42

34.8K 5K 122
                                    

😎Tolong siapkan mental kalian, cowok ganteng muncul di bab ini.
ーOm Handsome Tahu Bulat Martabak Manis Donat Amerika Kimdutー

Tok! Tok!

Aku bergegas membuka pintu kamarku. Kak Sakha berdiri di depan pintu sambil tersenyum. Kedua tangan Kak Sakha memutar lalu mendorong bahuku masuk ke dalam kamar. Dia menutup pintu di belakang tubuhnya pelan-pelan.

"Kak?" Aku heran dengan sikapnya yang tenang.

Kak Sakha duduk di tepi ranjang. Tangan kirinya menepuk sisi ranjang. Aku menuruti instruksinya, memposisikan tubuhku duduk di sebelahnya.

"Kakak nggak mau dengar versi Kak Sabria. Kakak mau dengar dari kamu. Ada apa? Nggak biasanya Kak Sabri marah sampai nggak mau sebut nama kamu."

Kak Sakha merupakan contoh pencampuran gen baik Ibu dan bapak. Pembawaannya tenang seperti Ibu tapi hangat dan peka seperti bapak. Sayangnya karakter itu hadir sangaaaaaat jarang. Dia lebih sering bertransformasi sebagai si bawel yang mengalahkan Kak Sabria dan aku.

"Aku dilamar, kak," kataku memulai cerita setelah mengatur napas agar rileks.

Kak Sakha berdehem seraya menggangguk. Dia menatapku dengan lembut. Aku jadi tidak segan untuk terbuka padanya.

"Yang lamar aku itu salah satu wali muridku di kelas. Dia duda dan punya satu anak. Anaknya itu muridku. Kak Sabria nggak setuju aku sama dia. Kata Kak Sabria-"

"San, kamu dilamar?" tanya Kak Sakha kaget.

Aku mengangguk. Lidahku sudah gatal mau mengeluarkan uneg-uneg. Tolong jangan di-cut. Feel yang sudah dibangun bisa mendadak hancur dan ceritaku tidak lagi memuat isi hati.

"Dia sudah datang bertemu bapak?"

"Belum. Soalnya aku mau bahas ke bapak dulu, sayang disalip Kak Komodo."

Kak Sakha mendesah. "Berapa lama kalian kenal?"

Aku menghitung lama interaksi aktif kami. "Tiga bulan."

Kak Sakha mengusap wajahnya kasar. Terdengar geramannya mengucap istigfar.

"San, kalian baru kenal dan mau langsung menikah?" Tanya Kak Sakha dengan nada frustasi yang ketara.

Aku menggeleng cepat. "Nggak secepat itu kak. Kami juga masih dalam masa pendekatan."

"Bisa jelasin kenapa dia langsung lamar kamu?"

"Itu..." Aku akan menjawab cepat jika pertanyaannya diganti 'kenapa kamu langsung terima lamaran dia?'. Tapi Kak Sakha bertanya alasan Mas Dinan. Memoriku mengulang kejadian saat di warung soto minggu lalu. Mas Dinan merasa kami akan menjadi pasangan yang cocok, selain aku bisa menjadi ibu bagi Kimkim. Tidak ada embel-embel cinta dan sayang. Aku menciut mengungkap jawaban tersebut. Kak Sakha bisa saja beralih haluan ke pihak Kak Sabria akibat alasan Mas Dinan.

"Kalo kamu nggak bisa jawab ya sudah. Nggak apa-apa. Ada lagi yang mau kamu ceritakan?"

Aku menunduk lesu. Kepalaku menggeleng lemah menanggapi pertanyaan terakhir Kak Sakha.

"Kakak masih boleh bertanya?" Tanya Kak Sakha.

Wajahnya sudah lebih adem. Perasaanku jadi lebih tenang untuk mengangguk.

"Berapa umur laki-laki itu?"

"Tiga puluhan."

Kak Sakha mengangkat kedua alisnya. "Kamu belum tau umur pastinya dia?"

Aku menarik napas lalu menghembuskannya beberapa kali. Otakku mengulang semua ingatan yang berhubungan dengan pertanyaan satu ini.

Formulir data murid.

Sebelum liburan, aku membawa semua data murid kelasku pulang ke rumah. Satu di antaranya milik Kimkim. Aku menuju tas yang tergeletak di sisi meja riasku.

"Ini." Aku menyodorkan kertas yang disatukan dengan steples.

Kak Sakha mengerutkan keningnya. "Ini apa?"

"Data diri anak dan duda itu," jawabku. Ada ketakutan kalau-kalau Kak Sakha akan memojokkanku seperti Kak Sabria.

Tidak sampai sedetik menunggu, Kak Sakha mengambil kertas itu. Dia membacanya dengan bahu yang berguncang-guncang.

Kak Sakha menangis? Pikirku. Gerakannya seperti orang yang terisak-isak.

"HAHAHA.."

"Kaaakk!" Seruku tidak suka melihat dia tiba-tiba tertawa.

Kak Sakha menenangkan dirinya. Dia masih memegangi perutnya. "Maaf. San, kamu yakin akan menikah?"

"Kenapa kakak nanya gitu?" Aku mendelik tidak suka. Kali ini aku mendapati Kak Sakha menilaiku seperti anak kecil. Matanya naik-turun memperhatikan diriku.

"Kamu aja ngasih kakak beginian. Kenapa nggak jawab langsung pertanyaan kakak? Pantas aja Kak Sabria nggak percaya kamu mau nikah sama cowok ini," jelas Kak Sakha.

"Aku serius akan menikah dengan dia, kak," kataku meyakinkannya. Lihat kan pemilihan kataku sangat EBI. Sangat sesuai ejaan bahasa Indonesia. Perfecta!

Kak Sakha tersenyum misterius sebelum berkata, "Yakin? Bukan karena pendapatannya?"

Aku mendesah. Bathinku menjerit, kok bisa ketauan sih?

"Dia sosok yang aku butuhkan, kak."

"Seberapa butuhnya?"

"Sebanyak aku butuh engg-"

Ada pilihan bantuan? Call a friend atau fifty fifty?

Ya Allah, Sandra serius dong. Ini bukan acara kuis di televisi. Tokoh wanita dalam novel biasanya serius pada cinta dan kepercayaannya pada si pria. Kamu harusnya tunjukan keseriusan kamu agar pantas untuk Mas Dinan di mata Kak Sakha.

"Seberapa butuh?" Kak Sakha mengulang pertanyaannya. Dia mengulum tawanya di balik bibir yang dia gigit. Aku tahu itu.

"Sebanyak aku butuh dia untuk menyempurnakan agamaku."

Nafasku tercekat usai berkata demikian. Rasanya bukan aku yang melontarkan jawaban itu. Berguna juga menongkrongi IG dan Twitter di jam istirahat. Ada saja status entah milik siapa yang teringat di saat kepepet.

Kak Sakha merengkuhku dalam pelukannya. Kepalaku tenggelam di antara dada dan lipatan tangannya. Biasanya aku menolak pelukan Kak Sakha karena dia masih mengenakan jaket motor beraroma jalanan ibukota.

"Adik kakak udah besar ya? Atau kebetulan lagi bener?"

Aku mencubit perut Kak Sakha. Bukannya mengaduh, dia malah tertawa lepas.

"Tapi kamu kok cepet banget dilamarnya? Kakak perlu ketemu cowok itu. Jawaban kamu nggak bikin kakak puas."

Aku melingkarkan tanganku ke perut Kak Sakha. "Nanti dia mau ke sini."

Ting.

Aku dan Kak Sakha melirik ponselku. Kak Sakha melepaskan pelukannya. Aku segera beringsut ke tepian lain ranjang yang bersisian dengan nakas. Mengambil ponselku yang tergeletak di sana.

Papanya Kimkim:
San, saya kayaknya ga bisa parkir di dekat rumah kamu. Pinggir jalan penuh mobil yg parkir. Any solution?

###

19/04/2020

🤩 ketua fens klab hadiiir...

You TOLD Me SoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang