Halooo...
Aku Miss Bek yang suka sama bebek *quackAku sengaja ngasih author note di awal agar kalian bisa menerima infonya dengan baik.
I'm glad to tell you that...
YOU TOLD ME SO AKAN TERBIT BULAN DEPANKarena masih ada waktu kurleb sebulan, kalian masih bisa nabung buat meluk buku Sandra-Dinan. FYI, bukunya lumayan tebel jadi nabungnya digiatkan ya. Semangat, kawands!
Info selanjutnya akan aku bagikan di bab berikutnya atau IG missbebeklucu atau IG noura.pop
Kalian tinggal pantau aja kabar terbaru di sana
🤗 SAMPAI jumpa di bab berikutnya.
Oya, aku mo ngikutin gaya Luth kalo nyapa orang-orang
"Happy readiiiiiiiing, Good Friends!"
Ponselku bahkan kena sabotase Kak Sakha. Dia menebar kesintingannya pada barang pribadiku. Aku akan pinta bapak merukiyah Kak Sakha.
"Adeknya kakak cemburuan deh ama ponakannya kakak. Nggak boleh gitu dong. Kakak itu om yang baik, memerhatikan ponakan. Soalnya kakak tau, kamu dan Dinan lagi kasmaran bisa lupa dunia."
Kalau tidak ingat Kak Sakha akan aku langkahi menikah, ingin rasanya aku memaki kakakku. Makianku hanya satu kok, 'Kakak sinting!'.
"Jangan asal deh, aku dan Mas Dinan sudah sama-sama tua kami sadar ada Kimkim. Kakak jangan bikin berita palsu aku dan Mas Dinan tidak bisa jaga Kimkim."
"Hehehe.. lupa kejadian di mol waktu itu?"
Saat kencan kami dibuntuti dua setan, aku dan Mas Dinan yang sibuk bercakap tidak sadar Kimkim masuk ke dalam toko peralatan rumah tangga. Tanpa ragu, si Tomat kesayangan Kak Sakha meminta penjaga toko memberikannya gelas tinggi. Kali itu kami beruntung ada Kak Sakha yang matanya tidak lepas dari Kimkim. Lagian kenapa ke toko itu bukan toko mainan, jawaban mudah karena dia ingin punya gelas yang sama dengan gelas jus yang ibu pakai menyajikan minum tiap kali ayah-anak itu bertamu.
Uniknya gelas yang ingin dibeli Kimkim waktu itu bisa menampung 500 ml. Setengah liter, beuh dahsyat sekali niat bocah gembil ini ingin menghabiskan stok jus ibu.
Semoga Kimkim tidak punya bakat ajaib Arsee, obsesi konyol Kak Sakha, atau liur beracun Kak Sabria. Lingkungan Kimkim wajib aku jaga, agar tidak membawa pesan negatif padanya.
"San, hari ini yang jemput Biji Salak siapa?"
"Bundanya."
"Bundanya siapa?"
Aku menarik napas. Haruskah Kak Sakha tahu? "Ibu kandung Kimkim."
Hening.
"Woaahh, kamu baik-baik saja bertemu mantan istri Dinan?"
"Aku nggak baik, kak. Dulu pernah sekali bertemu, aku nggak masalah karena kami juga belum ditahap ini. Sekarang, aku merasa kecil dan nggak nyaman," ceritaku.
Tolong, kepribadian Kak Sakha yang menuruni gen baik bapak dan ibu muncul. Aku butuh sosoknya yang bijak itu.
"Kamu cuma belum terbiasa. Mantannya Dinan juga belum tau status kamu, seandainya dia tau, Kakak rasa dia malah yang lebih risih. Kamu lebih dekat sama Kimkim. Jalani aja, kamu nggak bisa menghindari perempuan itu. Dia ibunya Kimkim dan kamu akan jadi ibu Kimkim juga."
Aku bersungut. "Gimana aku bisa kuat ketemu perempuan itu, dia alasan Bayu ninggalin aku."
"Ba-Bayu?"
Keceplosan. Aku menggigit daging dalam mulutku. Kepanikan hubunganku kandas sudah terbersit. Salahku yang masih enggan menceritakan kisah aku, Mas Dinan, Selviana, dan Bayu. Bagaimanapun keluargaku sedang hangat-hangatnya dengan Mas Dinan.
"Bayu siapanya bunda Kimkim?"
Nada suara Kak Sakha dingin. Jika Kak Sakha yang sering konyol atau mendadak bijak berubah marah, dia akan lebih buruk dibanding Kak Sabria yang mudah meledak. Dan aku tidak ingin Kak Sakha menjadi yang pertama menentang hubunganku.
"Bayu suami bunda Kimkim." Suaraku tercekat. Ini sudah batasnya aku menahan tangis. Gusti, aku mohon ada Mas Dinan di sini. Aku butuh genggamannya, seminimal senyumannya. Aku takut.
"Apa bunda Kimkim meninggalkan Dinan karena Bayu?" Tanya Kak Sakha pelan-pelan. Khas bapak.
Kepalaku naik-turun. Menyadari orang di seberang teleponku tidak bisa melihat jawabanku, aku menjawab, "Iya."
"Dinan tahu soal ini?"
"Ya." Air mataku menggenang di pelupuk. Duh, baper banget tapi susah mencegahnya.
"Sandra kamu nangis? Kenapa? Karena kakak tahu soal ini?"
Aku mengangguk. Lalu menggeleng. Tidak tahu jawaban apa yang mau aku berikan.
"San, kakak belum bisa menanggapi ini. Bodoh kalo kakak asal komentar. Tapi kakak mau kamu percaya, kakak nggak akan kasih tau ibu, bapak, dan Kak Sabria. Kakak percaya kamu punya alasan masih menyembunyikan ini. Sudah sore, pulangnya hati-hati di jalan. Kakak matiin ya teleponnya. Dadah adek jelek!" Kak Sakha mematikan telepon.
Aku keluar dari pantry setelah membenahi penampilanku. Kemudian bergegas kembali ke ruang guru. Sudah tidak ada orang di sana. Meja Pak Revan si gila lembur juga sudah kosong.
"Baru mau pulang, San?"
Mbak Velia berdiri di depan pintu kaca ruang kerjanya. Tas sudah bertengger di bahunya. Ternyata masih ada satu orang selain aku di ruangan ini. Aku tidak sadar karena ruang kerjanya sudah gelap.
"Iya. Mbak udah mau pulang juga?" tanyaku basa-basi.
"Iya. Kamu ada rencana mau kemana sekarang?"
Tanganku merapikan barang-barang pribadi ke dalam tas. Aku berpikir sejenak. Dulu dia mengerjaiku datang ke acara perjodohannya, apa dia bermaksud mengerjaiku lagi?
"Nggak kemana-mana. Langsung pulang. Kenapa?"
"Ada yang mau kenal sama kamu. Tuh!" Mbak Velia mengendikan dagunya ke arah jendela.
Mataku memicing mengikuti yang ditunjuk Mbak Vel. Sebuah sedan, satu-satunya mobil terparkir di sana. Aku tidak kenal mobil milik siapa itu. Pintu pengemudinya terbuka. Keluar satu orang pria berpakaian formal layaknya karyawan kantoran. Hanya kurang jas.
Mataku membelalak.
Daru?
Aku membagi pandanganku antara Mbak Vel yang masih berdiri di sebelahku dan si Daru yang jauh di sana. Pikiranku menggulirkan tanya, 'Mau apa Daru denganku?'.
Tidak cukupkah kesialanku keceplosan ke Kak Sakha?
###
21/01/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
You TOLD Me So
ChickLit''Miss, kenapa aku merasa jelek pagi ini?'' What?? Pertanyaan apa tuh?? Kenapa anak TK udah nanya yang susah gini? Miss aja nggak tau kenapa Miss belum punya pacar ampe sekarang, bathinku. ### Kedatangan murid baru bukan jadi hal yang seru. Kalau ta...