48

40.9K 4.9K 358
                                    


"Napa lo ikutan kaget?" Tanya Gendis kepadaku.

Aku tersenyum kikuk. "Gue juga baru tahu Daru omnya Kimkim."

"Kalo gitu Daru-daru itu abang papanya Kimkim?" Sela Arsee. Biar muda, antena gosip Arsee cepat tegang sejak digodok oleh guru ceriwis lain.

"Yups," jawab Elfin bangga.

"Daru is Ahmad Syaidan's son, isn't it?" Pertanyaanku lebih ditujukan kepada diriku sendiri. Kepalaku menyusun potongan-potongan informasi yang selama ini aku kumpulkan.

"AHMAD SYAIDAN??" pekik Gendis dan Arsee.

Ah ya, mereka berdua belum tahu Mas Dinan adalah anak Ahmad Syaidan. Mulutku pun enggan memberi mereka informasi. Kedatanganku ke sini bukan mau menelusuri kehidupan Mas Dinan. Aku malah berharap melupakan sejenak tentang dia. Kerja otak dan hatiku saling tubruk sejak kemarin, aku butuh sedikit jeda. Mensingkronkan kerja dua organ tubuhku yang fatalnya selalu berputar ke Mas Dinan. Mau nikah repot euy!

"Keren kan calon laki Sandra," goda Elfin. "Abang iparnya itu anak Ahmad Syaidan."

"Kalo gitu papanya Kimkim anak Ahmad Syaidan juga. Mertuanya Sandra, si Ahmad Syaidan yang pengusaha properti." Gendis mengambil alih penjelasan.

Arsee menarik tangan kananku ke dalam genggamannya. Matanya berbinar-binar. Bocah ajaib ini pasti sedang menyusun kata-kata di luar nalar.

"Apa?" Bentakku. Buat Arsee yang tebal kuping, dibentak atau disayang akan sama saja dampaknya. Arsee akan tetap ajaib.

"Bagi jampi-jampinya dong!"

Emm dengar kan, pasti ada saja ajaibnya. Aku mendengus kesal. Dua orang rekan seumuranku malah asyik terbahak-bahak. Dikira ludruk apa.

"Lo ke Sherly gih, minta didandanin. Sandra dilamar bokapnya Kimkim setelah didandanin Sherly. Emang hebat kanjeng Ratu Makeup satu itu."

"Wow udah dilamar. Congrats, San!" Ini tanggapan Gendis yang normal dari informasi Elfin.

Yang tidak normal, begini. "Halo, Kak Sherly. Dandanin aku jadi cantik kayak Kak Sandra. Aku mau punya cowok kayak papanya Kimkim."

Arsee naik ke lantai dua apartemen Gendis yang merupakan kamar tidur. Ponselnya masih menempel di telinga. Tebakan kami sama, Arsee akan merengek minta dipercantik tangan lentik Sherly. Gadis keras kepala itu pasti akan mengeluarkan jutaan jurus hingga Sherly terpaksa mengiyakan permintaannya.

"Bocah lo ajaib banget, San." Elfin geleng-geleng.

"Anak didik lo tuh," sahut Gendis sambil terkikik.

Jeda sesaat di antara kami. Hanya kebisingan dari layar televisi dan sayup-sayup suara Arsee yang terdengar.

"Gimana kabar lo, Ndis?" Tanyaku memecah kediaman kami bertiga.

Gendis angkat bahu sebelum menjawab retorik. "Masih gini-gini aja."

"Si brengsek itu apa kabar?" Aku tidak bisa menghindari diriku dari keKEPOan. Apalagi kasus Gendis serupa denganku.

"Gue nggak tahu. Gue coba buat tampik kenyataan kalo kita gagal tapi gue nggak bisa gitu aja lepas tangan saat-"

"Lepas tangan?" Potongku dan Elfin bersamaan.

Dari situ Gendis mulai terbuka menceritakan kisah pertunangannya yang kandas. Aku dan Elfin sampai termangu. Tidak pernah kami kira Gendis mengalami masa-masa susah begitu. Kami mengakhiri sesi curhatan dengan saling berpelukan membagi kekuatan. Menakjubkannya perempuan, menangis untuk kisah yang memilukan dan menguatkan untuk kisah masa depan.

"Lagi main Teletubbies? Kok nggak ngajak aku??"

# # #

29/04/2020

Siapa pembaca baru??? komen di sini!!

Siapa pembaca dari sejak generasi pertama Sandra?? Komen di sini!!

Aku senang banget kalian tetap nunggui cerita ini T_T 

Semoga selalu sehat ya, gaess...

btw, follow ig aku ya missbebeklucu

aku mau berbagi resepku tiap jengkel ato malas hahahaha... kalo kalian setuju, aku akan bagikan resepku besok ^o^

You TOLD Me SoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang