38

41.9K 5.1K 80
                                    

Jawaban tebakan kemarin adalah BUAHAHAHAHA

Terima kasih buat partisipasi kamoooh...

Selain you told me so, aku juga republish note of kim supaya kamu stay at home tapi ga kehabisan hiburan (😅 walo kimkim yang aku kasih bukan yang disunting). Kalian bisa reuni bareng Sandra, Dinan, n Kimkim lebih puas doooong. Sila meluncur ke sana juga. En hepi riding cerita ini 😘

"Saya pernah menjauhkan Viana dan Kimmy. Setelahnya, saya tetap nggak memperoleh kepuasan apapun," kata Mas Dinan menyela pencarian kata bijakku yang tidak kunjung ketemu, "Viana akan tetap menjadi ibu Kimmy seumur hidup. Dan hak Kimmy untuk kenal ibunya. Sekarang atau nanti, hak itu harus diberikan. Saya berpikir, sudah terlalu egois sikap saya dan Viana kepada Kimmy tiga tahun lalu. Jika kami bukan orangtua sempurna, saya seharusnya mengusahakan Kimmy punya masa kecil yang lebih baik."

"Oh." Aku terperangah. Pemikirannya spektakuler. Balik ke pokok pembicaraan. "Terus kenapa Mas yang mengasuh Kimkim?"

"Kesepakatan kami saat cerai."

Apa itu artinya Selviana menyerahkan hak asuh Kimkim ke Mas Dinan? Gila! Kimkim jelas masih bayi saat mereka pisah. Bisa-bisanya Selviana meninggalkan Kimkim demi pria lain.

"Sejak awal pernikahan kami ditentang," kata Mas Dinan lagi. Satu telunjuknya menekan ruang di antara alisku yang mengerut. "Keluarga Viana adalah yang paling menentang pernikahan kami waktu itu. Saya dan Viana setuju kalau Kimmy akan lebih aman bersama saya. Sementara Viana pulang ke Jakarta dan memberikan penjelasan pada keluarganya."

Telunjuk Mas Dinan ditarik saat kerut pada keningku memudar. Tetap saja, aku masih merasa tidak percaya. Mas Dinan adalah korban dalam kisah mereka, tapi dia mampu melalui semua itu dan—OH MY GOD—memberikan Selviana dan Bayu kesempatan bertemu Kimkim. Kalau itu aku, mana sudi aku membiarkan para penghancur hidupku muncul kembali.

"Mas nggak khawatir Kimkim akan diambil ibu kandungnya? Maksud aku, Selviana sudah punya keluarga baru dan diterima orangtuanya, bisa saja dia berniat mengambil Kimkim." Inilah yang sejak tadi membuat gatal ujung lidahku.

"Kenapa kamu berpikir sejauh itu?"

"Karena aku tadi lihat Bayu datang ke sini, lalu aku dengar dia ditelepon gitu. Kayaknya dari Selviana. Soalnya Bayu bilang, 'Kalo kamu masih begitu juga, sekalian aja kembali ke Dinan'. Mereka jelas sedang bertengkar. Aku yang dengar, jadi nggak nyaman, Mas. Buat apa Bayu sebut nama Mas pas nelepon istrinya. Parah, kan?"

"Sepertinya," balasnya dengan wajah ragu-ragu.

"Sepertinya?" aku menarik kedua tangan Mas Dinan. "Apa Mas akan balik sama Selviana kalo dapat kesempatan dari Bayu?"

Wajah Mas Dinan tegang menatap tanganku membelenggu kedua tangannya. "Sepertinya mustahil."

"Benar-benar mustahil?" tanyaku berusaha meyakinkan.

"Mustahil kalau saya sudah sama Miss San."

Aku menyentak tangan Mas Dinan dengan gemas. "Becanda terus," kataku dengan wajah panas karena malu.

"Memangnya nggak mau sama saya?"

Ya, mau lah. Tidak perlu ditanya, aku sangat amat mau sama Mas Dinan. Kapan lagi punya kesempatan menjadi calon istri dari pria mapan, tampan, dan impian perawan. Tapi gengsi jawab yes.

"Malu jawab?" godanya.

"Kalo jawabannya pas di KUA gimana?" nice jab, San. Aku ogah menjaga jodoh orang lain lagi. Aku memilih memprogres cepat pria di sebelahku ini naik level dan pasang status baru tagar SAH.

"Saya harus ketemu orangtua kamu."

Ketemu Bapak dan Ibu? Matang! "Jangan dulu, Mas," kataku panik, "aku belum cerita ke mereka kalo aku ada hubungan sama Mas. Kita tunda dulu. Aku harus nemu momen yang pas." Momen di mana kata duda, anak satu, dan kebetulan mantan istrinya menikah dengan mantan tunanganku tidak akan membawa kehebohan.

Mas Dinan memandang ke depan, pada pintu kamar di seberang. Kemudian dia melanjutkan, "Saya baca report card Kimmy. Di bagian bawahnya, kamu tulis pesan yang bagus sekali. 'Child is a seed that parents sow, cultivate, dan water. You may dream of the plant it will grow to be, but the fruit won't be bear in time.' Kenapa kamu tulis pesan itu?"

Aku mengendikan kedua bahu. "A reminder for all of us."

"Pas baca, saya mikir apa tujuan tulisan kamu. Agar kami, para orangtua, bersabar?"

"Salah satunya gitu."

"Alasan lainnya?"

"Orangtua boleh berharap macam-macam soal anak mereka, hasilnya tetap saja butuh proses."

"Proses? Perawatan?"

"Semacam itu. Anak nggak cuma dikasih makan, mainan, dan baju baru. Mereka punya kebutuhan rohani, seperti kasih sayang, sosialisasi, dan mengenal Tuhannya. Anak juga butuh aktualisasi diri. Kadang, orangtua membatasi anak mereka dan tanpa sadar membentuk jiwa kerdil. Kadang pula, orangtua terlalu membebaskan anaknya dan hasilnya si anak jadi egois. Makanya, banyak buah yang ditanam asam, bahkan gagal panen."

"Apa saya salah satunya?" tanya Mas Dinan.

aku pasang cengiran lebar sambil angkat bahu. Bukan porsiku menjawab. 

You TOLD Me SoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang