NY. Dia pasti lebih jeli mengenai uang dan menebak modusku. Aku wajib main cantik, seperti pesan Sherly. "Saya boleh minta bayaran menjaga Kimkim untuk ngasih mereka sesuatu?" aku suka suaraku saat bicara. Sangat lembut dan penuh keprihatinan. Perfect acting.

"Mm," kata Mas Dinan, "kamu nggak perlu ambil bayaran kamu untuk beliin mereka sesuatu. Saya saja yang bayar. Gimana?"

Yippy yeah! Calm, San. Acting must go on. "Kamu yakin? Aku nggak enak. Soalnya..." aku mengambil ponsel dan mengutak-atik sesuatu, lalu menyodorkan isi layar ke Mas Dinan. Matanya benar-benar melotot sewaktu melihat apa yang ada di situ.

"Itu?" tanyanya ragu. Aku mengangguk sekali dengan lesu, walau dalam hati ingin terpingkal. "Kamu dan teman-teman kamu sepertinya punya pengetahuan bagus soal barang-barang yang membuat bangkrut."

Aku tertawa mengikuti tawa hambar Mas Dinan. Pokoknya pura-pura polos. Gara-gara duo kampret merengek minta bayaran berupa parfum Burberry, aku terpaksa memainkan taktik morotin baru. Hatiku merutuki pilihan keras kepala Sherly yang ingin merek satu itu demi pamer ke Mbak Vel. Dan Elfin manggut-manggut saja setelah menerima kode keras Sherly yang berupa pelototan iblis dan cebikan murka. Kelar hidupku saat itu. Masak morotin mulu.

"Saya kasih cash."

Aku mencekal tangan Mas Dinan yang hendak mengambil dompet. Menakar ketebalan dompetnya, aku tidak perlu ilmu probabilitas untuk tahu tidak ada banyak lembaran rupiah di dalamnya. Di sisi lain, aku butuh banyak lembaran rupiah untuk membeli dua botol Burberry.

"Satu kartu saja, Mas," kataku malu-malu.

"Kartu apa?"

"Kartu hatimu." Eyah aku merayunya. Ajaran Elfinsukses membuat wajah Mas Dinan bersemu.

###

18/03/2020

Banyak yang mikir Elfin cowok ya 🤣

You TOLD Me SoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang